Penandatanganan kerja sama operasi (KSO) dilakukan oleh Presiden Direktur PT Pertamina EP Rony Gunawan dan Presiden Direktur PT Sarana GSS Trembul Bambang Mulyadi. Sarana GSS Trembul merupakan perusahaan patungan yang dibentuk oleh GSS Energy Limited (perusahaan asal Singapura) dan PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah, (BUMD Pemprov Jawa Tengah). Bambang Mulyadi menuturkan, pihaknya akan melakukan kegiatan selama 15 tahun yaitu hingga 2031. Pada tahun penama, katanya, perusahaan harus menginvestasikan dana senilai US$7,8 juta.
GSS Trembul sebagai subkontraktor akan mulai mengebor empat sumur baru, seismik 3D juga studi lapisan subsurface. Sumur pertama direncanakan mulai dibor pada Juni 2017 dan mulai berproduksi pada bulan berikutnya. Menurutnya, Area Trembul sudah pasti memiliki cadangan minyak yang mencapai 40,1 juta barel. Lapangan migas warisan era kolonial tersebut sudah berproduksi pada 1917-1942. Produksi minyak pada periode tersebut baru mencapai 370.000 barel. Oleh karena itu, masih terdapat peluang cadangan minyak yang lebih besar dengan melakukan kegiatan pada lapisan yang lebih dalam.
Bambang menilai, investasi pada lapangan migas tersebut lebih mudah ketimbang melakukan eksplorasi guna mencari sumber minyak dan gas biuni baru di lokasi baru. Kegiatan di Area Trembul, katanya, tidak akan menyentuh sumur tua wilayah tersebut. Padahal, di area seluas 47,6 kilometer persegi itu terdapat 24 sumur tua dengan tiga sumur yang masih terdapat fondasi rig. Bambang menilai, keberadaan sumur tua menandakan masih terdapat cadangan minyak dan gas di sekitar sumur tersebut yang belum tereksploitasi. Sktivitas penambang lokal tak akan terganggu karena menjadi mitra Pertamina EP yang melakukan kegiatan di sumur tua.
Dia memperkirakan, produksi minyak dari Lapangan Trembul pada tahap awal mencapai 200 bph untuk setiap sumur yang dibor. Produksi minyak dari lapangan itu akan dibagi dengan komposisi 15% untuk Sarana GSS Trembul dan 25% untuk Pertamina EP. Menurutnya, pengembangan minyak dengan skema KSO masih potensial diterapkan terutama di beberapa wilayah sekitar Blok Cepu seperti wilayah sumur tua di Kedinding; Blora. Pola pengelolaan KSO, katanya, telah dilakukan di daerah lain seperti di Jambi yang dilakukan Ramba Energy.
Grup CEO GSS Energy limited Sydney Yeung mengatakan, pihaknya berharap agar kerja sama tersebut dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat setempat. Dalam perkembangan lain terkait pengusahaan sumur tua, Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Susyanto mengatakan, revisi Peraturan Menteri ESDM No.1 /2008 tentang Pedoman Pengusahaan Sumur Tua masih dalam tahap pembahasan. Menurutnya, poin perubahan beleid tersebut terkait optimalisasi kegiatan di sumur tua dan harga jual minyak yang diproduksi.
Menurutnya, penyelesaian beleid tersebut belum menjadi prioritas untuk diselesaikan tahun ini. Dari data yang tercatat Kementerian ESDM, terdapat 13.824 sumur tua di Indonesia. Jumlah terbanyak berada di Sumatra bagian selatan 3.623 sumur, Kalimantan Timur 3.143 sumur, Jawa Tengah-Jatim- Madura 2.496 sumur, Sumatra bagian utara 2.392 sumur, Sumatra bagian tengah 1.633 sumur, Seram 229 sumur, Papua 208 sumur, dan Kalimantan Selatan 100 sumur. Sementara itu, sumur tua yang sudah dikelola sebanyak 1.000 unit. Produksi dan sumur tua tersebut diproyeksikan dapat menyumbangkan minyak sebanyak 30.000 bph.
Bisnis Indonesia, Halaman : 30, Kamis, 3 Nop 2016
No comments:
Post a Comment