google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 SKK Migas: Indonesia Not Need to import gas - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, February 27, 2017

SKK Migas: Indonesia Not Need to import gas



Special Unit of Upstream Oil and Gas (SKK Migas) said gas imports have not needed until later in 2019. Because the supply of domestic gas is still excessive and regasifikasi national infrastructure is still limited. Head of Public Relations SKK Migas Taslim Z Yunus said, from about 270 cargoes of liquefied natural gas to be produced this year, there are 32 cargo that until now there is no buyer. Not only that, some of the findings of the national oil and gas reserves also no purchase commitments from any party. "So that until 2019 it was not yet time to import, "he said

In 2019, Indonesia is predicted to experience a deficit of gas supply. Moreover, Indonesia has a new four-unit facility regasification of LNG and therefore has not reached all parts of Indonesia. Detailed to these four facilities located in Arun, Aceh with a capacity of 400 million standard cubic feet per day / MMSCFD, then in Lampung and West Java, each with a capacity of 240 MMSCFD and 400 MMSCFD, as well as in Benoa, Bali 50 MMSCFD. "Emitter near future, before any additional regasification facilities, may not be imported. Where the infrastructure, "said Taslim.

Head of the Division of Natural Gas Commercialization SKK Migas Until L Purba added, the natural gas business must be planned comprehensively ranging from the supply to the purchaser. Thus, the availability of infrastructure is very important. When you want to import LNG, there needs to be acceptance infrastructure, regasification, pipeline transmission, distribution pipes up to the buyer.

According to him, the existing regasification facility utilization is still below capacity. This is evident from the absorption of the LNG facility is still under the allocation granted by the government. However, this infrastructure is not necessarily capable of receiving LNG is imported. "Regasification facility was custom made, not all vessels can lean. There are only small ships can dock. So this concern will always be there, "he said.

Not only that, the need to ensure also projected needs that currently exist. He cautions, gas consumers do not just mention the volume of gas needed in the next few years. However, consumers also should be committed to absorb this gas supply. "Do not just ask a lot of gas supply, but could not take. His request to be credible as well, "said Sampe.

Certainty figure this requirement also affects the gas deficit forecasts are likely to occur in 2019. "It (the deficit in 2019) based on the estimates when domestic demand and production so. That is not always estimate will stay that way, "he added.

According to data from SKK Migas, the last year alone, there is a gas supply at 401.27 billion British thermal units per day (billion British thermal units per day / bbtud that can not be absorbed by domestic consumers. In fact, this figure has been contracted in gas sales agreement (GSA). While the volume of natural gas monetization constrained by infrastructure totaled 534 bbtud.

Price reduction

With regard to imports to lower gas prices in the country, Until argues, it can not be confirmed. Because the price of the national LNG is also not much different from the international market. Indonesia LNG prices pegged at around US $ 4-5 per million British units (mmbtu), while in Thailand US $ 5.7 per mmbtu, Rio de Janeiro US $ 5.65 per mmbtu, Belgium US $ 4.51 per mmbtu, and Malaysia US $ 4 per mmbtu. Though, he admitted the price of LNG in the United States is very low, at US $ 1.89 to 2.76 per mmbtu.

However, this can not be guaranteed. Because the price of gas on the final consumer in Indonesia still have to calculate the cost of shipping and taxes. "So it does not necessarily lower the price of imported LNG in the end user, because the overall price of LNG to compete worldwide," said Sampe.

Moreover, to get to the final consumer, he added, they should at regasification LNG and piped distribution and transmission. Exemplified, with domestic LNG price of about US $ 4.23 to 5.1 per mmbtu, they will be subject to shipping and storage costs US $ 0.6 per mmbtu, regasifikasi US $ 1-3 per mmbtu, the transmission of US $ 0.89 per mmbtu, and distribution of US $ 1.5 per mmbtu in midstream. "He (midstream cost component) only (low prices to consumers) that can be streamlined also, "he said. However, this cost component under the competence of SKK Migas.

IN INDONESIAN

SKK Migas : Indonesia Belum Perlu impor Gas


Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan impor gas belum diperlukan sampai 2019 nanti. Pasalnya, pasokan gas domestik masih berlebih dan infrastruktur regasifikasi nasional Masih terbatas. Kepala Bagian hubungan Masyarakat SKK Migas Taslim Z Yunus mengatakan, dari sekitar 270 kargo gas alam cair yang akan diproduksi tahun ini, terdapat 32 kargo yang sampai saat ini belum ada pembelinya. Tidak hanya itu, beberapa temuan cadangan migas nasional juga belum ada komitmen pembelian dari pihak manapun. “jadi kalau sampai 2019 itu belum
waktunya untuk mengimpor,” kata dia 

Pada 2019, Indonesia diprediksi mengalami defisit pasokan gas. Apalagi, Indonesia baru memiliki empat unit fasilitas regasifikasi LNG sehingga belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Rincinya ke empat fasilitas ini terletak di Arun, Aceh dengan kapasitas 400 million standard cubic feet per day/mmscfd, kemudian di Lampung dan Jawa Barat berkapasitas masing-masing 240 mmscfd dan 400 mmscfd, serta di Benoa, Bali 50 mmscfd. “DaIam waktu dekat, sebelum ada tambahan fasilitas regasifikasi, mungkin belum bisa impor. Di mana infrastrukturnya," ujar Taslim.

Kepala Divisi Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas Sampe L Purba menambahkan, bisnis gas bumi harus direncanakan secara komprehensif mulai dari pasokan hingga pembelinya. Sehingga, faktor ketersediaan infrastruktur menjadi sangat penting. Ketika ingin mengimpor LNG, perlu ada infrastruktur penerimaan, regasifikasi, pipa transmisi, sampai pipa distribusi ke pembeli.

Menurutnya, utilisasi fasilitas regasifikasi yang ada memang masih di bawah kapasitasnya. Hal ini terlihat dari penyerapan LNG fasilitas ini yang masih di bawah alokasi yang diberikan oleh pemerintah. Akan tetapi, belum tentu infrastruktur ini mampu menerima LNG yang di impor. “fasilitas regasifikasi itu dibuat khusus, tidak semua kapal bisa bersandar. Ada yang hanya bisa sandar kapal kecil. Jadi concern ini akan selalu ada,” tutur dia.

Tidak hanya itu, perlu dipastikan juga proyeksi kebutuhan yang saat ini ada. Dia mengingatkan, konsumen gas jangan hanya menyebutkan volume gas yang diperlukan dalam beberapa tahun ke depan. Namun, konsumen juga harus memberikan komitmennya untuk menyerap pasokan gas ini. “Jangan hanya minta banyak pasokan gas, tetapi tidak bisa ambil. Permintaannya harus kredibel juga,” tegas Sampe. 

Kepastian angka kebutuhan ini juga mempengaruhi perkiraan defisit gas yang kemungkinan terjadi pada 2019. “Itu (defisit 2019) berdasarkan estimasi apabila demand domestik dan produksi sekian. Artinya tidak selamanya estimasi akan tetap seperti itu,” tambah dia.

Menurut data SKK Migas, pada tahun lalu saja, terdapat pasokan gas sebesar 401,27 miliar british thermal unit per hari (billion british thermal unit per day/bbtud yang tidak dapat diserap konsumen domestik. Padahal, angka ini sudah terkontrak dalam perjanjian jual beli gas (PJBG). Sementara volume monetisasi gas bumi yang terkendala infrastruktur tercatat mencapai 534 bbtud.

Penurunan Harga

Terkait rencana impor guna menurunkan harga gas di dalam negeri, Sampe berpendapat, hal ini belum dapat dipastikan terjadi. Pasalnya, harga LNG nasional juga tidak jauh berbeda dengan pasar internasional. Di Indonesia harga LNG dipatok sekitar US$ 4-5 per juta british unit (mmbtu), sementara di Thailand US$ 5,7 per mmbtu, Rio de Janeiro US$ 5,65 per mmbtu, Belgia US$ 4,51 per mmbtu, dan Malaysia US$ 4 per mmbtu. Walaupun, diakuinya harga LNG di Amerika Serikat sangat rendah yakni US$ 1,89-2,76 per mmbtu. 

Meski demikian, hal ini tidak bisa menjadi jaminan. Pasalnya, harga gas di konsumen akhir di Indonesia masih harus menghitung biaya pengapalan serta berbagai pajak. “Jadi tidak serta merta impor LNG turunkan harga di end user, karena secara keseluruhan harga LNG bersaing di seluruh dunia,” jelas Sampe.

Apalagi untuk sampai ke konsumen akhir, lanjutnya, LNG masih harus di regasifikasi dan dialirkan melalui pipa distribusi dan transmisi. Dicontohkannya, dengan harga LNG domestik sekitar US$ 4,23-5,1 per mmbtu, masih akan kena biaya pengapalan US$ 0,6 per mmbtu, regasitikasi US$ 1-3 per mmbtu, transmisi US$ 0,89 per mmbtu, dan distribusi US$ 1,5 per mmbtu di midstream. “Dia (komponen biaya midstream) hanya bisa (harga rendah sampai konsumen) kalau ini bisa diefisienkan juga,” ujarnya. Namun, komponen biaya ini di luar wewenang SKK Migas. 

Investor Daily, Page-9, Friday, Feb, 17, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel