The government is encouraging the development of gas infrastructure in West Java (Jabar) who is currently an imbalance between demand and supply. West Java is one of the areas with the highest levels of gas demand, such as East Java and East Kalimantan.
Rapid industrial growth makes the demand for gas in these areas is very high. To that end, we will continue to encourage the development of infrastructure, "said Director General of Oil and Gas' Ministry of Energy and Mineral Resources (EMR) IGN Wiratmaja Puja. According Wiratmaja, industrial growth is rapid necessarily have to be balanced with infrastructure development. Industries that increased gas needs among which are Pupuk Kujang.
Demand for industrial gases in Bandung also thinks quite a lot, but can not be entirely due to the lack of infrastructure. In addition, the industrial development in the eastern part of West Java also create increased demand. "Because in Bandung has been no sign of gas, we encourage PT Pertamina and PT PGN make a pipe to Bandung. Currently the construction of infrastructure to Bandung feasibility study is being carried out.
In order to meet the gas demand in the eastern part of West Java, the Ministry of Energy is also promoting development of Muara Tawar pipeline, Muara Karang, towards Tegalgede. He said Pertamina and PGN is currently building the pipeline. For a while, the gas supply to some areas is done by using a tube in the form of CNG. To increase supply, we also encourage PHE ONWJ increase production.
Wiratmaja delivered, the number of gas demand bodes encouraging. Because, unlike with fuel oil (BBM) which partly to imports, gas is generated entirely from within the country so they can save foreign exchange. Gas is also environmentally friendly and cheaper than fuel. Data from the Ministry of Energy and Mineral shows that high market growth led to an increase in the gas deficit.
In 2013 the deficit on the balance of gas in West Java has reached 635 million cubic feet per day (MMSCFD). The deficit is expected to continue to increase, it becomes 1,450 MMSCFD in 2020 and 2,009 MMSCFD in 2025. Member of the National Energy Board Rinaldi Dalimi support the efforts of Directorate General of Oil and Gas Ministry of Energy and Mineral Resources to encourage the development of gas infrastructure. According to him, if the industry demand is high, then the infrastructure had to be added.
However, it should be seen first whether the industry is in the same location as the source of gas or not. If at a nearby location, of course it takes only increasing the number of gas supply. But if distant, would not want to be with the addition of infrastructure
IN INDONESIAN
Pemerintah Dorong lnfrastruktur Gas Jabar
Pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur gas di Jawa Barat (Jabar) yang saat ini mengalami ketidakseimbangan antara permintaan dan suplai. Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan tingkat permintaan gas paling tinggi, seperti Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.
Pertumbuhan industri yang pesat menjadikan permintaan gas di daerah tersebut sangat tinggi. Untuk itu, kami akan terus mendorong pembangunan infrastruktur," kata Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja. Menurut Wiratmaja, pertumbuhan industri yang pesat tentu harus di imbangi dengan pembangunan infrastruktur. Industri yang mengalami peningkatan kebutuhan gas di antaranya adalah Pupuk Kujang.
Permintaan gas untuk industri di Bandung pun menurutnya cukup banyak, namun belum bisa dipenuhi seluruhnya karena ketiadaan infrastruktur. Selain itu, perkembangan industri di Jawa Barat bagian timur juga membuat permintaan meningkat. ”Karena di Bandung belum ada gas masuk, kita mendorong agar PT Pertamina dan PT PGN membuat pipa ke Bandung. Saat ini pembangunan infrastruktur ke Bandung sedang dilakukan feasibility study.
Demi memenuhi kebutuhan gas di Jawa Barat bagian timur, Kementerian ESDM juga mendorong pembangunan pipa dari Muara Tawar, Muara Karang, menuju Tegalgede. Dia mengatakan, Pertamina dan PGN saat ini sedang membangun pipa tersebut. Untuk sementara, pasokan gas ke beberapa daerah dilakukan dengan mempergunakan tabung dalam bentuk CNG. Untuk meningkatkan suplai, kita juga mendorong ONWJ PHE meningkatkan produksi.
Wiratmaja menyampaikan, banyaknya permintaan gas menjadi pertanda menggembirakan. Sebab, berbeda dengan bahan bakar minyak (BBM) yang sebagian harus impor, gas seluruhnya dihasilkan dari dalam negeri sehingga bisa menghemat devisa. Gas juga ramah lingkungan dan harganya lebih murah dibandingkan BBM. Data Kementerian ESDM menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar yang tinggi menyebabkan peningkatan defisit gas.
Pada 2013 defisit untuk neraca gas di Jabar sudah mencapai 635 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Defisit tersebut diperkirakan terus meningkat, menjadi 1.450 MMSCFD pada 2020 dan 2.009 MMSCFD pada 2025. Anggota Dewan Energi Nasional Rinaldy Dalimi mendukung upaya Ditjen Migas Kementerian ESDM mendorong pembangunan infrastruktur gas. Menurut dia, jika permintaan industri sudah tinggi maka infrastruktur memang harus ditambah.
Namun, perlu dilihat dahulu apakah industri berada di lokasi yang sama dengan sumber gas atau tidak. Jika di lokasi yang dekat, tentu yang dibutuhkan hanya penambahan jumlah pasokan gas. Tetapi kalau jauh, mau tidak mau harus dengan penambahan infrastruktur
Koran Sindo, Page-8, Monday, Jan, 16, 2017
No comments:
Post a Comment