google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Mitra Proyek Kilang Bontang Dipilih Akhir 2017 - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Saturday, December 17, 2016

Mitra Proyek Kilang Bontang Dipilih Akhir 2017


    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menugasi PT Pertamina membangun fasilitas pengolahan minyak dan petrokimia di Bontang, Kalimantan Timur Penugasan ini menandakan perubahan dalam rencana awal proyek tersebut, yakni melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha. Direktur Megaproyek dan Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi menargetkan penunjukan mitra pembangunan kilang Bontang bisa dipercepat pada akhir 2017. Pada Waktu yang sama, perusahaan juga menginginkan dokumen kelayakan keuangan (bankable feasibility study/BFS) bisa selesai.

    Menurut Rachmad, pembangunan kilang Bontang bisa lebih cepat karena lokasinya berdampingan dengan kilang LNG Bontang, yang dikelola PT Badak NGL. PT Badak adalah perusahaan yang berafiliasi dengan Pertamina. Di area tersebut sudah terdapat fasilitas pendukung seperti unit boiler, pembangkit listrik, serta tangki penyimpanan. Rencananya, lahan mulai disiapkan pada awal 2018. Adapun pekerjaan fisik baru dimulai pada 2019.

    Pertamina menargetkan kilang Bontang bisa beroperasi pada 2023. Nilai investasi kilang baru ini diperkirakan US$ 13-15 miliar. Penugasan kepada Pertamina tertuang dalam Keputusan Menteri Energi Nomor 7935 K/10/MEM/2016. Kementerian meminta kilang memproduksi bensin minimal 60 ribu barel dan solar minimal 124 ribu barel per hari.

    Syarat minimal kapasitas kilang ditetapkan 300 ribu barel per hari dengan kualitas produk setara Euro IV. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 146 Tahun 2015, skema penugasan mensyaratkan Pertamina menjadi penanggung jawab proyek. Perusahaan minyak milik negara ini harus menjamin pembangunan kilang selesai sesuai dengan persyaratan teknis dan komersial yang ditentukan pemerintah. Untuk itu, pemerintah memberi kebebasan bagi Pertamina untuk mencari mitra. Wakil Menteri Energi Arcandra Tahar mengatakan, skema penugasan memungkinkan pengerjaan proyek bisa dilakukan dalam waktu 3,5 tahun. Kami harapkan kilang Bontang bisa lebih dipercepat seperti di Tuban.

IN ENGLISH

Project Partners Selected Bontang Refinery End 2017


    Ministry of Energy and Mineral Resources assigns PT Pertamina to build refineries and petrochemical plants in Bontang, East Kalimantan This assignment indicates a change in the initial plan of the project, through a cooperation scheme of government and business entities. Pertamina processing director Rachmat megaproject and Hardadi targeting development partners Bontang designation can be accelerated at the end of 2017. At the same time, the company also wants financial eligibility document (bankable feasibility study / BFS) can be completed.

    According to Rachmat, Bontang refinery development can be faster due to its location adjacent to the Bontang LNG plant, which is managed by PT Badak NGL. PT Badak is a company affiliated with Pertamina. In these areas there are already supporting facilities such as unit boilers, power plants, and storage tanks. The plan, the land began to be prepared at the beginning of 2018. As for the physical work began only in 2019.

    Pertamina is targeting the Bontang plant to be operational in 2023. The investment value of the new refinery is estimated at US $ 13-15 billion. Assignment to Pertamina stipulated in the Decree of the Minister of Energy No. 7935 K / 10 / MEM / 2016. The Ministry requested the refinery to produce at least 60 thousand barrels of gasoline and diesel a minimum of 124 thousand barrels per day.

    The minimum requirements specified refining capacity of 300 thousand barrels per day with similar product quality Euro IV. Based on Presidential Regulation Number 146 Year 2015, Pertamina requires assignment scheme was in charge of the project. The state-owned oil company must guarantee refinery construction is completed in accordance with the requirements of the technical and commercial set by the government. To that end, the government gave freedom for Pertamina to find a partner. Deputy Minister of Energy Arcandra Tahar said, the scheme allows the assignment of the project can be done within 3.5 years. We expect the Bontang plant could be accelerated like in Tuban.

Koran Tempo, Page-9, Saturday, Dec,17,2016

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel