google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 FEED study Still Blocked - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, February 27, 2017

FEED study Still Blocked



Development Masela

Study pre-defining the project or pre-front end engineering design (FEED) Abadi field, Masela to know what volume of gas piped can not be started.

Senior Manager of Communications & Relations Inpex Indonesia Usman Slamet said it is still talking with the government related to the continuation of development projects Abadi Field, the Masela block. He hoped that talks with the government to produce the best decision I could have made the project with gas reserves of 10.7 trillion cubic feet (tcf) can be developed. The target, pre FEED can be done early in January 2017.

"Thus, we can start a study of pre-defining the project or pre-front end engineering design [pre FEED]. Clearly, we continue to cooperate with the government to be able to realize the project, "he said.

Meanwhile, Inpex proposed that the project got the rates of return on capital (internal rate of return / IRR) of 15% is appropriate or when similar projects are developed with a floating refinery scheme / FLNG (floating liquefied natural gas).

     In addition, changing the scheme of FLNG into a refinery or ONLNG land (onshore liquefied petroleum gas) in March 2016 to make Inpex propose the replacement of the lost contract term that is used to conduct a study for 10 years as well as additional refining capacity to 9.5 million tonnes per annum (mtpa) and 150 million standard cubic feet per day / MMSCFD gas pipeline.

Meanwhile, clarity on the matter before making preFEED. Unfortunately, the government wants to pre-FEED contractor in advance to see the possibility of gas production pipeline that is larger 474 MMSCFD and 7.5 mtpa of LNG. The government considers the opportunities additional volume of gas pipes will be used for the petrochemical industry, which is planned to be built on the same island with the location of the LNG plant.

The government also thinks the project can run with an IRR of 12% of the replacement contract period missing for seven years or less three years of the proposed investors.

NEXT PROCESS 

Earlier, Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar said the project should be advanced to the next process of the implementation of the pre-FEED. According to him, the government no longer has the views debated. All clauses negotiated, has been discussed, so that the contractor can begin its activities.

"Clauses negotiated seems already clear. The next step pre FEED. Government is already clear, " he said.

On a separate occasion, the Director of Upstream Chemical Industry of the Ministry of Industry Muhammad Khayam said there are companies that will absorb the gas from the Tangguh project in Bintuni Bay Train III operating in 2020, PT Pupuk Indonesia.

The ministry has proposed the allocation of three companies that will build the plant around the project to the Ministry of Energy and Mineral Resources. Meanwhile, the company PT Pupuk Indonesia needs 240 MMSCFD gas, PT Kaltim Methanol Industries with 130 MMSCFD and PT Elsoro Multi Pratama needs 100 MMSCFD. PT Pupuk Indonesia will build a methanol plant, olefins and polyolefins.

Meanwhile, PT Kaltim Methanol and PT Elsoro Multi Pratama to build a methanol plant. Petrochemical plant construction is expected to cost US $ 3.9 billion to supply gas starting in 2024. He also prepared several other companies that are ready to absorb the gas. This was done, because the volume is relatively large to be absorbed and thus require many companies are prepared to take advantage Masela gas. "The volume of gas is great, so we set up several companies to utilize the gas," he said.

IN INDONESIAN

Pengembangan Blok Masela

Kajian FEED Masih Terganjal


     Kajian pra pendefinisian proyek atau pre front end engineering design (FEED) Lapangan Abadi, Blok Masela untuk mengetahui berapa volume gas yang disalurkan melalui pipa belum bisa dimulai.

Senior Manager Communication & Relation Inpex Indonesia Usman Slamet mengatakan pihaknya masih berbicara dengan pemerintah terkait dengan kelanjutan proyek pengembangan Iapangan Abadi, Blok Masela. Dia berharap agar pembicaraan dengan pemerintah segera membuahkan keputusan terbaik yang bisa membuat proyek dengan cadangan gas sebesar 10,7 trillion cubic feet (tcf) bisa dikembangkan. Targetnya, pre FEED bisa dilakukan awal Januari 2017.

“Dengan demikian, kami bisa memulai kajian pra pendefinisian proyek atau pre front end engineering design [pre FEED]. Yang jelas, kami terus bekerja sama dengan pemerintah untuk dapat mewujudkan proyek itu,” katanya.

Adapun, Inpex mengusulkan agar proyek mendapat angka pengembalian modal (internal rate of return/IRR) sebesar 15% sesuai atau setara ketika proyek dikembangkan dengan skema kilang terapung/FLNG (floating liquefied natural gas).

     Selain itu, pengubahan skema dari FLNG menjadi kilang darat atau ONLNG (onshore liquefied petroleum gas) pada Maret 2016 membuat Inpex mengusulkan penggantian masa kontrak yang hilang yang digunakan untuk melakukan kajian selama 10 tahun serta penambahan kapasitas kilang menjadi 9,5 juta ton per tahun (mtpa) dan 150 million standard cubic feet per day/MMscfd gas pipa.

Adapun, kejelasan mengenai hal tersebut sebelum melakukan preFEED. Sayangnya, pemerintah menginginkan agar kontraktor melakukan pre-FEED terlebih dahulu untuk melihat kemungkinan produksi gas pipa yang lebih besar yakni 474 MMscfd dan LNG sebesar 7,5 mtpa. Pemerintah menganggap peluang penambahan volume gas pipa nantinya bisa dimanfaatkan bagi industri petrokimia yang rencananya akan dibangun di pulau yang sama dengan lokasi kilang LNG.

Pemerintah pun menilai proyek bisa berjalan dengan IRR sebesar 12% dari penggantian masa kontrak yang hilang selama tujuh tahun atau lebih rendah tiga tahun dari usulan investor.

PROSES BERIKUTNYA 

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menuturkan proyek itu seharusnya bisa melaju ke proses berikutnya yakni pelaksanaan pre-FEED. Menurutnya, pemerintah tidak lagi memiliki pandangan-pandangan yang diperdebatkan. Semua klausul yang di negosiasikan, telah selesai dibahas, sehingga kontraktor bisa memulai kegiatannya.

“Klausul-klausul yang dinegosiasikan sepertinya sudah clear. Step selanjutnya pre FEED. Dari pemerintah sudah clear,”
katanya.

Pada kesempatan terpisah, Direktur lndustri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengatakan terdapat perusahaan yang juga akan menyerap gas dari proyek Tangguh Train III di Teluk Bintuni yang beroperasi pada 2020 yaitu PT Pupuk Indonesia.

Kementerian itu telah mengusulkan alokasi untuk tiga perusahaan yang akan membangun pabrik di sekitar proyek kepada Kementerian ESDM. Adapun, perusahaan tersebut yakni PT Pupuk Indonesia dengan kebutuhan gas 240 MMscfd, PT Kaltim Methanol lndustri dengan 130 MMscfd dan PT Elsoro Multi Pratama dengan kebutuhan 100 MMscfd. PT Pupuk Indonesia akan membangun pabrik metanol, olefin dan poliolefin. 

Sementara, PT Kaltim Methanol dan PT Elsoro Multi Pratama untuk membangun pabrik metanol. Pembangunan pabrik petrokimia diperkirakan membutuhkan biaya US$ 3,9 miliar dengan pasokan gas yang dimulai pada 2024. Dia pun mempersiapkan beberapa perusahaan lainnya yang siap menyerap gas tersebut. Hal itu dilakukan, karena volume yang harus diserap tergolong besar sehingga membutuhkan banyak perusahaan yang dipersiapkan untuk memanfaatkan gas Masela. “Volume gasnya besar, jadi kami siapkan beberapa perusahaan untuk memanfaatkan gasnya,” katanya.

Bisnis Indonesia, Page-30, Wednesday, Feb, 22, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel