Thursday, November 17, 2016
Kinerja Pertamina Sejajar Perusahaan Migas Berskala Global
PT Pertamina, badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, termasuk salah satu perusahaan minyak dan gas bumi papan atas berskala global, setelah membukukan laba bersih sepanjang Januari-September 2016 sebesar US$ 2,83 rniliar, atau naik 209% dibandingkan periode sama 2015. Laba bersih yang diraih Pertamina tersebut bisa disejajarkan dengan perusahaan migas kelas dunia seperti ExxonMobil yang membukukan laba bersih hingga kuartal III 2016 sebesar US$ 61,5 miliar dan Royal Dutbh Shell yang mencatatkan laba bersih US$ 3,03 miliar.
Kinerja keuangan Pertamina juga jauh di atas Chevron yang merugi US$ 912 juta dan Total SA yang mencatatkan kerugian US$ 382 juta sepanjang Januari-September 2016. Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali, mengatakan kinerja positif yang ditunjukkan Pertamina memberikan pembelajaran yang baik, khususnya bagi BUMN lain. Jika BUMN dikelola baik bisa memberikan nilai tambah yang besar bagi negera dan BUMN lain bisa belajar dan Pertamina.
Kinerja cemerlang diperlihatkan oleh sektor hulu Pertamina. Saat biaya produksi dipangkas, sektor downstream justru dapat meningkatkan produksi. Produksi hulu pada periode hingga kuartal III 2016 mencapai 646 ribu barel setara minyak per hari terdiri atas 309 ribu barel per hari minyak dan 1.953 mmscfd gas. Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 12,3% dibandingkan periode yang sama 2015. Sementara pengapalan produksi listrik panas bumi mencapai 2.233 GWH setara listrik.
Efisiensi biaya operasi hulu sebesar US$ 834 juta yang menjadi penyokong utama bagi realisasi Breakthrough Project 2016 mencerminkan strategi perusahaan untuk fokus pada lapangan-lapangan kerja yang memberikan dampak finansial besar bagi perusahaan. Menurut Rhenald, pencapaian kinerja Pertamina tidak lepas dari serangkaian langkah yang dilakukan manajemen di bawah kepemimpinan Dwi Soetjipto dengan mengintegrasikan sistem yang ada.
Pakar ekonomi energi dari Universitas Indonesia Berly Martawardaya mengatakan, kinerja tersebut menunjukkan Pertamina telah melakukan efisiensi dengan sangat baik. Saat harga minyak dunia yang jatuh, BUMN tersebut justru berhasil melakukan penghematan yang luar biasa. Selain itu, kinerja finansial yang sangat memuaskan pada periode sembilan bulan 2016 karena perusahaan memiliki unit usaha hilir dan distribusi yang lebih stabil profilya.
Ini berbeda dengan kebanyakan perusahaan migas lain yang fokus di hulu yang terkena dampak turunnya harga minyak mentah dunia. Rhenald menjelaskan Pertamina masih memiliki sejumlah tantangan untuk bisa mempertahankan kinerjanya yang positif ke depan. Selain harus menghadapi harga minyak yang belum menguntungkan, Pertamina juga masih harus menyelesaikan masalah-masalah fasilitas atau aset yang harus di efisiensikan. Masih ada suara yang menyebut kita tidak perlu bangun kilang.
Ini Pekerjaan Rumah dari kelompok-kelompok yang ingin Indonesia tetap membeli BBM dari luar. Pertamina menghadapi media war yang luar biasa. Rhenald mengatakan pemerintah harus mendukung Pertamina dengan cara memperkuat. Untuk pemangku kepentingan lain seperti komunitas masyarakat juga harus ada kebijakan win win karena masalahnya biasanya sama.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan untuk bisa mempertahankan kinerja positif yang dicapai sejauh ini, Pertamina membutuhkan dukungan dari para stakeholder dalam rangka kegiatan ekspansi bisnis Pertamina ke depannya. Raihan laba bersih Pertamina sampai kuartal III 2016 disokong peningkatan kinerja operasi dan efisiensi dari berbagai inisiatif dan langkah terobosan yang dilakukan perusahaan. Upaya Pertamina dalam melakukan berbagai langkah efisiensi dari berbagai kegiatan inisiatif dan juga langkah terobosan memberikan hasil yang signifikan dalam peningkatan laba bersih perusahaan.
IN ENGLISH
Performance Parallel Pertamina Oil and Gas Company Global Scale
PT Pertamina, the state-owned integrated energy sector, including one oil and gas company's top global scale, after posting a net profit in January-September 2016 amounted to US $ 2.83 rniliar, up 209% compared to the same period in 2015 . the net profit achieved by the Pertamina can be equated with a world-class oil and gas companies such as ExxonMobil, which posted a net profit in the third quarter 2016 amounted to US $ 61.5 billion and Royal Dutbh Shell posted a net profit of US $ 3.03 billion.
Pertamina's financial performance is also far above the Chevron-losing US $ 912 million and Total SA which recorded a loss of US $ 382 million during January-September 2016. Professor of Faculty of Economics, University of Indonesia Rhenald Kasali, said the positive performance shown Pertamina provide good learning, especially for another state. If SOEs are managed well can provide great added value to the country and other state enterprises can learn and Pertamina.
Brilliant performance shown by Pertamina's upstream sector. When production costs are trimmed, the downstream sector will lead to increased production. Upstream production during the period until the third quarter of 2016 reached 646 thousand barrels of oil equivalent per day consisting of 309 thousand barrels per day of oil and 1,953 MMSCFD of gas. Such achievement showed an increase of 12.3% compared to the same period of 2015. While shipments of geothermal power production reached 2,233 GWH of electricity equivalent.
The cost efficiency of upstream operations amounted to US $ 834 million which became the main advocate for the realization of the Breakthrough Project 2016 reflects the company's strategy to focus on the fields of work that provides substantial financial impact for the company. According Rhenald, Pertamina performance achievement can not be separated from the series of steps taken by management under the leadership Soetjipto by integrating existing systems.
Energy economics expert from the University of Indonesia Berly Martawardaya said the performance showed Pertamina has done very well efficiency. When world oil prices fall, the state is actually managed to do a tremendous savings. In addition, the financial performance was very satisfactory in the nine-month period of 2016 as the company has business units downstream and more stable distribution profilya.
This is different to most other oil and gas company focused on upstream affected by the decline in world crude oil prices. Rhenald explained Pertamina still has a number of challenges in order to maintain a positive performance in the future. Apart from having to face the oil price is not yet profitable, Pertamina also has to resolve the problems of facilities or assets that should be in efisiensikan. There are still voices that call us do not need to wake up the refinery.
This Homework of groups who want Indonesia to keep buying fuel from outside. Pertamina face tremendous media war. Rhenald said the government should support the strengthening Pertamina. For the other stakeholders such as communities should also be a policy win win because the problem is usually the same.
Vice President Corporate Communications of Pertamina Wianda Pusponegoro said to be able to maintain the positive performance achieved so far, Pertamina needs the support of stakeholders in the ordinary course of business of Pertamina future expansion. Raihan Pertamina's net profit in the third quarter 2016 supported improvement of operating performance and efficiency of the various initiatives and breakthroughs of the company. Pertamina efforts in a variety of efficiency measures on the various activities of the initiative and also breakthroughs yielded significant results in improving the company's net profit.
Investor Daily, Page-11, Thursday, Nov, 17 Nov 2016
Kuli Google Adsense, Admob, Android Developer, ternak tuyul online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment