google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Penggunaan Gas Bumi Lebih Efisien - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Thursday, November 3, 2016

Penggunaan Gas Bumi Lebih Efisien

Daya saing industri pupuk dalam negeri masih rendah akibat tingginya biaya produksi dari komponen gas bumi. Saat ini pupuk lokal dinilai kalah bersaing dengan produk sejenis dari Tiongkok. Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) Dadang Heru, Rabu (2/II), di sela-sela Lokakarya SKK Migas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) di Kota Semarang, Jawa Tengah. Dengan harga gas bumi 11,8 dolar AS per MMBTU, katanya, biaya produksi pupuk di Indonesia mencapai 250 dollar AS per ton.

Padahal, jika harga bisa diturunkan di bawah 4 dollar AS per MMBTU, biaya produksi urea dapat turun 45 dollar AS per ton sehingga menjadi 205 dollar AS per ton. Jika harga gas bisa diturunkan, harga pupuk akan lebih kompetitif dari produk Tiongkok yang saat ini di pasaran harganya jauh. Gas Bumi Lebih Elisien lebih murah. Bahkan, dengan harga produksi saat ini, industri pupuk mengaku kesulitan memasok ke sejumlah daerah di wilayah timur Indonesia seperti Maluku dan Papua.

Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas Sampe L Purba mengatakan, salah satu kendala utama dalam produksi gas adalah persoalan geograiis sebagai negara kepulauan. Sumber-sumber gas di Indonesia kebanyakan lokasinya jauh dari konsumen. Sampe menjelaskan, pengembangan infrastruktur migas yang tidak terlalu banyak berkembang mengakibatkan harga mahal dan sulit bersaing dengan Tiongkok ataupun Qatar meski Indonesia memiliki banyak sumber gas. Dia meyakini, gas akan menjadi bahan bakar masa depan.

Salah satunya karena lebih efisien. General Manager PT Indonesia Power Unit Penibangkitan Semarang Tarwaji mengatakan, penggunaan bahan bakar gas lebih efisien Sejak menggunakan bahan bakar gas pada 2011, PLTGU Tambak Lorok bisa menghemat triliunan rupiah. Jika memakai minyak bumi, biaya produksi setiap kilowatt jam (kwh) listrik sekitar Rp 2000. Dengan gas hanya sekitar Rp 800. Untuk produksi listrik 1.400 megawatt, PLTGU Tambak Lorok membutuhkan gas 164 MMSCFD.

Gas itu disuplai dari Blok Gundih di Blora dan Lapangan Kepodang di Kabupaten Rem-bang. Kepala Humas Perwakilan SKK Migas Jabanusa M Fatah Yasin menambahkan, di wilayahnya saat ini ada 12 lapangan migas yang dikelola kontraktor kontrak kerja sama dan sudah eksploitasi. Produksi gas di wilayah Jabanusa yang sudah disalurkan untuk industri saat ini kurang lebih niencapai 600 MMSCFD.

Kompas, Halaman : 21, Kamis, 3 Nop 2016

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel