Kalla Group through one of its subsidiaries PT Bumi Sarana Migas (BSM) is ready to build the project land-based LNG Receiving and Regasification Terminal with a capacity of 500 MMSCFD or approximately 4 million tons in Bojonegara, Banten.
A spokesman for PT Bumi Sarana Migas Nanda Sinaga, said the company plans to immediately start the project. The project began early in 2017. It could be operational in early 2020. The onshore LNG terminal project regasification is projected to require an investment of around Rp 10 trillion.
The investment fund will be fully financed by shareholders' capital adequacy well as loans from Japanese financial institutions, consisting of banking financial institutions and the government of Japan.
The project anticipates the threat of a gas deficit in the western part of Java, according to data of the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) As well as the study of Wood MacKenzie about the outlook for gas supply in 2013-2030.
In addition, one of the subsidiaries Kalla Group also owns land since the 1990s on the land. Bumi Sarana claimed to have land that is suitable for these infrastructure projects.
Nanda Sinaga said that our land is located on the seashore with sufficient depth and in front of the island as a wave protector for the backrest of the largest LNG ships in the class of Q-Flex and Q-Max. This project will cooperate with PT Pertamina.
IN INDONESIA
Kalla Group Membangun Terminal Gas Rp 10 Triliun
Kalla Group melalui Salah satu anak perusahaannya PT Bumi Sarana Migas (BSM) siap membangun proyek land based LNG Receiving and Regasification Terminal berkapasitas 500 mmscfd atau kurang lebih 4 juta ton di Bojonegara, Banten.
Jurubicara PT Bumi Sarana Migas Nanda Sinaga, mengatakan perusahaan tersebut berencana segera memulai proyek tersebut. Proyek mulai awal tahun 2017. Bisa beroperasi pada awal tahun 2020. Proyek terminal regasilikasi LNG darat ini diproyeksi membutuhkan dana investasi sekitar Rp 10 triliun.
Dana investasi tersebut sepenuhnya akan dibiayai oleh pemenuhan modal pemegang saham Serta pinjaman dari lembaga keuangan Jepang, terdiri dari lembaga keuangan pemerintah dan perbankan Jepang.
Proyek ini mengantisipasi ancaman defisit gas di Jawa bagian barat, sesuai data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Serta kajian Wood MacKenzie mengenai outlook Suplai gas tahun 2013-2030.
Selain itu, salah satu anak perusahaan Kalla Group juga telah memiliki lahan sejak tahun 1990-an di lahan tersebut. Bumi Sarana mengaku memiliki lahan yang sangat cocok untuk proyek infrastruktur tersebut.
Nanda Sinaga mengatakan lahan kami berada di tepi pantai laut dengan kedalaman yang cukup serta di depan pulau sebagai pelindung ombak untuk sandaran kapal LNG terbesar sekelas Q-Flex dan Q-Max. Proyek ini akan bekerjasama dengan PT Pertamina.
Kontan, Page-14, Tuesday , Nov 15, 2016
No comments:
Post a Comment