The government assigned PT Pertamina to work on the East Natuna Block. Assignment granted because, even if found dating back more than 30 years ago, the development of these blocks are not started. Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ignatius Jonan said the East Natuna Block which was formerly called Natuna D Alpha been discovered since 1970, or more than 30 years ago. Pertamina was given the task to work on this block already given more than 30 years never worked "Later Pertamina invite partners for this, so the result is more fair division of the country," he said.
Director General of Oil and Gas Ministry of Energy and Mineral Resources Wiratmaja I Gusti Nyoman added, before being able to manage oil and gas blocks, oil and gas companies need to follow the auction. However, for the East Natuna Block, Pertamina directly can do without having to go through an auction. "Pertamina are welcome to cooperate with existing partners, perform TMR (technology and market review / assessment of technology and commercial) with Exxon Mobil and PTF Thailand," he explained.
Until now, there has been no official division of participation rights in East Natuna Block between Pertamina and its partners. Later, Pertamina will propose a share split to the government. The division of shares between the three oil and gas companies can do business to business (B to B). "Later given the opportunity (to stock split), "he said. Exxon Mobil and PTT Thailand can buy shares owned Pertamina East Natuna Block.
Pertamina Upstream Director Syamsu Alam previously revealed, it is still working on TMR for East Natuna Block. The plan of this study will be completed in 2018. After that, the Consortium Pertamina and ExxonMobil and PTT Thailand will determine the next steps. "It was asked to advanced (completion TMR), but it seems also not easy," he said.
He explained that the high content of carbon dioxide in the East Natuna Block, made the development of this block becomes complex both from the technological and commercial. Although the government wants to speed up its development, investors are unlikely to develop it at any cost or at risk with no return of capital. More realistic and there is certainty that all of the studies can be completed. For East Natuna, we do not just talk to the concept of development, but also to a buyer there whom and about what kind of commercial.
Previously, the development of East Natuna Block is planned to be done gradually. The plan, the first phase, the development of the block on the border of Indonesia started from workmanship structure AP dominant oil reserves. In the next phase, the new structure will be worked AL dominant gas with carbon dioxide content reaches 72%. However, this plan will be amended so that the development of structures AP and AL will be conducted simultaneously.
The government wants East Natuna Block accelerated development in order to maintain the sovereignty of Indonesia. Initially, this block PSC contract specifically for the development of the oil structure can be done in the last year and started production three years later. The resulting oil production is estimated at about 7,000 to 15 thousand barrels per day (bpd). Oil reserves in the East Natuna Block is estimated at about 46 million barrels. While gas reserves, 42 trillion cubic feet.
IN INDONESIAN
Pertamina Ditugaskan Garap Blok East Natuna
Pemerintah menugaskan PT Pertamina untuk menggarap Blok East Natuna. Penugasan diberikan lantaran, meski ditemukan sejak lebih dari 30 tahun lalu, pengembangan blok ini belum juga mulai. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, Blok East Natuna yang dulunya disebut Blok Natuna D Alpha ditemukan sejak 1970an atau lebih dari 30 tahun lalu. Pertamina diberi tugas untuk menggarap blok ini mengingat sudah lebih dari 30 tahun tak kunjung dikerjakan “Nanti Pertamina ajak partner yang selama ini, sehingga pembagian hasilnya lebih fair untuk negara,” kata dia.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja menambahkan, sebelum dapat mengelola blok migas, perusahaan migas perlu mengikuti lelang. Namun, untuk Blok East Natuna ini, Pertamina langsung dapat mengerjakannya tanpa harus melalui lelang. “Pertamina dipersilakan bekerja sama dengan mitra eksisting, melakukan TMR (technology and market review/kajian teknologi dan komersial) dengan Exxon Mobil dan PTF Thailand,” jelasnya.
Sampai saat ini, belum ada pembagian resmi hak partisipasi di Blok East Natuna antara Pertamina dan mitra-mitra-nya. Nantinya, Pertamina yang akan mengusulkan pembagian saham ini kepada pemerintah. Pembagian saham antara ketiga perusahaan migas itu bisa dilakukan secara business to business (b to b). “Nanti dikasih kesempatan (untuk membagi saham),” ujarnya. Exxon Mobil dan PTT Thailand dapat membeli saham yang dimiliki Pertamina di Blok East Natuna.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam sebelumnya mengungkapkan, pihaknya masih mengerjakan TMR untuk Blok East Natuna. Rencananya kajian ini bakal selesai pada 2018. Setelah itu, Konsorsium Pertamina bersama ExxonMobil dan PTT Thailand baru akan menentukan langkah selanjutnya. “Waktu itu diminta dimajukan (penyelesaian TMR), tetapi kelihatannya juga tidak gampang,” tuturnya.
Dia menjelaskan, tingginya kandungan karbondioksida di Blok East Natuna, membuat pengembangan blok ini menjadi kompleks baik dari sisi teknologi dan komersial. Meski pemerintah ingin mempercepat pengembangannya, investor tidak mungkin mengembangkannya at any cost atau dengan risiko tanpa ada pengembalian modal. Lebih realistis dan ada, kepastian kalau semua studi bisa diselesaikan. Untuk East Natuna, kita tidak hanya bicara sampai konsep pengembangannya, tetapi juga sampai buyer di sana siapa dan kira-kira seperti apa komersialnya.
Sebelumnya, pengembangan Blok East Natuna rencananya dilakukan secara bertahap. Rencananya, pada tahap pertama, pengembangan blok di perbatasan Indonesia ini dimulai dari pengerjaan struktur AP yang dominan cadangan minyaknya. Pada tahap berikutnya, baru akan digarap struktur AL yang dominan gas dengan kandungan karbon dioksida mencapai 72%. Namun, rencana ini bakal diubah, sehingga pengembangan struktur AP dan AL akan dilakukan bersamaan.
Pemerintah menginginkan pengembangan Blok East Natuna dipercepat guna menjaga kedaulatan Indonesia. Awalnya, kontrak PSC blok ini yang khusus untuk pengembangan struktur minyak bisa dilakukan pada tahun lalu dan mulai produksi tiga tahun kemudian. Produksi minyak yang dihasilkan diperkirakan sekitar 7.000 sampai 15 ribu barel per hari (bph). Cadangan minyak di Blok East Natuna diperkirakan sekitar 46 juta barel. Sementara cadangan gasnya 42 triliun kaki kubik.
Investor Daily, Page-9, Monday, Jan, 23, 2017
No comments:
Post a Comment