After years criticism on the absence of accurate oil and gas production data in the field, the government has prepared a measure to force oil and gas contractors to install flow meters at their wells. Energy and Mineral Resources Ministry’s oil and gas director general IGN Wiratmaja Puja said the government would stipulate the installation of How meters through a ministerial regulation in a bid to increase the accuracy of measuring daily crude production in the country. The impending regulation comes as Indonesia’s oil and gas production decreases at an average rate of 20 percent per year, as most fields have already shown a natural decline.
The Upstream Oil and Gas Regulatoriy Special Task Force (SKK Migas) has thus far relied on daily oil and gas production reports submitted by contractors. There are no regulations making it compulsory to install flow meters, Ministerial rule to require oil, gas contractors to install flow meters at wells Rule aimed at providing accurate production data for govt amid decreasing output in Indonesia which measure the real How rate or the quantity of oil and gas. “The objective of the flow meter installation is to monitor production, and the data will be delivered to SKK Migas on a real-time basis, which will also be transferred to the Energy and Mineral Resource Ministry,” Wiratmaja said.
He explained that currently flow meters were only installed at oil and gas points of delivery to measure ready to sell production, known as lifting. Although the variance between oil lifting and total production is limited, at only around 0.25 to 1.6 percent, it provides greater accuracy for monitoring purposes. Declining to disclose the exact date of the ministerial regulation issuance, Wiratmaja said the flow meters would be procured using state funds. The installation will be conducted by SKK Migas. “The flow meters will be the state`s property while SKK Migas will be tasked with installing and operating the equipment,” he said.
According to data from SKK Migas. national crude oil production reached 817,900 barrels of oil per day (bopd) and gas production hit 7.9 trillion cubic feet (tcf) a day in the first half of the year. Meanwhile, oil and gas lifting was at 1.996 million barrels of oil equivalent a day (boepd), slightly exceeding SKKMigas’ target set in this year’s work plan and budget of 1.94 million boepd. The country’s oil lifting has largely been supported by fields including Chevron’s Rokan field and ExxonMobil’s Cepu field, with lifting rates of 256,400 and 154,700 bopd, respectively.
Meanwhile, Total E&P’s Mahakam field and BP Tangguh’s Berau, Muturi and Wiriagar fields were the main contributors to gas lifting in the first halfof2016, with 280,900 and 167,000 boepd, respectively. Although oil lifting and production have largely exceeded this year’s targets, the figures are a far cry from Indonesia’s heyday in the 1970s when oil production reached a peak of1.7 million bopd.
Ageing wells and a lack of new oil and gas reserve discoveries have been blamed for the decline. The government has set targets of 815,000 bopd of oil and 1.15 million boepd of gas in next year’s draft state budget. The Indonesian Petroleum Association (IPA) expressed its commitment to supporting the plan, especially as several fields have had fiow meters installed and are monitored frequently. IPA executive director Maijolijn Wajong explained that the existing flow meters were state property, but were operated by contractors. “There are several flow meters which have been certified by the oil and gas directorate general,” she said.
IN INDONESIAN
Pemerintah berencana Pasang aliran meter di sumur minyak dan gas untuk output data yang akurat
Setelah bertahun-tahun kritik pada tidak adanya data produksi minyak dan gas akurat di lapangan, pemerintah telah menyiapkan langkah untuk memaksa kontraktor minyak dan gas untuk menginstal aliran meter di sumur mereka. Energi dan minyak dan direktur gas Sumber Daya Mineral Kementerian umum IGN Wiratmaja Puja mengatakan pemerintah akan menetapkan pemasangan Bagaimana meter melalui peraturan menteri dalam upaya untuk meningkatkan akurasi pengukuran produksi minyak mentah setiap hari di negara itu. Peraturan yang akan datang datang sebagai produksi minyak dan gas Indonesia menurun pada tingkat rata-rata 20 persen per tahun, karena sebagian besar ladang telah menunjukkan penurunan alami.Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Regulatoriy Task Force Khusus (SKK Migas) sejauh ini mengandalkan laporan produksi minyak dan gas setiap hari disampaikan oleh kontraktor. Tidak ada peraturan sehingga wajib untuk menginstal aliran meter, Menteri memerintah membutuhkan minyak, kontraktor gas untuk menginstal aliran meter di sumur Peraturan ditujukan untuk memberikan data produksi yang akurat untuk pemerintah tengah penurunan produksi di Indonesia yang mengukur nyata Bagaimana tingkat atau kuantitas minyak dan gas. "Tujuan dari pemasangan flow meter adalah untuk memantau produksi, dan data akan dikirimkan ke SKK Migas secara real-time, yang juga akan ditransfer ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral," kata Wiratmaja.
Dia menjelaskan, saat ini aliran meter hanya dipasang pada titik-titik minyak dan gas pengiriman untuk mengukur siap untuk menjual produksi, dikenal sebagai angkat. Meskipun varians antara lifting minyak dan total produksi terbatas, yaitu hanya sekitar 0,25-1,6 persen, memberikan akurasi yang lebih besar untuk tujuan monitoring. Menolak mengungkapkan tanggal pasti penerbitan peraturan menteri, Wiratmaja mengatakan meter aliran akan diperoleh dengan menggunakan uang negara. instalasi akan dilakukan oleh SKK Migas. "Aliran meter akan menjadi milik state`s sementara SKK Migas akan bertugas memasang dan mengoperasikan peralatan," katanya.
Menurut data dari SKK Migas. produksi minyak mentah nasional mencapai 817.900 barel minyak per hari (bopd) dan produksi gas memukul 7,9 triliun kaki kubik (tcf) hari pada semester pertama tahun ini. Sementara itu, lifting minyak dan gas di 1.996.000 barel setara minyak per hari (boepd), sedikit melampaui target SKKMigas 'diatur dalam rencana kerja tahun ini dan anggaran dari 1,94 juta boepd. lifting minyak negara itu sebagian besar telah didukung oleh bidang termasuk bidang Rokan Chevron dan lapangan Cepu ExxonMobil, dengan tarif mengangkat dari 256.400 dan 154.700 bopd, masing-masing.
Sementara itu, Total E & amp; P Mahakam lapangan dan bidang Berau, Muturi dan Wiriagar BP Tangguh adalah kontributor utama untuk lifting gas dalam halfof2016 pertama, dengan 280.900 dan 167.000 boepd, masing-masing. Meskipun lifting minyak dan produksi sebagian besar telah melampaui target tahun ini, angka-angka ini jauh dari kejayaan Indonesia di tahun 1970-an ketika produksi minyak mencapai puncak of1.7 juta bopd.
Penuaan sumur dan kurangnya penemuan cadangan minyak dan gas baru telah disalahkan untuk penurunan. Pemerintah telah menetapkan target dari 815.000 bopd minyak dan 1,15 juta boepd gas di APBN rancangan tahun depan. The Indonesian Petroleum Association (IPA) menyatakan komitmennya untuk mendukung rencana tersebut, terutama karena beberapa bidang telah memiliki meter fiow diinstal dan dipantau sering. IPA direktur eksekutif Maijolijn Wajong menjelaskan bahwa meter aliran yang ada adalah milik negara, tetapi dioperasikan oleh kontraktor. "Ada beberapa meter aliran yang telah disertifikasi oleh minyak dan gas direktorat jenderal," katanya.
Jakarta Post, Page-13, Monday, Dec,5,2016
No comments:
Post a Comment