google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Boost oil and gas reserves - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Complete Graphic Design Course™

Tuesday, December 27, 2016

Boost oil and gas reserves



    The decline in production and reserves of oil and gas continues to haunt Indonesia. Approval 28 field development plan be good news. As reported to the approval given daily throughout 2016, Indonesia's oil reserves could raise as much as 142.45 million barrels and gas reserves of 645 billion standard cubic feet. In recent years, we are continuously faced with the shrinkage in production due to the lack of discovery of new reserves, either for oil or gas, thus threatening energy security.

    Although the number of courts continues to rise, oil reserves continue to decline, reaching its lowest point of 3.6 billion barrels in the first half of 2016, the lowest since 2000. This was due to lack of investment in upstream oil and gas industry and the lack of discovery of new oil reserves on a large scale , low price of oil, which fell from 140 dollars per barrel in 2008 to below 30 dollars per barrel in 2014, making an investment in the upstream oil and gas sector continues to experience sluggishness in recent years.

    Even if there is an increase in the investment plan, it's not always followed by an increase in drilling activity in the field. The lack of impact on the continued exploration of oil and gas reserves decline. Some time ago the Minister warned, without any new findings, the oil reserves will be depleted in 12 years (2028) and gas reserves will be depleted in 30 years (2046). Own oil production continued to decline last 20 years, from 1.6 million barrels per day (1997) to less than half.

    Indonesia a net importer of oil since 2008. Approval of new field development plan is promising reserve additions. The improvement in world oil prices is expected to also add to the excitement of investment in upstream oil and gas sector in the next year. However, this can only be achieved if the climate is also conducive. Many of the factors that make the condition feared 2017 would not change much from before. One of them, the low budget prepared cooperation contract (PSC). Some of the contractors also new players are inexperienced.

    Not a bit of oil and gas contracts that are ending soon concession period, is also unknown fate of the continuation of the contract. Technological issues become another challenge because most basins are yet to be explored in the Frontier Region. The government also should be firm to the contractors who do not perform exploration activities in the concession controlled. Many people also associate low investment in upstream oil and gas with less conducive climate, especially related to the licensing and incentives.

    In terms of the regulatory and legal framework, unclear the fate of the revision of the Oil and Gas Law No. 22 Year 2001 is also a barrier. In addition to boosting investment upstream and downstream oil and gas, renewable alternative energy development should continue to be encouraged because we can not continue to rely on oil and gas.

IN INDONESIAN

Menggenjot Cadangan Migas

    Penurunan produksi dan cadangan minyak dan gas terus membayangi Indonesia. Persetujuan 28 rencana pengembangan lapangan menjadi kabar baik. Seperti dilaporkan harian   persetujuan yang diberikan sepanjang 2016 tersebut berpotensi menaikkan cadangan minyak Indonesia sebanyak 142,45 juta barrel dan cadangan gas 645 miliar standar kaki kubik. Dalam beberapa tahun terakhir, kita terus dihadapkan pada penyusutan produksi akibat minimnya penemuan cadangan baru, baik minyak maupun gas, sehingga mengancam ketahanan energi.

    Meski jumlah lapangan terus meningkat, cadangan minyak terus mengalami penurunan, mencapai titik terendah 3,6 miliar barrel pada semester I-2016, terendah sejak tahun 2000. Hal itu disebabkan minimnya investasi di industri hulu migas dan tak adanya temuan cadangan minyak baru dalam skala besar, Rendahnya harga minyak dunia, yang anjlok dari 140 dollar AS per barrel pada 2008 menjadi di bawah 30 dollar AS per barrel pada 2014, membuat investasi di sektor hulu migas terus mengalami kelesuan beberapa tahun terakhir.

    Kalaupun terjadi peningkatan rencana investasi, hal ltu tidak selalu diikuti oleh peningkatan kegiatan pengeboran di lapangan. Minimnya eksplorasi berdampak pada terus berkurangnya cadangan migas. Beberapa waktu lalu Menteri ESDM mengingatkan, tanpa adanya temuan baru, cadangan minyak akan habis dalam 12 tahun (2028) dan cadangan gas akan habis dalam 30 tahun (2046). Produksi minyak sendiri terus menurun 20 tahun terakhir, dari 1,6 juta barrel per hari (1997) menjadi kurang dari separuhnya.

    Indonesia importir neto minyak sejak 2008. Persetujuan rencana pengembangan lapangan baru memang menjanjikan penambahan cadangan. Membaiknya harga minyak dunia diharapkan juga menambah gairah investasi di sektor hulu migas pada tahun depan. Namun, ini hanya bisa terwujud jika iklim juga kondusif. Banyak faktor yang membuat kondisi 2017 dikhawatirkan belum akan banyak berubah dari sebelumnya. Salah satunya, rendahnya anggaran yang disiapkan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Sebagian kontraktor juga pemain baru yang belum berpengalaman.

    Tidak sedikit kontrak migas yang segera berakhir masa konsesinya, juga belum diketahui nasib kelanjutan kontraknya. Isu teknologi menjadi tantangan lain mengingat sebagian cekungan yang belum dieksplorasi berada di Wilayah Frontier. Pemerintah juga harus tegas kepada kontraktor yang belum melakukan aktivitas eksplorasi di wilayah konsesi yang dikuasai. Banyak kalangan juga mengaitkan rendahnya investasi di hulu migas dengan iklim yang kurang kondusif terutama terkait perizinan dan insentif.

     Dari sisi regulasi dan payung hukum, ketidak jelasan nasib revisi UU Migas Nomor 22 Tahun 2001 juga menjadi penghambat. Selain menggenjot investasi hulu-hilir migas, pengembangan energi alternatif terbarukan harus terus digalakkan karena kita tak bisa terus bertumpu pada migas.

Kompas, Page-6, Tuesday, Dec, 27,2016

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel