Produsen pupuk, salah satu industri yang memanfaatkan gas, merekomendasikan harga gas turun dari sekitar USD9-13 menjadi USD 2-4/ MMBTU Harga gas untuk industri nasional lebih tinggi dibanding negara lain. Saat ini biaya produksi kisaran USD25O per ton, apabila harga gas di bawah 4 USD/ MMBTU akan menurunkan biaya produksi urea sebesar USD 45 per ton sehingga menjadi USD 205 per ton, kata Dadang Heru Kodri, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) saat menjadi pembicara Lokakarya Media yang digelar SKK Migas Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabanusa) di Semarang, Jawa Tengah.
Lokakarya yang dihadiri pemimpin media se-Jabanusa menghadirkan pembicara Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa Ali Masyhar, Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas Sampe L Purba, anggota komisi VII DPRR satya Wira Yudha, dan Direktur Pembinaan Program Migas Dirjen Migas Kementerian ESDM Agung Cahyono Adi. Sebelum mengikuti lokakarya, SKK Migas mengajak pimpinan media melihat langsung pemanfaatan gas di PLTGU Tambak Lorok, Semarang. Pembangkit listrik ini memadukan gas dan uap untuk menggerakkan pembangkit listrik. Menurut Dadang, pemanfaatan gas bumi dengan nilai murah sangat menguntungkan industri pupuk di Indonesia.
Kadiv Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas Jabanusa Sampe L Purba menjelaskan gas akan diproduksi jika sudah ada pembeli. Setelah pembeli ada, infrastruktur, regulasi, serta ketahanan pembeli sangat menentukan harga gas. Dia menjelaskan, untuk menurunkan harga gas harus dilihat dari hulu hingga ke hilir. Biaya eksplorasi kontraktor juga harus diperhatikan agar tidak rugi. Anggota Komisi VII DPR Satya Widya Yudha mengatakan, penurunan harga gas merupakan pekerjaan rumah yang perlu menjadi perhatian bersama semua pihak..
Koran Sindo, Halaman : 19, Kamis, 3 Nop 2016
No comments:
Post a Comment