Bupati Bojonegoro Suyoto berharap harga minyak mentah bisa segera stabil. Sebab sebagai daerah penghasil minyak mentah, Bojonegoro sangat terpengaruh dengan naik turunnya harga minyak mentah di pasar internasional. Harga minyak mentah ini sangat berpengaruh terhadap Bojonegoro. Kalau harga minyak mentah turun, maka pendapatan dari bagi hasil minyak mentah yang diterima Bojonegoro juga turun. Sebaliknya kalau harga minyak naik, maka pendapatan yang diperoleh Bojonegoro juga naik.
Sayangnya, pada saat produksi minyak mentah di Bojonegoro naik, harga minyak mentah di pasar internasional saat ini turun. Suyoto berharap harga minyak mentah ditetapkan pemerintah. Dengan begitu, harga minyak mentah bisa stabil dan menguntungkan bagi daerah penghasil seperti Bojonegoro. Jika harga minyak sudah ditetapkan, maka nanti akan berdampak positif bagi daerah. Pendapatan yang diperoleh dari DBH Migas, bisa digunakan mengembangkan perekonomian masyarakat Bojonegoro.
Pada 2016 penerimaan dana bagi hasil migas yang diterima Bojonegoro sekitar Rp 800 miliar. Itu dengan asumsi harga minyak mentah dunia kisaran 40 dolar per barel. Harga minyak mentah dunia saat ini rendah. Padahal perkiraan sebelumnya apabila harga minyak mentah seperti pada 2014, yakni kisaran USD 100 per barel, maka penerimaan DBH Migas yang diterima Bojonegoro pada 2016 bisa mencapai Rp 1,2 triliun. Menurut Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD) Kabupaten Bojonegoro Ibnu Suyuthi, penerimaan DBH Migas pada 2016 memang tidak sesuai perkiraan. Diperkirakan penerimaan DBH Migas Rp 1,2 triliun tahun ini, tetapi setelah dikoreksi penerimaan DBH Migas hanya sekitar Rp 800 miliar.
IN ENGLISH
Please Suyoto Oil Prices Stable
Bojonegoro Regent Suyoto expect crude oil prices to stabilize soon. Because as a crude oil producing regions, Bojonegoro badly affected by the rise and fall of crude oil prices in the international market. The price of crude oil is highly influential on Bojonegoro. If the price of crude oil fell, then sharing revenues received Bojonegoro crude oil also fell. Conversely if oil prices rise, then the income Bojonegoro also raise.
Unfortunately, at the time of the production of crude oil in Bojonegoro rise, the price of crude oil in the international market is currently down. Suyoto expect crude prices set by the government. By doing so, the price of crude oil can be stable and beneficial for regions such as Bojonegoro. If the oil price has been set, then it will be a positive impact for the region. DBH income earned from oil and gas, can be used to develop the community's economy Bojonegoro.
In 2016 the receipt of funds for oil and gas revenue received Bojonegoro around Rp 800 billion. That is assuming crude oil price range of 40 dollars per barrel. World crude oil prices are currently low. Whereas previous estimates if the oil prices as in 2014, ie the range of USD 100 per barrel, then the reception DBH Migas Bojonegoro received in 2016 could reach Rp 1.2 trillion. According to the Head of the Financial Management Board and Local Resources (BPKKD) Bojonegoro Ibn Suyuti, reception DBH Oil and Gas in 2016 was not as expected. It is estimated reception DBH Migas Rp 1.2 trillion this year, but once corrected reception DBH Migas only about Rp 800 billion.
Koran Sindo, Page-4, Monday, Nov, 21-2016
No comments:
Post a Comment