Selain mencari minyak, para buruh tambang minyak ini juga menyuling lantung yang diperoleh untuk dijadikan berbagai jenis BBM. Kegiatan menyuling juga dilakukan hatnpir semua warga tiga desa kawasan Wonocolo dan Hargomulyo, meliputi Desa Wonocolo, Dangilo, dan Kedewan. Seperti yang dikerjakan Samuji, 51, buruh tambang di Desa Wonocolo. Tangan kiri menenteng emher, tangan kanan memegang sekop dari pelat seng yang dibentuk seperti gayung.
Dengan langkah tertatih-tatih, Samuji mendekati kolarn penampung berukuran 1,5 meter x 3 meter. Dengan perlahan ia mengambil cairan hitam kehijauan dengan gayung sedikit demi sedikit hingga penuh satu ember, yang isinya 15 liter. Seember cairan ini kemudian dimasukkan ke drum besi ukuran 200 liter yang sudah dimodiflkasi. Setelah terisi sesuai takaran, lantung dalam drum yang ditanam itu dimasak déngan menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari hutan. Dengan pengaturan tertentu, asap pembakaran keluar pada jarak 3 meter dad tungku. Hasil cairan yang digodok itu disalurkan melalui pipa panjang yang disamhungkan dengan dua drum besar.
Dari pipa itu keluarlah BBM. Keahlian pekerja tambang dalam menyuling ini sudah diwariskan secara turun-temurun. Para penambang sudah mahir membuat BBM untuk premium, solar, hingga minyak tanah. Mereka menyuling dari sisa lantungyang mereka temukan di dasar sumur yang dikelola. Masyarakat di sana tidak khawatir BBM yang dihasilkan tidak laku dijual sebab sudah banyak perengkek (pembeli bermotor dengan jeriken) antre menunggu untuk membeli BBM produksi Wonocolo.
Para perengkek berasal dari Bojonegoro, Lamongan, Tuban, Gfesik, Surabaya, Madiun, hingga-Madura. Bahkan, BBM tersebut, juga dijual di Blora, Rembang, Grobogan, hingga Pati, Jawa Tengah. Di Wonocolo juga ditemukan sumur-sumur minyak tradisional yang usianya sudah ratusan tahun. Bahkan, pemerintah kolonial Belanda membangun infrastruktur yang menunjang pertamhangan migas disitu; Salah staunya ialah keberadaan puluhan sumur angguk (sumur pompa minyak elektrik) yang sehagian masih difungsikan untuk menguras sumur-sumur minyak, termasuk keberadaan sejumlah gedung dan pipa saluran minyak hingga penampungan yang ada di sekitar petjtambangan juga Warisan dari masa penjajahan Belanda.
Di kasawan tersebut juga ditemukan jalur kereta api yang sudah tidak aktif. Alat transportasi berupa kereta api pada masa lalu menjadi sarana pendukung aktivitas pertambangan di Wonocolo.
Media Indonesia, Halaman : 22, Rabu, 2 Nop 2016
No comments:
Post a Comment