Mengaku hanya Bisa Berikan Tali Asih

    Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Ali Masyhar mengaku tidak bisa memberikan kompensasi dampak flare selama 12 bulan penuh sesuai permintaan warga Desa Rahayu, Kecamatan Soko, lantaran terbentur aturan. Ia meminta warga memahami bahwa perusahaan hanya bisa mengeluarkan anggaran kompensasi sesuai peraturan yang berlaku.

    Bukan semudah itu untuk mengeluarkan uang kompensasi, dan semua itu pasti ada dasarnya,” kata Ali Masyhar. Untuk menggantikan dana kompensasi itu, lanjut Ali Masyhar, SKK Migas sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp 700 juta sebagai tali asih. Dana tersebut dihimpun dari biaya yang tidak terduga berasal dari proses operasional," papar Ali.

    Saat ditanya nasib warga Desa Rahayu yang merasakan dampak flare selama berbulan-bulan, Ali kembali berkelit bahwa dampak flare sudah di bawah ambang batas sehingga tidak membahayakan warga. Ia mengklaim bahwa hal ini sesuai penelitian dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). "Sudah beberapa tahun terakhir ini produksi minyak sumur-sumur JOB PPEJ telah menurun.

    Jika dulu puncak produsi minyak di atas 40 ribu barel per hari, total gas yang dikeluarkan 20 MMSCFD. Tetapi, kini tingkat produksi telah menurun hingga di bawah 20 ribu per barel. Jadi produksi segitu cecara otomatis berada di bawah ambang batas,” dalihnya. Diberitakan sebelumnya, warga Desa Rahayu tetap ngotot meminta dana kompensasi. Sebab, menurut warga, dana tali asih yang dipersiapkan JOB PPEJ dan SKK Migas Jabanusa tak sesuai dengan kesepakatan yang diteken pada 2009 lalu terkait dana kompensasi.

IN ENGLISH

Can Give admitted only Gratification

    SKK Migas Chief Representative Jabanusa, Ali Masyhar claims could not compensate the impact of flares during a full 12 months demand Rahayu village residents, District Soko, further due to the rules. He asked citizens to understand that the company can only issue a budget compensation in accordance with applicable regulations.

    Not so easy to spend money compensation, and all of it was certainly no basis, "said Ali Masyhar. To replace the compensation fund, said Ali Masyhar, SKK Migas has prepared a budget of Rp 700 million as ex-gratia. The funds collected from unexpected expenses come from operational processes, "said Ali.

    When asked about the fate of Rahayu village residents who feel the impact of flare for months, Ali returned dodged that flare effects already below the threshold so as not to endanger the citizens. He claims that this is according to research from the Institute of Technology (ITS). "It's been the last few years oil production wells JOB PPEJ has declined.

    If the first peak oil produsi over 40 thousand barrels per day, a total of 20 MMSCFD gas released. But now the production rate has dropped to below 20 thousand per barrel. So much for cecara automatic production is below the threshold, "he argued. Reported earlier, villagers insisted Rahayu requesting compensation fund. Because, according to residents, funds gratia prepared JOB PPEJ and SKK Migas Jabanusa not in accordance with the agreement signed in 2009 related to the compensation fund.

Harian Bangsa, Page-9,Thursday, Dec,22,2016