PT Pertamina Hulu Energi (PHE) plans to invest approximately US $ 1 billion this year. The fund will be used to boost oil production of 62 thousand barrels per day (bpd) to 64 thousand barrels per day and gas of 780 MMSCFD to over 800 MMSCFD
President Director of Pertamina Hulu Energi Mount Sardjono Hadi said, the amount of investment is still to be assessed again after signing Block Offshore North West Java (ONWJ) with gross profit sharing scheme (gross split). Because the planned investment of $ 1 billion is still assumes ONWJ contract with cost recovery scheme. "Investments depend on ONWJ, because he was quite big (investment) average of US $ 500 million. So half (investment) in ONWJ because he is the backbone of production, "he said.
He explained, in cooperation contracts (production sharing contract / PSC) long, PHE still has a partner in working ONWJ. When the gross PSC split contract is signed, this block is assigned 100% to Pertamina with the opportunity to release some of the participation rights of existing partners and must split 10% to the local government. "To ONWJ assumption in 2017, we still bear the 100% because there is no
partner, "he said.
With an investment of around US $ 1 billion in the Mountains is targeting an increase in oil and gas production. In the past year, the realization of PHE oil production totaled 62 thousand barrels per day and about 780 MMSCFD gas. While this year, oil production is targeted to increase to 64 thousand barrels per day and gas at over 800 MMSCFD. "Increased production mainly comes from ONWJ and West Madura Offshore block with POD (plan of development ) integrated," said Mount Sardjono Hadi.
Admittedly, oil and gas production from other assets PHE relatively stable. This is because most of the oil and gas run PHE an old field (mature). While some other block contract is almost up, like Block Ogan Ogan, Offshore North Sumatra, and Jambi Merang.
Some blocks are almost out of contract like Block Ogan Ogan, North Sumatra Offshore, and Tuban, has confirmed the government handed over its management to Pertamina. Until a new contract is planned to also use split gross signed, Mount admits he can not most of the investment in order to increase production assets. This means that there are some costs that must be considered first, because the contract expired in 2018. So in 2017, to block termination, will be maintained so that the production is not too down. It makes our investment control, unless the contract (new) signed today.
Contribution of 40%
Meanwhile, PT Pertamina estimate the contribution of oil production to the national oil production will increase to 30-40%, from the previous 24%. This follows the management exerts eight oil and gas blocks out of contract in 2018. Pertamina's upstream director Syamsu Alam said, giving a block out of contract by the government is to encourage the state-owned oil and gas company. Although most of these oil and gas blocks, including blocks of old (mature), is optimistic his side can still be managed economically.
Additional production from these blocks will be derived after 2018. With ditambahnya blocks that must be managed, the company contributes to the national oil production will increase. Now (the national oil production) the 825 thousand barrels per day (bpd), Pertamina (production) Domestic 220 thousand bpd. If it is added (8 blocks), added to 30-40% of the national oil production.
Until this, the contribution of oil production compared with the national oil production is only about 24%. While the state-owned oil and gas company most other ordinary countries contribute to 90% of the total production of the country. In fact, as the national oil company Petronas Malaysia, capable of contributing up to 54% of the total national production.
Related anticipation of increased investment of an additional eight oil and gas blocks, Nature calls, it still had to discuss the details of the cooperation contract production sharing contract / PSC) of the block with the Special Unit of Upstream Oil and Gas (SKK Migas). He said he already submitted proposals for the development plan of the eight oil and gas block.
"But we still assume PSC her still as now (cost recovery scheme) to calculate its economic value. Later we shall see what (with gross schemes split), "he explained. Another thing that is also still to be discussed is the matter of the obligation to set aside funds post-mining (abandonment and site restoration / ASR). The reason, he added, ASR obligation blocks out of contract this must be borne by the new contractor, which means Pertamina.
This obligation would change the economics of oil and gas block count. "If yesterday ASR so cost recovery, the future might not be. It will be like what? There will inevitably lead to its economical impact, "said Alam.
However, the government policy about eight oil and gas blocks is in line with the target set to take over the management of oil and gas blocks that the contract runs out. In fact, Pertamina expects to contribute up to 50% of the total national oil and gas production in 2025. Pertamina expects to boost its oil production to 1.9 million barrels of oil equivalent per day in 2025.
Therefore, Pertamina must boost its oil and gas production to be increased by 8% per year. The increase in production is expected from one of them over the governance of oil and gas blocks out of contract in which the company is targeting an additional 450 thousand barrels of oil equivalent per day.
IN INDONESIAN
2017, Pertamina Hulu Energi Investasi Sekitar US$ 1 Miliar
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) merencanakan investasi sekitar US$ 1 miliar pada tahun ini. Dana tersebut akan dipakai untuk menggenjot produksi minyak dari 62 ribu barel per hari (bph) menjadi 64 ribu bph dan gas dari 780 mmscfd menjadi di atas 800 mmscfd
Presiden Direktur Pertamina Hulu Energi Gunung Sardjono Hadi menuturkan, besaran investasi tersebut masih akan dikaji lagi setelah penandatanganan Blok Offshore North West Java (ONWJ) dengan skema bagi hasil kotor (gross split). Pasalnya, rencana investasi USS 1 miliar tersebut masih mengasumsikan kontrak Blok ONWJ dengan skema cost recovery. “Investasi depend on ONWJ, karena dia cukup besar (investasinya) rata-rata US$ 500 juta. Jadi setengahnya (investasi) di ONWJ karena dia backbone produksi,” kata dia.
Dia menjelaskan, dalam kontrak kerja sama (production sharing contract/PSC) yang lama, PHE masih memiliki mitra dalam menggarap Blok ONWJ. Ketika kontrak PSC gross split diteken, blok ini ditugaskan 100% kepada Pertamina dengan kesempatan melepas sebagian hak partisipasinya kepada mitra eksisting dan wajib membagi 10% kepada pemerintah daerah setempat. “Untuk Blok ONWJ asumsinya di 2017 ini kami masih menanggung 100% karena belum ada
mitra,” ujarnya.
Dengan investasi di kisaran US$ 1 miliar tersebut, Gunung menargetkan adanya peningkatan produksi migas. Pada tahun lalu, realisasi produksi minyak PHE tercatat sebesar 62 ribu bph dan gas sekitar 780 mmscfd. Sementara pada tahun ini, produksi minyak ditargetkan naik menjadi 64 ribu bph dan gas di atas 800 mmscfd. “Peningkatan produksi utamanya berasal dari Blok ONWJ dan Blok West Madura Offshore dengan POD (plan ofdevelopment/rencana pengembangan) terintegrasi,” kata Gunung Sardjono Hadi.
Diakuinya, produksi migas dari aset-aset lain PHE relatif stabil. Hal ini lantaran sebagian blok migas yang dikelola PHE merupakan lapangan tua (mature). Sementara beberapa blok lain kontraknya sudah hampir habis, seperti Blok Ogan Komering, North Sumatera Offshore, dan Jambi Merang.
Beberapa blok yang hampir habis kontrak seperti Blok Ogan Komering, North Sumatera Offshore, dan Tuban, telah dipastikan pemerintah diserahkan pengelolaannya kepada Pertamina. Sampai kontrak baru yang rencananya juga menggunakan gross split diteken, Gunung mengakui pihaknya tidak bisa kebanyakan investasi guna menaikkan produksi aset-aset. Artinya ada beberapa cost yang harus diperhitungkan dulu, karena kontrak habis tahun 2018. Jadi di 2017, untuk blok terminasi, akan dijaga agar produksi tidak terlalu turun. Jadinya investasinya kita kontrol, kecuali kontrak (barunya) diteken sekarang.
Kontribusi 40%
Sementara itu, PT Pertamina memperkirakan kontribusi produksi minyaknya terhadap produksi minyak nasional bakal naik menjadi 30-40%, dari sebelumnya sekitar 24%. Hal ini menyusul diberikannya pengelolaan delapan blok migas yang habis kontraknya pada 2018. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, pemberian blok habis kontrak oleh pemerintah ini memang untuk mendorong perusahaan migas pelat merah itu. Meski kebanyakan blok migas ini termasuk blok tua (mature), pihaknya optimistis tetap dapat dikelola secara ekonomi.
Tambahan produksi dari blok-blok ini akan diperoleh perseroan setelah 2018. Dengan ditambahnya blok yang harus dikelola, kontribusi perseroan terhadap produksi minyak nasional akan meningkat. Sekarang (produksi minyak nasional) kan 825 ribu barel per hari (bph), Pertamina (produksi) domestik 220 ribu bph. Kalau tambah itu (8 blok), tambah menjadi 30-40% dari produksi minyak nasional.
Sampai ini, kontribusi produksi minyak Pertamina dibandingkan dengan produksi minyak nasional baru sekitar 24%. Sementara perusahaan migas pelat merah negara biasa lain kebanyakan berkontribusi sampai 90% dari total produksi negara tersebut. Bahkan, Petronas sebagai perusahaan migas nasional Malaysia, mampu berkontribusi sampai 54% dari total produksi nasional.
Terkait antisipasi peningkatan investasi dari tambahan delapan blok migas ini, Alam menyebut, pihaknya masih harus membahas detail kontrak kerja sama production sharing contract/PSC) blok tersebut dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Pihaknya memang sudah memasukkan proposal rencana pengembangan delapan blok migas tersebut.
“Tetapi kami masih berasumsi PSC-nya masih seperti sekarang (skema cost recovery) untuk menghitung keekonomian-nya. Nanti kami harus lihat seperti apa (dengan skema gross split),” jelas dia. Hal lain yang juga masih akan dibahas adalah soal kewajiban menyisihkan dana pascatambang (abandonment and site restoration/ASR). Pasalnya, tambah dia, kewajiban ASR blok-blok habis kontrak ini harus ditanggung oleh kontraktor baru yang berarti Pertamina.
Kewajiban ini bakal mengubah hitungan keekonomian blok migas tersebut. “Kalau kemarin ASR jadi cost recovery, ke depan mungkin tidak. Ini akan seperti apa? Pasti akan mengakibatkan ada impact keekonomian-nya,” kata Alam.
Namun, kebijakan pemerintah soal delapan blok migas ini sejalan dengan target Pertamina untuk mengambil alih pengelolaan blok-blok migas yang habis kontrak. Bahkan, Pertamina menargetkan dapat berkontribusi sampai 50% dari total produksi migas nasional pada 2025 nanti. Pertamina menargetkan dapat menggenjot produksi migas-nya menjadi 1,9 juta barel setara minyak per hari pada 2025.
Untuk itu, Pertamina harus menggenjot produksi migas-nya agar naik 8% per tahun. Peningkatan produksi salah satunya diharapkan dari alih kelola blok migas habis kontrak dimana perseroan menargetkan tambahan 450 ribu barel setara minyak per hari.
Investor Daily, Page-9, Saturday, Jan, 21, 2017
No comments:
Post a Comment