Friday, December 2, 2016
Pendanaan Modernisasi Kilang Memakai Utang
PT Pertamina berencana memakai dana project financing (bonds) untuk membangun empat proyek refinery development master Plan (RDMP) kilang atau modernisasi kilang. Proyek yang akan ditingkatkan produksinya adalah Cilacap, Kilang Dumai, Kilang Balongan dan Kilang Balikpapan. Adapun nilai investasinya beragam. Investasi di Kilang Cilacap mencapai US$ 4,5 miliar, kilang Balongan sekitar US$ 2,7 miliar dan Kilang Dumai US$ 4,3 miliar Serta Kilang Balikpapan mencapai US$ 5,3 miliar.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Rachmad Hardadi mengatakan, selain pendanaan dari Pertamina akan diupayakan dari pihak lain. Pendanaan juga akan diupayakan dari dana project financing. Saat ini masih dalam tahapan proses sounding kepada mitra-mitra potensial Pertamina, terang Rachmad. Sejauh ini status keempat kilang itu adalah, tiga akan menggandeng mitra dan kilang Balikpapan akan dikerjakan Pertamina sendiri.
Dia bilang, untuk kilang Cilacap pada tanggal 24 November 2016 lalu Pertamina sudah melakukan negosiasi dengan top level Saudi Aramco untuk memperpanjang Head Of Agreement (HOA) sampai 31 Desember 2016. Harapannya dengan perpanjangan HOA ini, bisa disepakati akan di tanda tangan joint venture juga pada 31 Desember mendatang. Dia mengatakan, terkait share saham di Kilang Cilacap belum berubah antara Pertamina dan Saudi Aramco.
Pertamina menjadi pemilik mayoritas saham, yakni 55% dan Saudi Aramco 45%. Sementara status kilang Dumai dan Balongan yang sebelumnya juga akan menggandeng Saudi Aramco hingga kini juga belum jelas. Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoto menyatakan, apabila Pertamina ingin menerbitkan international bond, saat ini bisa dikatakan tidak cukup bagus. Pasalnya, harga minyak dunia sedang rendah. Selain itu, kelesuan ekonomi di Eropa menjadi hambatan Pertamina mendapatkan utang.
Jadi Pertamina harus melakukan kalkulasi ulang. Kalaupun mudah (mendapat, utang), pastinya dengan bunga tinggi, nanti malah nombok misalnya margin 6%, utang 8%. Ia menyarankan, melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 146 Tahun 2015 Tentang Pembangunan Kilang Dalam Negeri. Ada beberapa skema yang memudahkan Pertamina untuk membangun kilang. Salah satunya melalui kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Artinya pendanaan pembangunan kilang tidak hanya Pertamina yang menanggung.
BUMN tersebut, dipersilakan menggandeng mitra. Karena melihat keuangan Pertamina, alokasinya uang perusahaan ini tidak hanya untuk kilang. Tergantung pakai skema yang mana, jika diserahkan ke Pertamina. Sebab menurut Komaidi, pembangunan kilang kurang menarik lantaran margin yang di peroleh relatif kecil. Kilang Balikpapan yang akan dikerjakan sendiri saat ini prosesnya terus dikebut. Caranya, Pertamina menunjuk PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membangun kontrak Sine Development & New Jetty Construction di RDMP Kilang Balikpapan.
Pengerjaan dilakukan 1 tahun, Ini awal dimulainya pembangunan megaproyek pengolahan dan petrokimia Pertamina," kata dia. Proyek awal ini bertujuan untuk penyiapan lahan area pembangunan infrastruktur kilang seluas 75 hektare dengan membangun constfruction Jetty berukuran 30x100 m dan berkapasitas 6500 DWT. Ini semua untuk keperluan bongkar muat peralatan kilang serta membangun prasarana jalan dan Gedung serta peralatan Marine. Bambang Pramujo, Direktur Operasi II WIKA, mengungkapkan, pihaknya akan menyelesaikan proyek ini secara aman, tepat waktu, tepat bujet dan tepat kualitas. Dari sisi nilai proyek ini tidak terlalu signifikan, kata dia.
IN ENGLISH
Funding Refinery Modernization Using Debt
PT Pertamina plans to use the funds for project financing (bonds) to build four refinery project development master plan (RDMP) refinery or refineries modernization. The project, which will be increased production is Cilacap, Dumai Refinery, Refinery Refinery Balongan and Balikpapan. The value of investments diversified. Investment in Cilacap refinery reached US $ 4.5 billion, Balongan refinery approximately US $ 2.7 billion and Dumai Refinery well as US $ 4.3 billion Balikpapan refinery reached US $ 5.3 billion.
Processing and Petrochemical megaproject Director of Pertamina, Rachmad Hardadi said, in addition to funding from Pertamina will be sought from other parties. Funding will also be sought from the funds for project financing. It is currently in the stages of the process of sounding to potential partners Pertamina, bright Rachmad. So far it is the status of the four refineries, three will invite partners and Pertamina Balikpapan refinery will be done alone.
He says, for the Cilacap refinery on 24 November 2016, Pertamina has been negotiating with Saudi Aramco top level to extend Head Of Agreement (HOA) until December 31, 2016. The hope with this HOA extension, could be agreed will be at the Signature joint venture is also in December 31 next. He said, related to share equity at the Cilacap refinery has not changed between Pertamina and Saudi Aramco.
Pertamina is the majority owner, ie 55% and Saudi Aramco 45%. While the status of Dumai and Balongan refinery previously will also invite Saudi Aramco is also unclear until now. Executive Director Reforminer Institute, Komaidi Notonegoto stated, if Pertamina wants to publish international bond, can be said at this time is not good enough. Because the world oil prices were low. In addition, the economic downturn in Europe become barriers Pertamina to obtain a loan.
So Pertamina have to do a recalculation. Even easier (got, debt), surely with high interest, later even loss eg margin of 6%, 8% debt. He suggested, through Presidential Decree (Decree) No. 146 2015 About the Development of Domestic Refinery. There are several schemes that make it easier Pertamina to build new refineries. One of them through cooperation between the government and business entities (KPBU). This means not only funding the construction of the refinery Pertamina bear.
SOEs, welcome to invite partners. Because look at the company's finance, allocation of money the company is not only for the refinery. Depending wear a scheme which, if left to Pertamina. For according Komaidi, refinery construction less attractive because the margins are achieved relatively little. Balikpapan refinery to be done alone at this time continues to speed up the process. How, Pertamina appointed PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) contract to build Sine Development & New Jetty Construction in RDMP Balikpapan refinery.
The execution was performed 1 year, this early commencement of construction of the mega project processing and petrochemical Pertamina, "he said. This initial project is aimed at preparing land area of infrastructure development refinery area of 75 hectares with building constfruction Jetty measuring 30x100 m and a capacity of 6,500 DWT. It's all for the purpose of unloading unloading of refinery equipment as well as building of roads and the building and equipment Marine. Bambang Pramujo, Director of Operations II WIKA, revealed, it will complete the project safely, on time, on budget and the right quality. in terms of project value is not very significant, said he.
Kontan, Page-14, Friday, Dec,2,2016
Kontan, Page-14, Friday, Dec,2,2016
Kuli Google Adsense, Admob, Android Developer, ternak tuyul online
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment