google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Submit Bontang to Private - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Tuesday, January 31, 2017

Pertamina Submit Bontang to Private



     Bontang refinery project will be handed over to the private sector, while PT Pertamina estimated to have a 10% -20% stake in the project, located in Bontang, East Kalimantan.

Director of Processing and Petrochemical megaproject Rachmad Hardadi Pertamina estimates, the project was done with the assignment scheme, the company will only acquire a controlling stake (chip-in) 10% -20%. He explained that the oil refinery to be built with a capacity of 300,000 barrels per day (bpd), it will use the scheme wake up, operation, switch (build-operate-transfer / BUT). Through the scheme, the private company which will be the operator will manage Bontang for 30 years, then the assets are submitted to the state through Pertamina. "Bontang I was saying and counting finance or finance, we could chip in about 10% -20%, he said.

In addition to Bontang, Pertamina also commissioned to build Tuban refinery with a capacity of 300,000 bpd. In Tuban, Pertamina has a dominant share of 55%, while Rosneft 45%. Hardadi explained, assignment Bontang decided late compared to most other refinery projects that the company must adapt to the needs funding for other activities. The assumption for a minority stake had been disclosed before the government sets the assignment scheme to Bontang.

Currently Hardadi said, there are six projects in the processing sector which is entirely targeted to be completed before 2025. For the construction of new refinery projects and the revitalization of four units of refineries, Pertamina will be reached in about US $ 20 billion. On the other hand, there are projects in the upstream sector of the oil and gas, marketing, and more must be done in the oil and gas SOEs.

From an initial estimate of about US $ 10 billion to build a refinery with a capacity of 300,000 barrels per han (bpd) and petrochemicals complex, adjustments to the value of investments to US $ 8 billion because of the availability of infrastructure. "Imagine at the same time, Pertamina must spend it, while Pertamina not only for infrastructure refineries, for upstream, for marketing and for gas." According to him, the project Bontang, it would not set a development scheme is the same as the Refinery Tuban constructed by forming a joint venture (joint venture / JV).

Hardadi targeting, in mid February 2017 partner search can be started, so that the project can be completed on target ie in 2023.

REVITALIZATION REFINERY

Meanwhile, the revitalization project or increase Balongan refinery capacity and refinery Dumai, it decided to do it themselves as well as on the Balikpapan refinery. He calls Balongan refinery project and Dumai refinery will be handled itself since the process can not withdraw from a predetermined schedule. Cilacap refinery revitalization project, Pertamina cooperating with Saudi Aramco as a partner. Project refinery capacity additions should be run in parallel because it can affect the performance of each refinery. For example, he said, the Balongan refinery should be constructed before the Balikpapan refinery is completed. These Balikpapan refinery for supply of naphtha to Balongan refinery.

Pertamina President Director Dwi Soetjipto said, according to the schedule, the election licensor (establishmen license) for the Cilacap refinery is targeted for completion by the end of the first quarter / 2017, while the 'Refinery Tuban completed by the end of the quarter II / 2017. Currently, the company is completing the process of the banking feasibility study or bankable feasibility study (BFS) and licensing analysis of the environmental impact (EIA) Tuban refinery is targeted for completion in June 2017.

In Cilacap refinery project in the settlement process and basic engineering design (BED) which is targeted for completion in March 2017, while the EIA was completed last July.

IN INDONESIAN

Pertamina Serahkan Bontang ke Swasta


Proyek Kilang Bontang akan diserahkan kepada swasta, sedangkan PT Pertamina diperkirakan hanya akan memiliki saham 10%-20% dalam proyek yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur itu.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi memperkirakan, dalam proyek yang di kerjakan dengan skema penugasan itu, perseroan hanya akan menguasai saham (chip in) 10%-20%. Dia menjelaskan, kilang minyak yang akan dibangun dengan kapasitas 300.000 barel per hari (bph) itu, akan menggunakan skema bangun, operasi, alihkan (build operate transfer/BUT). Melalui skema itu, perusahaan swasta yang akan menjadi operator akan mengelola Kilang Bontang selama 30 tahun, kemudian aset itu di serahkan ke negara melalui Pertamina. “ Kilang Bontang tadi saya katakan dan hitung-hitungan finance atau keuangan, kita bisa chip in sekitar 10%-20%, katanya.

Selain Kilang Bontang, Pertamina juga ditugaskan membangun Kilang Tuban dengan kapasitas 300.000 bph. Di Tuban, Pertamina memiliki saham dominan yaitu 55%, sedangkan Rosneft 45 %. Hardadi memaparkan, penugasan Kilang Bontang diputuskan paling akhir dibandingkan dengan proyek kilang lainnya sehingga perseroan hams menyesuaikan dengan kebutuhan pendanaan untuk kegiatan lain. Asumsi untuk memiliki saham minoritas pun telah diungkapkan sebelum pemerintah menetapkan skema penugasan untuk Kilang Bontang. 

Saat ini kata Hardadi, terdapat enam proyek di sektor pengolahan yang seluruhnya ditargetkan rampung sebelum 2025. Untuk proyek pembangunan kilang baru dan revitalisasi empat unit kilang, Pertamina akan merogoh dana sekitar US$ 20 miliar. Di sisi lain, masih terdapat proyek di sektor hulu minyak dan gas bumi, pemasaran, dan lainnya yang harus di kerjakan BUMN migas tersebut.

Dari perkiraan awal sekitar US$ 10 miliar untuk membangun kilang berkapasitas 300.000 barel per han (bph) beserta kompleks petrokimia, terdapat penyesuaian nilai investasi menjadi US$ 8 miliar karena faktor ketersedian infrastruktur. “Coba bayangkan di saat bersamaan, Pertamina harus méngeluarkan itu, sementara Pertamina tidak cuma untuk infrastruktur kilang  saja, untuk hulu, untuk marketing dan untuk gas.” Menurutnya, pada proyek Kilang Bontang, pihaknya tidak akan menetapkan skema pembangunan yang sama dengan Kilang Tuban yang dibangun dengan membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV).

Hardadi menargetkan, pada pertengahan Februari 2017 pencarian mitra bisa dimulai, sehingga proyek dapat diselesaikan sesuai target yakni pada 2023. 

REVITALISASI KILANG

Sementara itu, proyek revitalisasi atau peningkatan kapasitas Kilang Balongan dan Kilang Dumai, pihaknya memutuskan untuk mengerjakannya sendiri seperti halnya pada Kilang Balikpapan. Dia menyebut proyek Kilang Balongan dan Kilang Dumai akan ditangani sendiri mengingat pengerjaannya tak boleh mundur dari jadwal yang telah ditetapkan. Proyek revitalisasi Kilang Cilacap, Pertamina menggandeng Saudi Aramco sebagai mitra. Proyek penambahan kapasitas kilang harus berjalan secara paralel karena dapat memengaruhi kinerja masing-masing kilang. Sebagai contoh, dia menyebut, Kilang Balongan harus segera dibangun sebelum Kilang Balikpapan selesai. Kilang Balikpapan selama ini menyuplai nafta ke Kilang Balongan.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, berdasarkan jadwal, pemilihan licensor (pemben lisensi) untuk Kilang Cilacap ditargetkan tuntas pada akhir kuartal I/2017, sedangkan 'Kilang Tuban selesai pada akhir kuartal II/2017. Saat ini, pihaknya sedang menyelesaikan proses kajian kelayakan perbankan atau bankable feasibility study (BFS) dan pengurusan perizinan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) Kilang Tuban yang ditargetkan selesai pada Juni 2017.

Pada proyek Kilang Cilacap dalam proses penyelesaian basic engineering design (BED) yang ditargetkan selesai Maret 2017, sedangkan Amdal selesai ada Juli.

Bisnis Indonesia, Page-30, Tuesday, Jan, 31, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel