Saturday, December 24, 2016
Pasar Domestik Sulit Menyerap Akibat Faktor Infrastruktur
Pasar domestik sulit menyerap produksi gas alam cair dari kilang milik PT Donggi Senoro LNG di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Gas alam cair yang diproduksi lebih banyak dijual ke luar negeri lantaran persoalan kesiapan infrastruktur di dalam negeri Pada 2015, PT Donggi Senoro LNG berhasil menjual gas alam cair (LNG) sebanyak 11 kargo. Sebanyak 10 kargo diekspor, sementara 1 kargo terjual di pasar dalam negeri.
Tahun ini, perusahaan berhasil menjual 40 kargo dengan pembagian 39 kargo untuk ekspor, dan 1 kargo dijual di dalam negeri. Ada beberapa hal yang menyebabkan serapan pasar domestik lebih rendah ketimbang ekspor. Selain kami sudah berkontrak dengan pembeli dalam jangka panjang dan masalah harga jual, infrastruktur di dalam negeri belum siap menyerap gas,” kata Direktur Urusan Korporasi PT Donggi Senoro LNG Aditya Mandala.
Dengan serapan gas di kilang Donggi Senoro sebanyak 355 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), LNG yang dihasilkan bisa mencapai 2,2 juta ton dalam setahun. Donggi Senoro LNG berpotensi kembali menjual LNG sebanyak 40 kargo pada 2017. Jepang dan Korea Selatan adalah pembeli utama. Kilang Donggi Senoro diresmikan Presiden Joko Widodo pada Agustus 2015. Kilang ini merupakan bagian dari megaproyek terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir.
Nilai investasi pembangunan kilang Donggi Senoro adalah 2,8 miliar dollar AS. Kilang ini mendapat pasokan gas dari JOB Pertamina Tomori Sulawesi dan Pertamina EP Gas Matindok. Masalah minimnya infrastruktur gas di dalam negeri dibenarkan Kepala Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z Yunus. Menurut dia, ketidaksiapan infrastruktur menyebabkan banyak gas yang tidak terserap atau dijual ke luar negeri.
Namun, pemerintah tetap mengutamakan pasokan gas untuk kebutuhan domestik. Tahun ini, pasokan gas untuk kebutuhan domestik sebesar 57 persen, sedangkan yang diekspor sebanyak 43 persen,” ujar Taslim. Dalam laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, untuk meningkatkan serapan LNG di dalam negeri, pemerintah berencana membangun sejumlah fasilitas.
Fasilitas tersebut berupa terminal penerima LNG (LNG receiving terminal). Sejumlah lokasi yang hendak dipilih terdapat di Jawa bagian barat, Jawa bagian timur, dan kawasan Indonesia bagian timur. Kalau tidak ada infrastruktur penerima gas, sampai kapan pun gas kita akan lebih banyak dijual ke luar negeri ketimbang diserap di dalam negeri,” ujar Agus Cahyono, mantan Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi dan kini menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM.
IN ENGLISH
Difficult Domestic Market Factors Absorbing Due Infrastructure
The domestic market is difficult to absorb the production of liquefied natural gas from refineries owned by PT Donggi Senoro LNG in Banggai, Central Sulawesi. Liquefied natural gas is produced more sold abroad because of the issue of readiness of the infrastructure in the country In 2015, PT Donggi Senoro LNG managed to sell liquefied natural gas (LNG) as many as 11 cargoes. A total of 10 cargoes exported, while one cargo sold in the domestic market.
This year, the company managed to sell 40 cargo division of 39 cargoes for export, and one cargo sold domestically. There are some things that cause the domestic market uptake is lower than it exports. In addition to our own contract with the buyer in the long term and the sale price, the infrastructure in the country is not ready to absorb the gas, "said Director of Corporate Affairs PT Donggi Senoro LNG Aditya Mandala.
With gas uptake in Donggi Senoro refinery as much as 355 million standard cubic feet per day (MMSCFD), the resulting LNG could reach 2.2 million tons a year. Donggi Senoro LNG has the potential to re-sell as many as 40 cargoes of LNG by 2017. Japan and South Korea are the main buyers. Donggi Senoro refinery inaugurated by President Joko Widodo August 2015. The plant is part of an integrated mega project from upstream to downstream.
The investment value Donggi Senoro refinery construction was 2.8 billion US dollars. This refinery receive gas supply from Pertamina JOB Tomori Sulawesi and Pertamina EP Gas Matindok. Problem lack of gas infrastructure in the country justified the Head of Public Relations Unit Special Upstream Oil and Gas (SKK Migas) Taslim Z Yunus. According to him, the unpreparedness of infrastructure led to a lot of gas is not absorbed or sold abroad.
However, the government is prioritizing the supply of gas for domestic needs. This year, the supply of gas for domestic needs by 57 percent, while 43 percent are exported, "said Taslim. In-page Ministry of Energy and Mineral Resources, to increase the uptake of LNG in the country, the government plans to build a number of facilities.
The facilities in the form of LNG receiving terminal (LNG terminal). A number of sites to be selected are in the western part of Java, eastern Java and eastern Indonesia region. If there is no infrastructure gas receiving, until whenever our gas will be sold to foreign countries rather than absorbed in the country, "said Agus Cahyono, former Director of Program Development of Oil and Gas, and now serves as the Head of Planning Secretariat General of the Ministry of Energy and Mineral Resources.
Kompas, Page-20,Thursday, Dec,22,2016
Kuli Google Adsense, Admob, Android Developer, ternak tuyul online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment