FSU ship Inaugurated
Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ignatius Jonan, Tuesday (21/3), attended the naming ceremony Boat Floating Production Unit (FRU) Crickets in Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai, Riau Islands. It also marks the naming ships will soon berproduksinya gas from Block Muara Bakau where First gas is targeted to mid-2017, sooner than stated in the Strategic Plan of the Ministry of Energy and Mineral Resources In 2015-2018, the first production in 2018.
Present on the occasion SKK Migas Head Amien Sunaryadi and the Director General of Oil and Gas Ministry of Energy and Mineral Resources IGN Wiratmaja Puja. Crickets FPU ship will operate in the Muara Bakau block located in the Kutei Basin, offshore of Makassar Strait, about 70 km from the coastline of East Kalimantan. Crickets FPU is ship-shape and gas facilities. Before the ship sailed to the Crickets FPU operations place in the Makassar Strait, according maritime traditions for newly built vessel, carried a ship naming ceremony.
Crickets FPU ship naming ceremony marked by solving jug by Mrs. Ignatius Jonan. In the maritime history since the late 18th century, a ship naming ceremony intended as an expression of gratitude for all achievements, usually done by a woman.
Crickets FPU ship designed for the processing of gas with a capacity of up to 450 million standard cubic feet per day (MMSCFD). A total of 10 production wells undersea gas that has been compressed and ready to be produced, will be linked with the FPU which will then process and deliver gas using subsea pipelines along the 79 km and further to the land that is in the network of gas producers in East Kalimantan and ultimately to the user domestic in East Kalimantan and the Bontang LNG plant.
Crickets FPU ship also serves as refining and stabilize the condensate and distribute it to the ground through a local distribution network and ended in Senipah condensate refinery.
More than 50% of production Cricket Field will be used to meet domestic needs, thus contributing significantly to the national energy needs and economic development. Muara Bakau block operated by ENI Muara Bakau BV since 2002 with a stake of as much as 55% and its partners engie E & P by 33.3%, and PT Saka Energi Muara Bakau of 11.7%.
The first gas discovery obtained in 2009 in line Crickets-1 wells. In the same block, at about 20 km to the Northeast Field Janfkrik, field crickets found North East in 2011. The development plan (Plan of Development / PoD) Cricket Field was approved in 2011, while the North East Cricket 2013. Approval POD Crickets North East include integration with Crickets field development in a single project called "project complex Crickets"
US$ save 300 Million
Jonan said the workmanship Field Crickets can run efficiently so that the investment made can be cut $ 300 million from a budget of US $ 4.5 billion. Not only that, oil and gas field can also produce gas more quickly, which began mid-year.
She appreciates the savings that can be done at Cricket Field Project. Moreover, the Government is encouraging the large efficiency of capex (capital expenditure / capex) and operating budget (operational expenditure / apex) national upstream oil and gas industry. This is because there is no one party that can control the price of oil and gas.
"The project is ahead of plan by nearly 12 months. My thanks to the acceleration of the licensing provided by local government. I think it's expected of us, because if licensing slowly, investing too slow, "said Jonan.
Boost Production
Going forward, Jonan expect gas production from the Field Crickets can be increased up to 800 MMSCFD. He guarantees, additional gas produced will certainly be absorbed. Because the government will prioritize the use of gas for power generation.
For many years why many built power plant for gas allocation is very difficult. We will make a gas guide is greater and greater. It also will ensure the Riau area as close to the source of gas, will obtain gas for electrical. Thus, the consumption of fuel oil and diesel oil in Riau can be eliminated.
Moreover, it is also close to the East Natuna Block gas reserves to 48 trillion cubic feet. If you missed the Riau gas to electricity, means outrageous set up, so it must be set so that gets all.
Cricket Field of the planned production of 450 MMSCFD or the equivalent of 3 million tons per year, more than 50% will be used to meet domestic needs. The gas purchased by PT Pertamina with a volume of 1.4 million tons per year for seven years since 2017. The gas supply can make a significant contribution to the national energy needs and economic development.
While the rest of the Cricket Field production will be allowed to be exported. Director General of Oil and Gas Ministry of Energy and Mineral Resources Wiratmaja I Gusti Nyoman had said, exports should be done because there is no domestic consumers absorb this gas production.
"So far there are bidding, but the patient was yes. If it's a deal, later given out, "he said.
IN INDONESIAN
Lapangan Jangrik Segera Berproduksi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Selasa (21/ 3), menghadiri acara Upacara Penamaan Kapal Floating Production Unit (FRU) Jangkrik di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai, Kepulauan Riau. Penamaan kapal ini juga menandai akan segera berproduksinya gas dari Blok Muara Bakau di mana First gas ditargetkan pertengahan tahun 2017, lebih cepat dari perkiraan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2015-2018, yaitu produksi pertama tahun 2018.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja. Kapal FPU Jangkrik akan beroperasi di Blok Muara Bakau yang berlokasi di Cekungan Kutei, lepas pantai Selat Makassar, sekitar 70 km dari garis pantai Kalimantan Timur. FPU Jangkrik merupakan fasilitas migas berbentuk kapal. Sebelum kapal FPU Jangkrik berlayar menuju ke tempat operasinya di Selat Makassar, sesuai tradisi kemaritiman bagi newly built vessel, dilakukan suatu upacara penamaan kapal.
Upacara penamaan kapal FPU Jangkrik ditandai dengan pemecahan kendi oleh Ny Ignasius Jonan. Dalam sejarah kemaritiman sejak akhir abad 18, upacara penamaan kapal yang bertujuan sebagai wujud rasa syukur atas segala pencapaian, biasanya dilakukan oleh seorang wanita.
Kapal FPU Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Sebanyak 10 sumur produksi gas bawah laut yang telah dikompresi dan siap untuk diproduksikan, akan dihubungkan dengan FPU yang kemudian akan mengolah dan menyalurkan gas menggunakan pipa bawah laut sepanjang 79 km dan selanjutnya ke darat yaitu ke dalam jaringan produsen gas Kalimantan Timur dan pada akhirnya kepada pemakai dalam negeri di Kalimantan Timur dan kilang LNG Bontang.
Kapal FPU Jangkrik juga berfungsi sebagai penyulingan dan menstabilkan kondensat serta menyalurkannya ke darat melalui jaringan distribusi setempat dan berakhir di kilang kondensat Senipah.
Lebih dari 50% produksi Lapangan Jangkrik akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi nasional dan pembangunan ekonomi. Blok Muara Bakau dioperasikan oleh ENI Muara Bakau BV sejak 2002 dengan kepemilikan saham sebanyak 55% dan mitranya Engie E&P sebesar 33,3%, serta PT Saka Energi Muara Bakau sebesar 11,7%.
Penemuan gas pertama didapatkan pada tahun 2009 pada garis sumur Jangkrik-1. Di blok yang sama, pada sekitar 20 km di sebelah Timur Laut Lapangan Janfkrik, ditemukan lapangan Jangkrik North East pada tahun 2011. Rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Lapangan Jangkrik disetujui tahun 2011, sedangkan Jangkrik North East tahun 2013. Persetujuan POD Jangkrik North East mencantumkan integrasi dengan pengembangan lapangan Jangkrik dalam satu proyek tunggal yang dinamakan “Proyek Komplek Jangkrik”
Hemat US$ 300 Juta
Jonan menyatakan, pengerjaan Lapangan Jangkrik dapat berjalan efisien sehingga investasi yang dikeluarkan dapat dipotong US$ 300 juta dari anggaran US$ 4,5 miliar. Tidak hanya itu, lapangan migas ini juga dapat menghasilkan gas lebih cepat, yakni mulai pertengahan tahun ini.
Dia mengapresiasi penghematan yang dapat dilakukan di Proyek Lapangan Jangkrik. Apalagi, Pemerintah memang mendorong adanya efisiensi besar-besaran dari belanja modal (capital expenditure/capex) dan anggaran operasi (operational expenditure/apex) industri hulu migas nasional. Hal ini mengingat tidak ada satu pihak pun yang dapat mengendalikan harga minyak dan gas bumi.
“Proyek ini lebih cepat dari rencana sekitar hampir 12 bulan. Saya terima kasih dengan adanya percepatan perizinan yang diberikan pemerintah daerah. Saya kira ini yang diharapkan kita semua, karena kalau perizinan pelan, investasi juga lambat,” jelas Jonan.
Dongkrak Produksi
Ke depannya, Jonan berharap produksi gas dari Lapangan Jangkrik dapat ditingkatkan hingga menjadi 800 mmscfd. Dia menjamin, tambahan gas yang dihasilkan pasti akan dapat terserap seluruhnya. Pasalnya, pemerintah akan memprioritaskan pemanfaatan gas untuk pembangkit listrik.
Bertahun tahun kenapa banyak dibangun PLTU karena alokasi gasnya sangat sulit. Kami akan bikin satu panduan gas ini makin lama makin besar. Pihaknya juga akan memastikan daerah seperti Riau yang dekat dengan sumber gas, akan memperoleh gas untuk kelistrikannya. Dengan demikian, konsumsi minyak bakar dan minyak solar di Riau dapat dihilangkan.
Apalagi, juga dekat dengan Blok East Natuna yang memiliki cadangan gas hingga 48 triliun kaki kubik. Kalau Riau tidak kebagian gas untuk listrik, berarti keterlaluan yang mengatur, jadi pasti kita atur supaya kebagian semua.
Dari produksi Lapangan Jangkrik yang direncanakan sebesar 450 mmscfd atau setara 3 juta ton per tahun, lebih dari 50% akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Gas tersebut dibeli oleh PT Pertamina dengan volume 1,4 juta ton per tahun untuk tujuh tahun sejak 2017. Pasokan gas ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi nasional dan pembangunan ekonomi.
Sementara sisa produksi Lapangan Jangkrik akan diizinkan untuk diekspor. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja sempat menuturkan, ekspor boleh dilakukan karena tidak ada lagi konsumen dalam negeri yang menyerap produksi gas ini.
“Sejauh ini sudah ada yang menawar, tetapi sabar dulu ya. Kalau sudah deal, nanti dikasih tahu,” kata dia.
Investor Daily, Page-1, Wednesday, March, 22, 2017
No comments:
Post a Comment