Pertamina berharap agar perusahaan migas nasional Arab Saudi itu menggarap ketiga kilang minyak itu secara bersamaan atau paralel. Aramco sudah mulai menggarap proyek peningkatan kapasitas Kilang Cilacap, tetapi belum memberikan kepastian soal Kilang Balongan dan Dumai. Aramco sebagai mitra PT Pertamina belum menyatakan komitmen untuk mempercepat pembangunan Kilang Balongan dan Dumai. Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, kejelasan komitmen dari perusahaan minyak nasional Arab Saudi tersebut masih menunggu berakhirnya kesepakatan atau head of agreement (HOA) pada akhir November 2016.
Dwi menegaskan, pihaknya akan memastikan apakah Aramco akan merevitalisasi Kilang Dumai dan Balongan secara bersamaan dengan proyek peningkatan kapasitas Kilang Cilacap. Proyek peningkatan kapasitas Kilang Cilacap saat ini suclah masuk tahap penunjukan kontraktor. Saudi Aramco sudah menyatakan sepakat untuk proyek peningkatan kapasitas tiga kilang minyak di Tanah Air yaitu Kilang Dumai (Riau), Kilang Balongan (Indramayu), dan Kilang Cilacap. Kilang Dumai akan ditingkatkan kapasitasnya dari 140.000 bph menjadi 300.000 bph, Kilang Cilacap dari 270.000 bph menjadi 370.000 bph, dan Kilang Balongan dari 100.000 bph menjadi 350.000 bph.
Menurutnya, Aramco secara tidak formal mempertanyakan mengapa Pertamina menginginkan agar Kilang Dumai dan Kilang Balongan harus dibangun bersamaan. Dwi menilai, proyek kilang harus dikebut guna mengimbangi laju pertumbuhan konsumsi bahan bakar minyak. Dia pun menyebut, jika Aramco tidak sanggup mangerjakan proyek secara paralel, perseroan akan mencari mitra lain yang berminat. Dwi menyebut masih banyak calon mitra yang tertarik dengan proyek tersebut. Sebagai contoh, perusahaan asal Oman, Thailand, dan Korea Selatan.
Proses pencarian mitra, tak perlu dimulai dari awal karena tinggal memilih kandidat yang sebelumnya bersaing melawan Aramco. Dengan demikian, proyek tersebut rampung sesuai target yakni 2023. Dwi menjelaskan cara lain yang akan ditempuh yaitu dengan menggarap Kilang Balongan dan Dumai oleh perseroan sendiri. Pertamina akan mengeluarkan biaya sekitar 30%, sedangkan sisanya berasal dari pinjaman. Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, swasta mungkin saja terlibat dalam pembangunan kilang meskipun Pertamina sebagai perusahaan pelat merah sektor minyak dan gas bumi telah memiliki sejumlah proyek di sektor pengolahan, Opsi swasta murni dianggap menjadi jalan pintas untuk menambah kapasitas kilang dalam negeri.
Dia menyebut masih terdapat selisih antara kapasitas kilang dan tingkat konsumsi bahan bakar minyak nasional. Sebagai gambaran, saat ini kapasitas kilang yang efektif hanya sekitar 800.000 bph. Sedangkan, tingkat konsumsi BBM berada di angka 1,6 juta bph.
Source : Bisnis Indonesia, Page : 30, Friday, Nop, 4 , 2016
IN ENGLISH
PERTAMINA READY TO KICK ARAMCO
Pertamina hopes that the national oil company of Saudi Arabia was working on the three refineries it simultaneously or in parallel. Aramco has started working on a project to increase the capacity of the Cilacap refinery, but not provide certainty about the Balongan refinery and Dumai. Aramco as a partner of PT Pertamina has not made a commitment to accelerate the development Balongan refinery and Dumai. President Director of PT Pertamina Soetjipto said, the clarity of the commitment of the national oil company of Saudi Arabia is still waiting for the expiration of the agreement or heads of agreement (HOA) at the end of November 2016.
Dwi confirmed, it would ascertain whether Aramco refinery will revitalize Dumai and Balongan simultaneously with The Cilacap refinery capacity building project. The Cilacap refinery capacity building projects are now entered the stage of appointment of contractors. Saudi Aramco has expressed agreed to a project to increase the capacity of three oil refineries in Indonesia, namely Refinery Dumai (in Riau), Balongan refinery (in Indramayu), and Cilacap.
Dumai refinery will be increased capacity from 140,000 bpd to 300,000 bpd Cilacap refinery of 270,000 bpd to 370,000 bpd, and Balongan refinery of 100,000 bpd to 350,000 bpd. According to him, Aramco is not formally questioned why Pertamina wants Dumai and Balongan Refinery Refinery to be built simultaneously. Dwi rate, the refinery project should be accelerated in order to keep pace with the growth in consumption of fuel oil. He also mentioned, if Aramco could not mangerjakan projects in parallel, the company will look for other interested partners.
Dwi calls are still a lot of potential partners interested in the project. For example, a company from Oman, Thailand, and South Korea. Partner search process, no need to start from the beginning because just choose candidates who previously competing against Aramco. Thus, the project was completed on target ie 2023. Dwi explains other ways that will be pursued, namely by working Balongan refinery and Dumai by the company itself.
Pertamina will spend around 30%, while the rest came from loans. Minister of Energy and Mineral Resources said Ignatius Jonan, private might be involved in the construction of the refinery even though Pertamina as a state-owned company oil and natural gas has had a number of projects in the processing sector, Options purely private sector is considered to be a shortcut to increase the capacity of domestic refineries. He calls still there is a difference between refinery capacity and the level of national fuel consumption. As an illustration, the current refining capacity is effective only about 800,000 bpd. Meanwhile, the rate of fuel consumption stands at 1.6 million
No comments:
Post a Comment