Post-break points sustainment contract for Masela for seven years, the government has not taken any other decision. Points increasing production capacity proposed by Inpex Corporation and Shell Indonesia, still floating. Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said, the government scenario was Masela LNG production capacity of 7.5 mtpa fixed and petrochemical capacity to 474 MMSCFD gas.
If Inpex scenario, the production capacity of 9.5 mtpa LNG and petrochemical gas to 150 MMSCFD. Indeed, total production from both scenarios is the same, ie approximately 10.3 mtpa. The difference is, the scenario the government aims to develop the downstream sector. Hence, gas for the petrochemical industry is larger, ie 474 MMSCFD. Allocation of gas was also considering the request of the Ministry of Industry.
Instead, Inpex want greater LNG production capacity, which is 9.5 mtpa. Inpex destination in order to export LNG to Japan, the country of origin. Different points of interest that make the determination Masela production capacity is still difficult. "Now we are different interests, we need petrochemicals that can produce polyethylene, polypropylene," said Arcandra, at the Ministry of Energy and Mineral Resources
In fact, this time Indonesia has only one petrochemical companies, namely PT Chandra Asri Petro-chemical Tbk. While neighboring countries such as Thailand, already has seven petrochemical companies.
IN INDONESIAN
Blok Masela Macet di Penambahan Kapasitas
Pasca memutuskan poin penambahan masa kontrak untuk Blok Masela selama tujuh tahun, pemerintah belum mengambil keputusan lain. Poin penambahan kapasitas produksi yang diajukan oleh Inpex Corporation dan Shell Indonesia, masih mengambang. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, skenario pemerintah adalah kapasitas produksi LNG Blok Masela tetap 7,5 mtpa dan kapasitas gas untuk petrokimia 474 mmscfd.
Kalau skenario Inpex, kapasitas produksi LNG 9,5 mtpa dan gas untuk petrokimia 150 mmscfd. Sejatinya, total produksi dari kedua skenario itu sebenarnya sama, yaitu sekitar 10,3 mtpa. Bedanya adalah, skenario pemerintah bertujuan untuk mengembangkan sektor hilir. Makanya, gas untuk industri petrokimia lebih besar yaitu 474 mmscfd. Alokasi gas itu juga mempertimbangkan permintaan Kementerian Perindustrian.
Sebaliknya, Inpex ingin kapasitas produksi LNG lebih besar, yaitu 9,5 mtpa. Tujuan Inpex agar bisa mengekspor LNG ke Jepang, negara asalnya. Beda kepentingan tersebut membikin poin penetapan kapasitas produksi Blok Masela masih susah. "Sekarang kami beda kepentingan, kita butuh petrokimia yang bisa hasilkan polietilena, polipropilena," ujar Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM
Pada kenyataannya, saat ini Indonesia hanya memiliki satu perusahaan petrokimia, yaitu PT Chandra Asri Petro-chemical Tbk. Sementara negara tetangga seperti Thailand, sudah memiliki tujuh perusahaan petrokimia.
Kontan, Page-14, Wednesday, Jan, 18, 2017
No comments:
Post a Comment