google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Migas Masih Perlu Tingkatkan Efisiensi - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Complete Graphic Design Course™

Monday, December 26, 2016

Migas Masih Perlu Tingkatkan Efisiensi


    Industri migas tahun depan masih bergantung eskalasi global yang menjadi penentu harga minyak dunia. Di luar itu semua, tinggal berharap pada efektivitas insentif investasi maupun perbaikan regulasi di dalam negeri. Menghadapi tahun depan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyusun sejumlah target kerja. Menteri ESDM Ignasius Jonan mengungkapkan, ada enam upaya utama di sektor hulu hingga hilir migas. Upaya pertama adalah meningkatkan kapasitas kilang minyak di dalam negeri.

    Jonan menjelaskan, saat ini kapasitas kilang minyak yang beroperasi hanya sebesar 800 ribu barel per hari (bph). Padahal, kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri sebesar 1,16 juta bph. "Kami akan bikin kilang lebih efisien," imbuhnya. Kedua, meningkatkan pembangunan jaringan gas kota. Langkah itu penting untuk menghemat biaya pembelian tabung elpiji. Dalam APBN 2017, target pembangunan memang menurun bila dibandingkan dengan tahun ini. Hal itu disebabkan adanya pemangkasan anggaran oleh pemerintah.

    Target pembangunan jaringan gas sebanyak 188.915 sambungan rumah tangga (SR). Sedangkan target tahun depan 56.432 sambungan. ”Namun, kami berencana meningkatkan target tersebut hingga 100 ribu sambungan rumah tangga" tambahnya. Ketiga, mengalihkan subsidi elpiji. Pemerintah berharap bisa memangkas subsidi elpiji agar. Kelima, Kementerian ESDM akan meningkatkan alokasi gas domestik séiring naiknya kebutuhan di dalam negeri. Tahun ini kebutuhan gas bumi dalam negeri sudah mencapai 59 persen atau 4.062 bbtud.

    Tahun depan akan ditingkatkan menjadi 62 persen atau 4.917 bbtud. Selain pasokan dari dalam negeri, Jonan mengupayakan pasokan dari luar negeri, salah satunya Iran. Dalam kunjungannya ke Iran beberapa waktu lalu, Negeri Para Mullah itu telah sepakat untuk memasok elpiji Iebih dari 500 ribu metrik ton ke Indonesia. "Harga gas di sana itu murah sekalil' imbuhnya Upaya keenam adalah menetapkan wilayah kerja. Tahun depan penawaran wilayah kerja migas akan semakin banyak.

    Ada sepuluh wilayah kerja yang bakal ditawarkan pada 2017. Terdiri atas delapan wilayah kerja migas konvensional dan dua wilayah kerja migas nonkonvensional. Selain mematok enam target utama untuk tahun depan, Jonan mengingatkan bahwa industri migas dalam negeri akan berfokus pada upaya efisiensi. "Hingga saat ini produksi belum efisien. Maka, kebijakan migas ke depan yang pertama adalah soal efisiensi produksi," katanya. Hal itu didasari belum stabilnya harga migas di tanah air dan belum adanya takaran yang pasti sebagai penentu.

    Industri migas juga dituntut untuk lebih kompetitif agar bisa memiliki daya saing di pasar. Industri migas tahun ini masih menghadapi jatuhnya harga minyak. Dengan kesepakatan OPEC, kartel produsen minyak yang dipimpin Arab Saudi, untuk memangkas produksi, harga tahun depan diharapkan membaik. Negara non-OPEC, dengan Rusia di dalamnya, juga telah sepakat untuk mengurangi produksi. Meski demikian, efisiensi mesti tetap dilakukan oleh industri migas.

    Salah satu upaya efisiensi yang diyakini cukup efektif adalah penggunaan skema gross split. Pemerintah saat ini tengah mematangkan skema gross split yang akan menggantikan skema cost recovery atau penggantian biaya yang ditanggung pemerintah. Jonan yakin bahwa skema baru yang mengatur bagi hasil migas antara negara dan kontraktor tersebut 'akan lebih efisien bagi industri hulu migas. Adapun skema gross split nanti berlaku untuk kontrak baru pada 2017. Kini pemerintah sedang mengatur ketentuan skema tersebut melalui peraturan menteri ESDM.


Bisa Pertahankan Target Lifting

    Optimisme menghadapi 2017 seharusnya dimiliki SKK Migas. Sebab, lifting minyak ternyata mampu melampaui target APBNP 2016. Seperti diketahui, lifting ditargetkan sebesar 820 ribu barel per hari (bopd) untuk minyak dan 6.438 juta kaki kubik (mmscfd) untuk gas. Realisasinya mencapai 822 ribu bopd untuk minyak dan 6.643 bopd untuk gas. Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan, kontribusi dalam pencapaian lifting minyak berasal dari lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.

    Sejak Januari 2016, Train B Banyu Urip sudah berproduksi sebanyak 185 ribu bopd. Selain itu, lifting disumbang Blok Rokan, Pertamina ER Mahakam, dan Offshore Northwest Java (ONWJ). Sementara itu, lima kontributor terbesar untuk gas adalah Blok Mahakam, Berau, Pertamina ER Corridor, dan Senoro-Toili. ”Dari awal tahun sampai akhir November KKKS sudah mengerjakan 212 pengeboran sumur pengembangan, 1.055 kegiatan work over, dan 33.925 kegiatan perawatan sumur" terangnya.

    Dari pengeboran sumur eksplorasi yang dilakukan, 20 kegiatan sudah selesai. Hasilnya, di tujuh sumur ditemukan migas (discovery), di tujuh sumur lain tidak ditemukan migas (dry), lima sumur memiliki indikasi adanya hidrokarbon, dan satu sumur masih dievaluasi. Sedangkan investasi dari hulu migas mencapai USD 10,43 miliar dengan pengeluaran terbesar untuk produksi, yakni USD 7,81 miliar. Taslim menjelaskan, industri hulu migas masih terpengaruh rendahnya harga minyak dunia. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia sepanjang 2016 berada pada kisaran USD 39,15 per barel. Perkiraan penerimaan negara dari hulu migas sampai akhir tahun sebesar USD 9.294 miliar atau sekitar Rp 125 triliun

IN ENGLISH

Migas Still Need To Improve Efficiency

    Next year oil and gas industry still relies global escalation that determines world oil prices. Above all, stay hope on the effectiveness of investment incentives and a regulatory overhaul in the country. Facing the next year, the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) has set employment targets. EMR Minister Ignatius Jonan revealed, there are six major efforts in the upstream to downstream. The first effort is to increase the capacity of oil refineries in the country.

    Jonan explained, the current capacity of the oil refinery which operates only at 800 thousand barrels per day (bpd). In fact, the need for fuel oil in the country of 1.16 million bpd. "We will make the refinery more efficient," he added. Second, promote the development of city gas network. The move was necessary to save the cost of purchase of LPG cylinder. In Budget 2017, the development target was decreased when compared with this year. This is due to budget cuts by the government.

    Target construction of gas networks as much as 188 915 household connections (SR). While the target next year 56 432 connections. "However, we plan to increase this target to 100 thousand household connections" he added. Third, divert subsidized LPG. The Government hopes to cut the subsidy of LPG in order. Fifth, the Ministry of Energy will improve the allocation of domestic gas as rising demand in the country. This year needs natural gas in the country has reached 59 percent, or 4,062 bbtud.

    Next year will be increased to 62 per cent or 4,917 bbtud. In addition to domestic supply, Jonan seek supplies from abroad, one of them Iran. During his visit to Iran some time ago, the State Mullahs it has agreed to supply LPG exceeding 500 thousand metric tons to Indonesia. "The price of gas in there it's sekalil 'he added Efforts to sixth is set working area. Next year deals for oil and gas working areas will be many more.

    There are ten working area that will be offered in 2017. It consists of eight oil and gas working areas of conventional and non-conventional oil and gas two work areas. In addition to a set of six main targets for next year, Jonan warned that the oil and gas industry in the country will focus on efficiency. "Until now, production has not been efficient. Thus, oil policy ahead of the first is a matter of production efficiency," he said. It is based on the instability of oil prices in the country and there is no definitive measure as a determinant.

Oil and gas industry is also expected to be more competitive in order to have a competitive edge in the market. Oil and gas industry is facing a fall in oil prices. With the agreement of OPEC, the cartel of oil producers led by Saudi Arabia, to cut production, prices are expected to improve next year. Non-OPEC countries, with Russia in it, also have agreed to reduce production. However, the efficiency of having to be carried out by the oil and gas industry.

    One effort that is believed to be quite effective efficiency is the use of gross scheme split. The government is currently finalizing a gross scheme split, which will replace the scheme cost recovery or reimbursement of expenses borne by the government. Jonan confident that the new scheme governing oil and gas revenue sharing between the state and the contractor 'would be more efficient for the upstream oil and gas industry. As for the later split gross scheme applies to new contracts in 2017. Now the government is arranging the terms of the scheme by ministerial regulation EMR.






Can Maintain Target Lifting

     Optimism for 2017 should be owned SKK Migas. Therefore, oil lifting was able to exceed the revised budget target of 2016. As is known, targeted lifting of 820 thousand barrels per day (bpd) of oil and 6,438 million cubic feet (MMSCFD) of gas. Realization reached 822 thousand bopd to 6643 bopd of oil and gas. Head of Public Relations SKK Migas Taslim Z. Yunus said, contributes to the achievement of lifting the oil derived from Banyu Urip, Cepu.
     Since January 2016, Train B Banyu Urip is already producing as much as 185 thousand bopd. In addition, lifting contributed Rokan Block, Pertamina ER Mahakam, and the Offshore Northwest Java (ONWJ). Meanwhile, the five largest contributors to gas is the Mahakam block, Berau, Pertamina ER Corridor, and Senoro-Toili. "From the beginning of the year until the end of November PSC has been working on drilling 212 development wells, 1,055 work-over activities, and 33 925 well maintenance activities" he explained.
     Of drilling exploratory wells that do, 20 activities have been completed. The result, in seven wells found oil and gas (discovery), and in seven other wells not found oil and gas (dry), five wells have indicated the presence of hydrocarbons, and the wells are still being evaluated. While the upstream oil and gas investment reached USD 10.43 billion, with the largest expenditures for production, ie USD 7.81 billion. Taslim explained, upstream oil and gas industry is still affected by lower world oil prices. The average price of Indonesian crude oil throughout 2016 in the range of USD 39.15 per barrel. Estimated revenues from oil and gas upstream until the end of the year amounted to USD 9294 billion, or around Rp 125 trillion


Jawa Pos, Page-6, Monday, Dec, 26,2016

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel