google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 RI Berharap dari Investor Iran - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Tuesday, November 29, 2016

RI Berharap dari Investor Iran


    Pemerintah Indonesia meminta investor dari Iran untuk membangun kilang minyak di Indonesia untuk melanjutkan kerja sama pasokan liquefied petroleum gas atau Elpiji asal Negeri Persia tersebut ke Tanah Air. Kilang Bontang merupakan salah satu kilang yang ditawarkan kepada Iran. Indonesia menyepakati pasokan LPG dari Iran pada medio 2016. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja mengatakan, Kementerian ESDM telah bertemu dengan delegasi Iran pada Jumat (25/ 11).

    Melalui pertemuan itu, pemerintah berharap agar Iran tenarik menggarap proyek kilang minyak di Indonesia. Dia menambahkan, kerja sama Indonesia-Iran saat ini semakin intens. Iran yang telah menjadi pemasok LPG ke Indonesia diharapkan melanjutkan, kerja sama dalam proyek kilang. Negara itu memiliki produksi minyak yang cukup tinggi sehingga memiliki kepentingan untuk memasarkan cairan hitam itu melalui proyek kilang. Wiratmaja mengatakan kami mengundang investor minyak dari Iran untuk membangun kilang di sini.

    Wiratmaja menjelaskan, Indonesia telah menawarkan beberapa proyek kilang termasuk Kilang Bontang. Sebelumnya, pemerintah menginginkan agar kilang juga dibangun di Arun, Aceh. Kilang Arun merupakan proyek kilang berikutnya bila Kilang Bontang berjalan. Lokasi lain seperti Kuala Tanjung, Sumatra Utara pun pernah ditawarkan ketika pemerintah bertemu dengan delegasi Oman. Analis Hulu Minyak dan Gas bumi Asia Pasifik Wood Mackenzie-Johan Utama mengatakan, tidak akan ada kilang minyak baru yang terbangun hingga 2022.

    Kilang Tuban yang dibangun melalui kerja sama antara PT Pertamina dan Rosneft diperkirakan rampung pada 2023. Sementara itu, Kilang Bontang yang saat ini belum menyentuh tahap lelang. Kami memperkirakan tidak akan ada kilang baru yang beroperasi pada 2022. Menteri ESDM Ignasius Johan memaparkan, saat ini Indonesia masih mengimpor Premium 450.000 barel per hari (bph). Dia memperkirakan, konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia pada 2016 sebesar 1,6 juta bph dan akan naik menjadi 1,9 juta bph pada 2022.

    Sementara itu, kapasitas kilang minyak di Tanah Air sekitar 900.000-an bph. Oleh karena itu, Indonesia masih membutuhkan empat kilang baru dengan kapasitas masing-masing 200.000 bph guna mengurangi ketergantungan terhadap impor olahan minyak. Indonesia masih membutuhkan sekitar empat kilang baru dengan asumsi kapasitas masing-masing 200.000 bph untuk melepaskan ketergantungan terhadap impor produk olahan minyak. Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, pertumbuhan konsumsi BBM 1,5 kali dari pertumbuhan ekonomi.

    Dengan demikian, peluang pembangunan kilang minyak masih terbuka. Melalui Peraturan Menteri ESDM No. 35/2016, Jonan mempersilakan pihak swasta membangun kilang. Swasta, katanya, diperbolehkan mengimpor minyak mentah bahkan menjual produk olahannya langsung ke konsumen bila telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Konsumsi energi itu 1,5 kali Iebih besar dari pertumbuhan ekonomi.

IN ENGLISH

Republik Indonesia Investors Expect from Iran


    The Indonesian government asked investors from Iran to build oil refinery in Indonesia to continue to work together supply liquefied petroleum gas or LPG from the State to the Persian country. Bontang plant is one of the refinery offered to Iran. Indonesia agreed on the supply of LPG from Iran in mid 2016. The Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) IGN Wiratmaja Puja said, the Ministry of Energy has met with the Iranian delegation on Friday (25/11).

    Through the meeting, the government hopes that Iran tenarik work on oil refinery project in Indonesia. He added that the cooperation between Indonesia and Iran is increasingly intense. Iran has become the supplier of LPG to Indonesia is expected to continue cooperation in the refinery project. The country has some oil production high enough to have an interest to market the black liquor through the refinery project. Wiratmaja say we invite investors from Iran to build oil refinery here.

    Wiratmaja explained, Indonesia has offered several projects including the Bontang refinery. Earlier, the government wants the refinery was also built in Arun, Aceh. Arun refinery is the next project when Bontang refinery runs. Other locations such as Kuala Tanjung, North Sumatra has ever offered when the government met with the delegation of Oman. Upstream Oil and Gas Analyst Biuni Asia-Pacific Wood Mackenzie Top Johan said, there would be no new oil refinery that is built until 2022.

    Tuban refinery built through cooperation between PT Pertamina and Rosneft are expected to be completed in 2023. Meanwhile, Bontang which is currently not touch the bid stage. We estimate there will be no new refineries operating in 2022. Minister Ignatius Johan explained that Indonesia is still importing Premium 450,000 barrels per day (bpd). He estimated that fuel consumption in Indonesia in 2016 amounted to 1.6 million bpd and will rise to 1.9 million bpd in 2022.

    Meanwhile, the capacity of oil refineries in the country's approximately 900,000 bpd. Therefore, Indonesia still needs four new refinery with a capacity of 200,000 bpd each in order to reduce dependence on imports of refined oil. Indonesia still needs about four new refinery with a capacity assumptions -200 000 bpd each to break the dependence on imports of refined oil products. Earlier, Minister Ignatius Jonan said that growth in fuel consumption is 1.5 times of economic growth.

    Thus, oil refinery development opportunities still open. Through the Minister of Energy and Mineral Resources No. 35/2016, Jonan invited the private sector to build new refineries. Private, he said, is allowed to import crude oil processed even sell products directly to consumers if they have to meet domestic demand. Energy consumption was 1.5 times greater than the Iebih economic growth.

Bisnis Indonesia, Page-30, Tuesday, Nov,29,2016

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel