PT Pertamina dan Rosneft, perusahaan minyak dan gas burni asal Rusia menyetor US$ 200 juta sebagai bukti komitmen dalam melaksanakan proyek pembangunan Kilang Tuban, Jawa Timur. Kedua perusahaan menyetorkan dana masing-masing US$200 juta untuk memulai proyek bernilai investasi US$13 miliar. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokirnia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan penyetoran sejumlah dana ini dilakukan untuk menindaklanjuti penandatanganan perjanjian kerja sama berupa kesepakatan pembentukan perusahaan patungan (joint venture agreement/JVA) yang dilakukan pada 5 Oktober 2016.
Melalui komitmen, ini pihaknya berharap agar pengerjaan proyek kilang berkapasitas 300.000 barel per han itu bisa berjalan dengan cepat. Perseroan menargetkan agar kilang bisa beroperasi sesuai target yaitu pada 2021. Pertamina dan Rosneft yang berkomitmen tinggi untuk tidak menunda-nunda pelaksanaan setiap tahapan proyek sehingga kesepakatan pun dapat ditandatangani. Rosneft telah menyetujui untuk bekerja sama dalam pengelolaan lapangan minyak dan gas bumi. Kedua perusahaan menandatangani nota kesepahaman atas pengembangan Lapangan Chayvo di lepas pantai Pulau Sakhalin.
Pada proyek tersebut, Pertamina menguasai saham sebesar 20%. Pertamina akan bekerja sama mengembangkan proyek di darat yakni di lapangan Russkoye. Pada lapangan tersebut, Pertamina menguasai saham sebesar 37,5%. Pihaknya berharap perseroan bisa membawa 35.000 barel per hari guna memenuhi kebutuhan BBM nasional. Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan penyetoran dana juga sebagai bukti bahwa baik Pertamina dan Rosneft memiliki visi yang sama yaitu untuk mempercepat proses pembangunan kilang. Setelah ini, pihaknya akan fokus menyelesaikan kesepakatan terkait manajerial.
Berdasarkan JVA, komposisi kepemilikan saham pada perusahaan patungan ditetapkan masing-masing 45% dikuasai Rosneft dan 55% dikuasai Pertamina. JVA juga mengatur mengenai manajemen perusahaan patungan dan tata kelola, bahan baku, pemasaran dan offtake, prinsip- prinsip pendanaan, SDM, standard clauses, dan langkah-langkah lebih lanjut untuk pelaksanaannya. Proyek memasuki tahapan kajian kelayakan perbankan (bankable feasibility study/BFS). Hasil BFS, hasil desain teknik dasar (basic engineering design/BED) dan hasil front end engineering design (FEED), akan dijadikan dasar keputusan akhir investasi (final investment decision/FID).
Nantinya, kilang akan mengolah minyak mentah jenis sour dengan tingkat medium dan heavy menjadi BBM berstandar emisi Euro 5 yang minim kadar timbal dan karbonmonoksida. Kilang akan dilengkapi dengan unit pengolahan petrokimia.
Bisnis Indonesia, Halaman : 3, Senin, 31 Okt 2016
No comments:
Post a Comment