PT Pertamina meraup laba bersih US$ 2,83 miliar (Rp 38,2 triliun) di triwulan III 2016, naik 209% jika dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama 2015 (year on year/yoy) sebesar US$ 914 juta (Rp 12,4 triliun). Raihan tersebut dicapai saat pendapatan perseroan mencapai US$26,62 miliar (Rp359,4 triliun), turun 16,8% dari capaian US$ 32 miliar (Rp 432 triliun) akibat anjloknya harga minyak mentah. Menurutnya, peningkatan kinerja operasi antara lain melalui efisiensi berhasil memangkas biaya hingga 27%. Sampai September 2016, ada efisiensi sekitar US$1,6 juta (Rp21,6 miliar) dari breakthrough project,”.
Kinerja hlilu perseroan mencatatkan produksi 646 ribu boepd terdiri 309.000 barel per hari minyak dan gas 1.953 mmscfd, tumbuh 12,3%. Transportasi gas mencapai 393 milar kaki kubik (bscf) dengan penjualan gas mencapai 530 miliar british thermal unit (bbtu). Pertamina juga berhasil menekan biaya pokok produksi kilang di kisaran 104,2% MOPS hingga September 2015, turun menjadi 98,2%, dan menjadikan harga produk kilang Pertamina lebih kompetitif. Penjualan BBM dan non-BBM meningkat tipis 4,3%, mencapai 47,77 juta kiloliter (kl) dari 45,81 juta kl.
Analis ekonomi energi Universitas Indonesia Berly Martawardaya menyehut capaian itu cukup baik di saat harga migas rendah dan ekonomi global masih melambat. Impor untuk satu harga Target pemerintah untuk satu harga BBM di seluruh negeri di Januari 2017 mulai diimplementasikan Pertamina di beberapa daerah terpencil dan wilayah perbatasan seperti Karimun Jawa, Kalimantan Utara, dan Maluku Utara. Untuk menyiasati mahalnya biaya distribusi, Pertamina membuka opsi impor BBM di wilayah perbatasan.
Beberapa wilayah perhatasan harus dipasok lewat udara, biayanya lebih mahal. Kami cari cara lebih efisien dengan impor BBM dari negara terdekat,” kata Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang. Misalnya untuk Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang selama ini mendapatkan pasokan BBM dari Pontianak, akan lehih efiesien bila diimpor dari Malaysia. BBM dijual atas nama Pertamina, begitu pun harganya. Biaya distribusi bisa ditekan 60%, misalnya dari semula Rp 30 ribu-Rp35 ribu menjadi Rp10 rihu per liter. Kita pakai mekanisme swap, kita impor dari Malaysia, kita juga ekspor ke sana. Untuk memuluskan program yang mengedepankan asas keadilan itu, Pertamina menyiapkan anggaran Rpl triliun per tahun.
Media Indonesia, Halaman : 19, Rabu, 9 Nop 2016
No comments:
Post a Comment