SOE DIRECTORS OIL AND GAS
Through the general meeting of shareholders (AGM) on February 3, 2017, the Board Komisans PT Pertamina and State Owned Enterprises Minister Rini Soemarno filler assign two positions must be replaced. Ahmad Bambang Dwi Soetjipto and had to take off the position as Managing Director and Deputy CEO for incompatibility issues that led to a number of decisions to stop.
Soon, the government will announce new Pertamina chief. Some parties asserted that the prospective new Pertamina president of the company's internal. There are some directors are considered to be believed to be the president director Syamsu Alam who is currently the Director of Upstream. Syamsu Alam career in Pertamina for 28 years.
Besides Syamsu Alam, another candidate who might become the task of implementing the main director Rachmat Hardadi, Dilektur Mega Project Processing and Petrochemicals. Rachmad Hardadi now 54 years old and have a career in Pertamina since 1988 or 29 years. Another potential candidate namely Pertamina Marketing Director Muchamad lskandar. Iskandar, 54 years old, with age 26 years career in Pertamina.
In a way, the commissioners now propose ways determined by the results of the competency test and the candidates from Pertamina that figure is now occupying the seat of directors of the parent company Pertamina. Previously, Pertamina Commissioner Edwin Hidayat Abdullah said last week there are five candidates who undergo a competency test. Of the five candidates, only three or four names that passed the desk of President Joko Widodo.
The figure COMPETENT
He also mentioned not looking for super figure to lead Pertamina. Surely, someone who is competent, has a position of leadership, winning business strategy, and is able to coordinate well as the company underwent many upstream and downstream tasks that require more agile movement. When organic and senior figures included in one filter search for a new president, most likely from internal sources will be focused on Syamsu Alam and Rachmad Hardadi who has a career in Pertamina nearly 30 years.
In terms of sectors in the guard, both are quite strategic position is primarily attributed to a number of the company's target. Syamsu Alam in charge of the upstream business, given the task to manage the work area will be out of contract. Meanwhile, Rachmad Hardadi must ensure that all oil refinery construction project in the country is progressing on schedule. As we all know the government wants the project to build a refinery run to reduce the number of fuel imports.
Because the oil-refining capacity in the country is only about 800,000 barrels per day (bpd), while fuel consumption is 1.6 million bpd. By kanena, six projects run refinery has already begun and four projects namely Cilacap refinery capacity additions, Balikpapan Refinery, Refinery Dumai and Balongan refinery. Plus, two new refineries, each with a capacity of 300,000 bpd is Bontang and Tuban refinery. However, no one knows for sure whether the two directors of a candidate Pertamina Pertamina-1.
Deputy Minister Arcandra Tahar, who also serves as deputy commissioner admitted from the competency test results have been obtained candidates who meet kritena as the new skipper of Pertamina. Furthermore, waiting for the President Joko Widodo that specifies whether the proposal of the board of commissioners received or have chosen another figure outside Pertamina for the post.
"The board has proposed that eligible, what do you call, leave it to the President alone," he said. Anyone who would later be named the President, all hope that the ambitious targets that have been set can walk and realized, even more quickly and target.
IN INDONESIAN
DIREKSI BUMN MIGAS
Menanti Nakhoda Baru Pertamina
Melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 3 Februari 2017, Dewan Komisans PT Pertamina dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno menetapkan dua pengisi jabatan harus diganti. Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang harus melepas jabatan sebagai Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama Pertamina karena masalah ketidakcocokan yang menyebabkan sejumlah pembuatan keputusan berhenti.
Tidak lama lagi, pemerintah akan mengumumkan Dirut Pertamina yang baru. Beberapa pihak menegaskan, calon dirut Pertamina baru itu dari internal perseroan. Ada beberapa direksi yang dinilai akan dipercaya menjadi Dirut Pertamina yakni Syamsu Alam yang saat ini menjadi Direktur Hulu. Syamsu Alam berkarir di Pertamina selama 28 tahun.
Selain Syamsu Alam, kandidat lain yang mungkin menjadi pelaksana tugas direktur utama yakni Rachmad Hardadi, Dilektur Mega Proyek Pengolahan dan Petrokimia. Rachmad Hardadi kini berusia 54 tahun dan telah berkarir di Pertamina sejak 1988 atau 29 tahun. Kandidat lainnya yang juga potensial yakni Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad lskandar. Iskandar berusia 54 tahun, dengan umur karir 26 tahun di Pertamina.
Dalam perjalanannya, dewan komisaris kini sudah menyampaikan usulan yang ditetapkan berdasarkan hasil uji kompetensi kandidat yang berasal dan kalangan Pertamina yakni sosok yang kini menduduki kursi direksi di induk usaha Pertamina. Sebelumnya, Komisaris Pertamina Edwin Hidayat Abdullah mengatakan pekan lalu terdapat lima nama kandidat yang menjalani uji kompetensi. Dari lima kandidat, hanya tiga atau empat nama saja yang diloloskan ke meja Presiden Joko Widodo.
SOSOK KOMPETEN
Dia pun menyebut tidak mencari sosok super untuk memimpin Pertamina. Pastinya, sosok yang kompeten, memiliki sikap kepemimpinan, strategi bisnis yang mumpuni, dan mampu berkoordinasi dengan baik karena perseroan menjalani banyak tugas di hulu hingga hilir yang membutuhkan gerakan lebih lincah. Bila sosok organik dan senior masuk dalam salah satu filter mencari dirut baru, kemungkinan besar dari internal akan tertuju pada Syamsu Alam dan Rachmad Hardadi yang telah berkarir di Pertamina hampir 30 tahun.
Bila dilihat dari sektor yang di jaga, posisi keduanya pun cukup strategis terutama dikaitkan dengan sejumlah target perseroan. Syamsu Alam yang membidangi usaha hulu, mendapat tugas untuk mengelola wilayah kerja yang akan habis masa kontraknya. Sementara itu, Rachmad Hardadi harus memastikan seluruh proyek pembangunan kilang minyak di Tanah Air berjalan sesuai jadwal. Seperti diketahui pemerintah menginginkan agar proyek pembangunan kilang dijalankan untuk menekan angka impor BBM.
Pasalnya, kapasitas kilang minyak dalam negeri hanya sekitar 800.000 barel per hari (bph), sedangkan konsumsi BBM 1,6 juta bph. Oleh kanena itu, enam proyek kilang dijalankan sudah di mulai dan empat proyek penambahan kapasitas yakni Kilang Cilacap, Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, dan Kilang Balongan. Ditambah, dua kilang baru yang masing-masing berkapasitas 300.000 bph yaitu Kilang Bontang dan Kilang Tuban. Namun, tidak ada yang tahu pasti apakah kedua direksi Pertamina ini menjadi kandidat Pertamina-1.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar yang juga menjabat sebagai wakil komisaris utama mengaku dari hasil uji kompetensi sudah didapatkan kandidat yang memenuhi kritena sebagai nakhoda baru Pertamina. Selanjutnya, menunggu Presiden Joko Widodo yang menetapkan apakah usulan dari dewan komisaris di terima atau justru memilih sosok lain di luar lingkungan Pertamina untuk mengisi jabatan tersebut.
“Dewan komisaris sudah mengusulkan yang eligible, apa istilahnya, serahkan pada Bapak Presiden sajalah,” ujarnya. Siapapun yang nantinya ditunjuk Presiden, semua berharap agar target ambisius yang telah ditetapkan bisa berjalan dan terealisasi, bahkan lebih cepat dan target.
Bisnis Indonesia, Page-30, Thursday, March, 2, 2017
No comments:
Post a Comment