google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Luhut Ask Pertamina Absorb Gas Pipeline Masela - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, February 13, 2017

Luhut Ask Pertamina Absorb Gas Pipeline Masela



Investment rate reached 14 percent.

Coordinating Minister maritime Luhut Binsar Pandjaitan said the government will ask Pertamina to absorb nearly half of the gas pipeline that will be produced in the Masela block. The volume of gas that will be taken by Pertamina, Luhut sure, could be agreed. "I understand it (the refinery capacity) 7.5 MTPA (metric tons per year) and 472 MMSCFD (million standard cubic feet per day). Pertamina will purchase 200 of 474 MMSCFD, "said Luhut after meeting with Japanese Ambassador Yasuaki Tanizaki in his office.

Luhut confident with that capacity, the return on investment of 14 percent. This figure is still below demand Inpex Masela contractor, which reached 15 percent. But this is above the government estimate of 10 percent. He promised discussion of the revision of the development plan (plan of development) could begin. "Now we make everything transparent. So the time is run the same release. "

Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Tahar Arcandra a scheme by 474 MMSCFD gas pipeline allows the petrochemical industry to grow. Currently, there is only one industry producing polyethylene and polypropylene, which is the raw material of plastic, namely PT Chandra Asri. "Thailand has seven," he said.

If most of the produced gas to LNG, he worried produce gas importer Indonesia would enjoy. Arcandra predicts that much gas actually enjoyed Japan. Inpex also asked to study the best location for the refinery. Two places that are currently considered feasible is Tanimbar Islands and the Aru Islands.

The government rejected the request Inpex propose the replacement of the production period of 10 years. The proposal for a moratorium born Masela until now not yet in production. In fact, the production contract has been signed since 2007. With a target in the development plan signed before 2019, gas production is just beginning 2026. The deadline is considered Inpex mepet to expiration on the contract in 2028.

If the moratorium is approved, the 2007-2017 production period Inpex considered void. The past 10 years and then be replaced, so the contract was extended to 2038. Arcandra Inpex says it can only approve the replacement of the production period of seven years. Thus, Inpex guaranteed contract extension until 2035. This agreement will be loaded through a contract amendment.

Inpex spokesman, Usman Slamet, said the company is waiting for the government's response regarding the proposed development of the project. Inpex last letter sent to the Ministry of Energy on January 6, 2017. "We continue to meet with the Ministry of Energy and Oil and Gas SKK to discuss the conditions necessary in order to achieve economies of Eternal project a good project," he said.

IN INDONESIAN

Luhut Minta Pertamina Menyerap Gas Pipa Masela


Tingkat pengembalian investasi mencapai 14 persen.

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah bakal meminta PT Pertamina untuk menyerap hampir separuh gas pipa yang akan diproduksi di Blok Masela. Volume gas yang akan diambil Pertamina, Luhut yakin, bisa disepakati.   “Kalau tidak salah itu (kapasitas kilang) 7,5 MTPA (metrik ton per tahun) dan 472 MMSCFD (juta standar kubik per hari). Pertamina akan membeli 200 dari 474 MMSCFD,” ujar Luhut seusai bertemu Duta Besar Jepang Yasuaki Tanizaki di kantornya.

Luhut yakin dengan kapasitas itu, tingkat pengembalian investasi sebesar 14 persen. Angka ini masih di bawah permintaan Inpex, kontraktor Blok Masela, yang mencapai 15 persen. Tapi angka ini di atas taksiran pemerintah sebesar 10 persen. Dia berjanji pembahasan revisi rencana pengembangan (plan of development) bisa segera dimulai. “Sekarang kita buat semuanya transparan. Sehingga waktu dijalankan keluarnya sama.”

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mengemukakan skema gas pipa 474 MMSCFD memungkinkan industri petrokimia untuk tumbuh. Saat ini, hanya ada satu industri penghasil polyethylene dan polypropylene, yang menjadi bahan baku plastik, yaitu PT Chandra Asri. “Thailand punya tujuh," kata dia.

Jika sebagian besar gas diproduksi untuk LNG, dia khawatir hasil bumi Indonesia justru dinikmati importir gas. Arcandra memprediksi gas sebanyak itu justru dinikmati Jepang. Inpex juga diminta mempelajari lokasi terbaik untuk kilang. Dua tempat yang saat ini dianggap layak adalah Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Aru.

Pemerintah menolak permintaan Inpex yang mengusulkan penggantian masa produksi selama 10 tahun. Usul moratorium lahir karena Blok Masela sampai sekarang belum berproduksi. Padahal, kontrak produksi sudah diteken sejak 2007. Dengan target rencana pengembangan di teken sebelum 2019, produksi gas diperkirakan baru mulai 2026. Tenggat ini dianggap Inpex mepet dengan masa kedaluwarsa kontrak pada 2028.

Jika moratorium disetujui, masa produksi Inpex pada 2007-2017 dianggap gugur. Masa tersebut kemudian diganti 10 tahun, sehingga kontrak Inpex diperpanjang sampai 2038. Arcandra mengatakan hanya bisa menyetujui penggantian masa produksi selama tujuh tahun. Dengan demikian, Inpex mendapat jaminan perpanjangan kontrak hingga 2035. Kesepakatan ini bakal dimuat melalui amendemen kontrak.

Juru bicara Inpex, Usman Slamet, mengatakan perusahaan menunggu jawaban pemerintah mengenai usul pengembangan proyek. Surat terakhir dikirim Inpex ke Kementerian Energi pada 6 Januari 2017.“Kami terus bertemu dengan Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk membahas kondisi yang dibutuhkan agar Proyek Abadi mencapai keekonomian proyek yang baik,”
kata dia.

Koran Tempo, Page-20, Wednesday, Feb, 8, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel