The government plans to build a gas pipeline linking East Kalimantan Traffic cities with gas resources in the region. Construction of the initial phase of this pipeline will be assigned to PT Pertamina.
Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) I Gusti Nyoman, Wiratmaja say, overall, East Kalimantan gas reserves are large enough and able to meet the needs in the region until at least the next 60 years. However, gas reserves can only be used so long if connected by pipes. "We have plans to build an integrated infrastructure in East Kalimantan; all cities connected by pipes. If there is a (source gas) is consumed (in certain cities), could be replaced from Iain field. Because if the gas reserves (Kaltim) to 60 years into the future is still there, "he said while inaugurating the operation of the gas network in Balikpapan.
He emphasized that the gas pipeline across East Kalimantan should be built because the area is rich in natural gas. Thus, the gas produced must be utilized by the local community. Because the gas is a cleaner fuel at a price that is cheaper than fuel oil. Gas prices usually range 11% of the price of oil. If realized, this integrated gas pipeline will be used to meet the needs of industrial gas, power generation, and transportation. "So the industry in Samarinda and Balikpapan may develop (after the gas can)," he said. In addition to the pipeline, in East Kalimantan, the government has been and will build gas refueling stations (SPBGs) and Network Appliances gases.
Pipeline construction across East Kalimantan, will be gradual. Currently in East Kalimantan, there have been a pipe that connects to Handil Bontang, Kutai Kertanegara. In the early stages, the pipeline will be built 50 kilometers (km) from Tanjung Batu to Kutai Kertanegara. 50 km pipeline construction will start this year and assigned to Pertamina. "Commissioned by the Ministry of Energy and Mineral Resources to Pertamina, the existing assignment of his letter to Pertamina," said Wiratmaja. The project investment budget calls will be borne by Pertamina.
Related phases of pipeline development in East Kalimantan, Wiratmaja reluctant to elaborate. But the estimated his take at least 10 years to East Kalimantan has an integrated gas infrastructure. "We'll see (when completed), clear gradually," he said. He called the pipeline from East Kalimantan is eventually going like Pipes Trans-Java. Trans-Java gas pipeline integration project consists of three major projects. First, the western part of Java, worth US $ 300 million with a path-KHT Cirebon (84 km) and Tegalgede-Muara Tawar (50 km). Second, Northern Java, worth US $ 400 million to Cirebon-Semarang lines (255 km). Third, East Java, worth US $ 360 million with the Semarang-Gresik (271 km) and East Java Gas Pipeline (EJ GP) -Grati worth US $ 58 million (22.1 km).
Transjawa pipeline project was also done by Pertamina, through its subsidiary, PT Pertamina Gas (Pertagas). Currently construction engineering, procurement, and construction (engineering, procurement, and construction / EPC) pipeline is only around 75% and is targeted for completion in the near future. While pipe Cirebon-Semarang, although won by PT Engineering Industries, but Rekind have agreed to work on this project together Pertagas and scheduled for completion in 2020.
IN INDONESIAN
Pemerintah akan Bangun Pipa Gas Lintas Kaltim
Pemerintah berencana membangun pipa gas Lintas Kalimantan Timur yang menghubungkan kota-kota dengan sumber gas di wilayah tersebut. Pembangunan tahap awal pipa ini akan ditugaskan kepada PT Pertamina.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman, Wiratmaja mengatakan, secara keseluruhan, Kalimantan Timur memiliki cadangan gas yang cukup besar dan mampu memenuhi kebutuhan di Wilayah tersebut sampai setidaknya 60 tahun ke depan. Namun, cadangan gas ini hanya bisa dipakai sekian lama jika dihubungkan dengan pipa. “Kami punya rencana membangun infrastruktur terintegrasi di Kalimantan Timur; semua kota dihubungkan dengan pipa. Kalau ada (sumber gas) habis (di kota tertentu) , bisa digantikan dari lapangan Iain. Karena kalau cadangan gas (Kaltim) sampai 60 tahun ke depan masih ada,” kata dia ketika meresmikan beroperasinya jaringan gas di Balikpapan.
Dia menegaskan, pipa gas lintas Kalimantan Timur ini harus dibangun lantaran wilayah ini kaya akan gas bumi. Sehingga, gas yang dihasilkan harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Pasalnya, gas merupakan bahan bakar yang lebih bersih dengan harga yang lebih murah dari bahan bakar minyak. Harga gas biasanya berkisar 11% dari harga minyak. Jika terealisasi, pipa gas terintegrasi ini akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan gas industri, pembangkit listrik, dan transportasi. “Sehingga industri di Samarinda dan Balikpapan dapat berkembang (setelah dapat gas) ,” ujarnya. Selain pipa, di Kalimantan Timur, pemerintah telah dan akan membangun stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan jaringan gas rumah Tangga.
Pembangunan pipa lintas Kalimantan Timur ini, akan dilakukan secara bertahap. Saat ini di Kalimantan Timur, sudah terdapat pipa yang menghubungkan Bontang hingga Handil, Kutai Kertanegara. Pada tahap awal, pipa yang direncanakan dibangun yakni sepanjang 50 kilometer (km) dari Tanjung Batu hingga Kutai Kertanegara. Pembangunan pipa 50 km ini akan dimulai pada tahun ini dan ditugaskan kepada Pertamina. “Ditugaskan oleh Menteri ESDM ke Pertamina, sudah ada Surat penugasan-nya ke Pertamina,” jelas Wiratmaja. Anggaran investasi proyek ini disebutnya akan ditanggung oleh Pertamina.
Terkait tahapan pembangunan pipa Kalimantan Timur, Wiratmaja enggan merincinya. Namun diperkirakan-nya dibutuhkan waktu setidaknya 10 tahun sampai Kalimantan Timur memiliki infrastruktur gas yang terintegrasi. “Nanti kami lihat (kapan selesai), yang jelas bertahap,” ujarnya. Dia menyebut pipa di Kalimantan Timur ini nantinya bakal seperti Pipa Trans-Jawa. Proyek integrasi pipa gas TransJawa terdiri atas tiga proyek utama. Pertama, Jawa bagian Barat senilai US$ 300 juta dengan jalur Cirebon-KHT (84 km) dan Tegalgede-Muara Tawar (50 km). Kedua, Jawa bagian Utara senilai US$ 400 juta dengan jalur Cirebon-Semarang (255 km). Ketiga, Jawa bagian Timur senilai US$ 360 juta dengan jalur Semarang-Gresik (271 km) dan East Java Gas Pipeline (EJ GP) -Grati senilai US$ 58 juta (22,1 km).
Proyek pipa Trans-Jawa juga dikerjakan oleh Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Gas (Pertagas). Saat ini pengerjaan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/ EPC) pipa ini baru mencapai sekitar 75% dan ditargetkan selesai dalam waktu dekat ini. Sementara pipa Cirebon-Semarang, meski dimenangkan PT Rekayasa Industri, namun Rekind telah sepakat menggarap proyek ini bersama Pertagas dan ditargetkan selesai pada 2020.
INVESTOR DAILY, Page-9, Saturday, Feb, 4, 2017
No comments:
Post a Comment