Pertamina predicted oil production can be increased up to 700 percent.
PT Pertamina EP plans to start oil drain program (enhanced oil recovery / EOR) phase I at the Field Pangkalan Susu, Langkat, North Sumatra, this year.
Companies using EOR methods to restrain the rate of natural production decline, which reached 25 percent per year. "Based on reservoir simulation, production is expected to peak Gebang structure can be achieved in the year 2018 amounted to 450 barrels of oil per day," said the daily task of implementing the President Director of Pertamina EP Nana Abdul Manaf.
Pertamina EP has tested the feasibility of the project from December 2011 to October 2016. Once declared eligible, the drain program enters the stage of water-flooding. At that stage, the company fills oil wells with water to obtain the remaining oil in the oil wells and the water is then pumped out of the wells. This suction is called hydraulic fracturing.
Pertamina believe this technology will mine Pangkalan Susu production by 111 barrels per day, an increase from earlier that only 20 barrels per day. Production is increasing as the depletion of oil enter the preparation phase in February 2017 amounted to 210 barrels per day, or 700 per cent of the acquisition prior to the trial.
Nanang optimistic that this year's oil production could result draining stands at 205 barrels per day. "For 2017 the production of structures targeted Gebang 205 barrels per day."
Pertamina is the only company that still using EOR methods to increase production. Another contractor, Chevron and Medco E & P did not because the method was considered uneconomical.
Earlier, President of Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak quibble EOR project in Minas Field, Block Rokan, Riau, economical if oil prices were in the range of US $ 80 per barrel. He explained technically EOR projects that use the injection method has been field-tested surfactant substances. As a result, production increased by 17-22 percent in one pattern in Minas Field.
The trials did not continue because there is no certainty about the contract extension Chevron in Block Rokan, after the contract expires in 2021. In fact, based on the Chevron deal with SKK Migas, the project could be initiated in early 2017. Peak production planned to occur in 2023, with an additional volume of 100 thousand barrels of oil per day.
Similarly, Operations Director Medco Ronald Gunawan said Medco EOR project stopped since 2014 due to lower oil prices. Medco uses electrical technology EOR polymer and surfactant substances.
Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources, I Gusti Nyoman Wiratmaja, said draining is necessary because most of the oil fields in Indonesia are old. "The year 2018 should be initiated. 2019 should be full of new technologies developed since production began to fall.
IN INDONESIAN
Pengurasan Minyak Lapangan Pangkalan Susu Segera Dimulai
Pertamina meramalkan produksi minyak bisa meningkat hingga 700 persen.
PT Pertamina EP berencana memulai program pengurasan minyak (enhanced oil recovery/ EOR) tahap I di Lapangan Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, tahun ini.
Perusahaan menggunakan metode EOR untuk menahan laju penurunan produksi alamiah yang mencapai 25 persen per tahun. “Berdasarkan simulasi reservoir, diharapkan puncak produksi struktur Gebang dapat tercapai di tahun 2018 sebesar 450 barel minyak per hari,” ujar pelaksana tugas harian Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf.
Pertamina EP telah menguji coba kelayakan proyek sejak Desember 2011 hingga Oktober 2016. Setelah dinyatakan layak, program pengurasan memasuki tahap water-flooding. Pada tahap itu, perusahaan mengisi sumur minyak dengan air untuk memperoleh sisa minyak di dalam sumur Minyak dan air kemudian dipompa ke luar sumur. Penyedotan ini disebut hydraulic fracturing.
Pertamina yakin teknologi ini akan menambang produksi Pangkalan Susu sebesar 111 barel per hari, atau meningkat dari sebelumnya yang hanya 20 barel per hari. Produksi semakin bertambah ketika pengurasan minyak memasuki tahap persiapan pada Februari 2017 sebesar 210 barel per hari, atau sebesar 700 persen dari perolehan sebelum uji coba.
Nanang optimistis tahun ini produksi minyak hasil pengurasan bisa bertahan pada angka 205 barel per hari. “Untuk 2017 produksi dari struktur Gebang ditargetkan 205 barel per hari.”
Pertamina adalah satu satunya perusahaan yang masih menggunakan metode EOR untuk menambah produksi. Kontraktor lain, Chevron dan Medco E&P tidak melakukannya karena metode itu dianggap tidak ekonomis.
Sebelumnya, Presiden Direktur Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak berdalih proyek EOR di Lapangan Minas, Blok Rokan, Riau, ekonomis jika harga minyak berada di kisaran US$ 80 per barel. Ia menjelaskan secara teknis proyek EOR yang menggunakan metode injeksi zat surfaktan sudah diuji lapangan. Hasilnya, produksi meningkat 17-22 persen di satu pola di Lapangan Minas.
Uji coba tidak berlanjut karena belum ada kepastian soal perpanjangan kontrak Chevron di Blok Rokan, setelah kontrak berakhir pada 2021. Padahal, berdasarkan kesepakatan Chevron dengan SKK Migas, proyek bisa diinisiasi pada awal 2017. Puncak produksi direncanakan terjadi pada 2023, dengan volume tambahan 100 ribu barel minyak per hari.
Senada, Direktur Operasi Medco Ronald Gunawan mengatakan proyek EOR Medco berhenti sejak 2014 karena harga minyak turun. Medco menggunakan teknologi electrical EOR dan zat surfaktan polimer.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, I Gusti Nyoman Wiratmaja, mengatakan pengurasan diperlukan karena sebagian besar lapangan minyak di Indonesia sudah tua .“Tahun 2018 harus dimulai. Tahun 2019 harus full teknologi baru dikembangkan karena produksi mulai turun.
Koran Tempo, Page-20, Thursday, March, 16, 2017
No comments:
Post a Comment