google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Gas reception Drastic Decline - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Saturday, March 25, 2017

Gas reception Drastic Decline



Need a Conducive Investment Climate Energy

Seen falling world oil prices have a significant effect on state revenues in the oil and gas sector. Directorate General of Budget, Ministry of Finance Askolani revealed, the decline recorded since 2012 up to now. In the span of 2012-2014, the oil and gas sector can contribute to state revenues of more than Rp 300 trillion per year. "But getting here is getting down. In fact, last year not to touch the revenues of Rp 100 trillion, only the range of Rp 80 trillion to Rp 90 trillion.

During this time the oil and gas sector is believed to be one of the foundation driving the national economy. With admission free fall in the sector, the pressure on the state budget was unavoidable. "In fact, every year it is spending always goes up.

He added that oil price fluctuations not only hit Indonesia. The same conditions suffered by other oil-producing countries such as Russia, Saudi Arabia, as well as the countries of the Middle East region. He cited the conditions in Saudi Arabia should take the fuel price increase to patch up the state treasury. Conditions that must be followed when the oil price was down.

Askolani continue, if in 2015 the government does not take energy reform policy, the subsidy burden will continue to erode the state budget. "Fortunately, in 2015 the government changed the policy of energy and electricity subsidies. If it is not modified Minister (Finance when it Bambang Brodjonogoro, Red), we run out.

In the same place, the Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ignatius Jonan not too worried about the decline of state revenue from oil and gas sector. Because, for him, the most important thing today is to encourage equitable economic pertumbuham and increase purchasing power.

According to the former minister of transportation, is currently the most important is how the industry can be more competitive one way to efficiency. "It's been growing in our thinking that natural resources and it can be expected that the largest to sustain economic growth. Now it is not merely more
so.

Medco boss Hilmi Panigoro agree with Jonan on the principle of efficiency in the utilization of energy resources. The important thing is how to keep the current oil and gas prices could provide added value to the country's economic growth rate.

IN INDONESIAN

Penerimaan Migas Merosot Drastis


Butuh Iklim Investasi Energi yang Kondusif

Jebloknya harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap penerimaan negara di sektor migas. Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani mengungkapkan, penurunan tersebut tercatat sejak 2012 hingga kini. Pada rentang 2012-2014, sektor migas bisa memberikan kontribusi penerimaan negara hingga lebih dari Rp 300 triliun tiap tahun. "Tapi semakin ke sini semakin turun. Bahkan, tahun lalu penerimaannya tidak sampai menyentuh Rp 100 triliun, hanya dikisaran Rp 80 triliun sampai Rp 90 triliun.

Selama ini sektor migas dipercaya sebagai salah satu tumpuan penggerak ekonomi nasional. Dengan terjun bebasnya penerimaan di sektor tersebut, tekanan pada APBN pun tidak terhindarkan. ”Padahal, tiap tahun belanja itu selalu naik.

Dia menambahkan, Fluktuasi harga minyak tidak hanya memukul Indonesia. Kondisi yang sama diderita negara penghasil minyak lainnya seperti Rusia, Arab Saudi, serta negara-negara kawasan Timur Tengah. Dia mencontohkan kondisi di Arab Saudi yang harus menempuh kebijakan menaikkan harga BBM untuk menambal kas negara. Kondisi itu harus dijalani di saat harga minyak yang terus tercatat turun.

Askolani melanjutkan, jika pada 2015 pemerintah tidak menempuh kebijakan reformasi energi, beban subsidi akan terus menggerus APBN. "Untungnya, 2015 pemerintah mengubah kebijakan subsidi energi dan listrik. Kalau tidak diubah Pak Menteri (Menkeu ketika itu Bambang Brodjonogoro, Red), habis kita.

Di tempat yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tidak terlalu khawatir dengan kondisi penurunan penerimaan negara dari sektor migas. Sebab, bagi dia, yang terpenting saat ini adalah mendorong pertumbuham ekonomi yang merata dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Menurut mantan menteri perhubungan tersebut, saat ini yang terpenting adalah bagaimana industri bisa semakin kompetitif salah satu caranya dengan efisiensi. "Sudah tumbuh dalam pemikiran kita bahwa sumber daya alam itu bisa dan diharapkan yang terbesar untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Sekarang tidak semata-mata lagi
begitu.

Bos Medco Hilmi Panigoro setuju dengan pendapat Jonan tentang prinsip efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya energi. Yang penting bagaimana agar harga migas saat ini bisa memberikan nilai tambah terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi negara.

Jawa Pos, Page-5, Saturday, 25, March, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel