google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Efisiensi Modal lnvestasi Pertamina - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Thursday, December 8, 2016

Efisiensi Modal lnvestasi Pertamina


    Dominasi pengelolaan hulu migas oleh Pertamina hanya 20%, jauh di bawah NOC lain, seperti Petrobras hingga 81%, Petronas 47%, dan Statoil 58%. Upaya efisiensi merupakan sumber kekuatan PT Pertamina untuk melakukan investasi dalam pembangunan infrastruktur, khususnya kilang. Peningkatan daya beli Pertamina dalam pengadaan bahan bakar minyak tanpa menggunakan letter of credit (L/C), membuat Pertamina memiliki kemampuan keuangan yang besar sehingga dapat menghapus pinjaman jangka pendek pada November 2016 dari semula US$ 5 miliar pada 2015. Kas Pertamina juga naik dari US$ 1 miliar menjadi US$ 5,6 miliar.

    Dari situ nanti kami akan masuk ke investasi,” ujar Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto. Pertamina merencanakan investasi Rp 1.000 triliun dalam 10 tahun ke depan untuk pembangunan kilang, infrastruktur gas, pengolahan, dan pemasaran, dengan menggandeng swasta. Investasi pembangunan infrastruktur Pertamina juga harus didukung reformasi UU migas. Saat ini cadangan migas negara belum di leverage menjadi aset yang akan berpengaruh pada kekuatan ekonomi lebih besar.

    Di sanalah nanti, dari sisi laba dan aset barangkali kita bisa mengalahkan perusahaan besar negara tetangga,” tutur Dwi. Dalam pandangan pengamat energi Universitas Gajah Mada, Fahmy Radhi, efisiensi menjadi langkah awal Pertamina untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia. Itu modal Pertamina untuk akfif dalam ekspansi investasi di luar negeri. Tahap awal dengan akuisisi lahan migas yang sudah berproduksi. Kedua, Pertamina diberi keistimewaan menguasai dan mengusahakan lahan migas dalam negeri,” kata Fahmy.

    Selain itu, Pertamina bisa ditunjuk pemerintah untuk menguasai aset melalui monetasi. Hal itu bertujuan menaikkan international leverage Pertamina. “Selain itu, meminimkan intervensi berlebihan dalam organisasi, penambahan direksi, juga dalam pengambilan keputusan corporate actions,” katanya. Hal terpenting lainnya ialah pemberian keleluasaan kepada Pertamina untuk memanfaatkan keuntungan mereka. Tidak boleh lagi menjadi ‘sapi perah’ dan tumpuan penyetor dividen. Berikan kesempatan kepada Pertamina menggunakan dividen untuk melakukan ekspansi, terutama ekspansi di luar negeri,” ujarnya.

    Prioritas kelola hulu Pemberian keistimewaan itu wajar untuk menjadikan Pertamina sebagai BUMN energi terintegrasi dan berkelas dunia karena dominasi pengelolaan hulu migas oleh Pertamina hanya 20%, di bawah perusahaan minyak nasional (NOC) negara lain yang memiliki porsi produksi domestik besar, seperti Brazil 81%, Aljazair 78%, Norwegia 58%, dan Malaysia 47%. “Akan lebih bagus dalam revisi UU 22/2001 (UU Migas), Pertamina diberi semua privilage, tapi tidak menjadikannya sebagai regulator,” ujar anggota Komisi VII DPR, Satya W Yudha. Pemberian prioritas itu, misalnya, terkait dengan mendapat penawaran pertama untuk setiap kontrak blok migas yang akan habis (expired). “Bisa juga semua blok potensial diberikan ke Pertamina, sisanya diberikan kepada kontraktor bagi hasil (PSC) lain.

IN ENGLISH

Efficiency of Capital Investments Pertamina


    The dominance of the management of Pertamina upstream oil and gas by only 20%, far below other NOCs, such as Petrobras up to 81%, Petronas 47% and Statoil 58%. Efforts efficiency is a source of strength PT Pertamina to invest in development of infrastructure, especially refineries. Pertamina increased purchasing power in the procurement of fuel oil without using letters of credit (L / C), making Pertamina has huge financial capabilities so as to remove the short-term loan in November 2016 from US $ 5 billion in 2015. Cash Pertamina also rose from US $ 1 billion to $ 5.6 billion.

    From there we'll go into investment, "said President Director of PT Pertamina Dwi Soetjipto. Pertamina plans to invest Rp 1.000 trillion in the next 10 years for the construction of refineries, gas infrastructure, processing, and marketing, by cooperating with the private sector. Pertamina infrastructure development investment must also be supported reform of the oil and gas law. Currently oil and gas reserves in the country has not been leveraged into an asset that will affect the greater economic power.

    It was there that day, in terms of income and assets maybe we could beat the big companies neighboring countries, "said Dwi. In the view of observers energy Gajah Mada University, Fahmy Radhi, efficiency becomes the first step Pertamina to become a world-class energy company. It Pertamina's capital investment in the expansion akfif abroad. The initial stage of the acquisition of oil and gas fields already in production. Second, Pertamina was given the privilege to master and exploit oil and gas fields in the country, "said Fahmy.

    In addition, Pertamina could be appointed by the government to control assets through monetization. It aims to raise international leverage Pertamina. "In addition, to minimize excessive intervention in the organization, the addition of directors, also in decision-making corporate actions," he said. Another important thing is the provision of flexibility to Pertamina to exploit their advantage. Should no longer be a 'cash cow' and support the depositor dividends. Provide the opportunity for Pertamina to use dividends to expand, particularly in overseas expansion, "he said.

    Priority manage upstream Granting privileges was reasonable to make Pertamina as a state integrated energy and world-class because of the dominance of the management of upstream oil and gas Pertamina only 20%, below the national oil company (NOC) of other countries that have a portion of domestic production of large, such as Brazil 81%, Algeria 78%, Norway 58%, and Malaysia 47%. "It would be great in the revision of Law 22/2001 (Oil and Gas Law), Pertamina was given all the privilage, but did not make it as a regulator," said a member of House Commission VII, Satya W Yudha. Giving priority, for example, is associated with the received first offer for each contract block of oil and gas will run out (expired). "It could also be given all potential blocks to Pertamina, the rest is given to the contractor for the results (PSC) to another.

Media Indonesia, Page-19,Wednesday, Dec,7,2016

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel