Pertamina's Project Finance for $ 3.7 M

PT Pertamina will start looking for financing for the project (Project Finance) for the repair and upgrading Balikpapan refinery capacity up to US $ 3.7 billion in April. While the investment value of this project alone reached US $ 5.3 billion. ,

Pertamina Finance Director Arif Budiman said the company will not finance the entire investment needs improvement Balikpapan refinery for US $ 5.3 billion. Approximately 70% and investment needs or up to US $ 3.7 billion will be closed on the loan with project finance scheme. "That (the funding requirements) huge US $ 3.2 billion that we would swatch (project finance)," he said.

He added that Pertamina does not limit a financial institution's funding to be abroad. Local banks in the country are also given the opportunity to co-fund. However, usually the company is seeking project finance from the Export Credit Agency to get a low interest rate. While the origin of the financial institution of the country of origin is usually refinery equipment.

"For example, suppose the components come from Japan, lest we seek from the Government of Japan. If components from Germany, we are looking for from the German Government. It is rather complex, "he explained.

Arif explained that the company chose a model project finance so that no unused funds within a certain period. Typically, if using direct loans or debt securities, which have been borrowed funds can not be used within a certain time. While the model of project finance, fund hany will be obtained when required for the project.

While to obtain project finance, investment needs Balikpapan refinery would be closed with the company's cash. It provides fresh funds of up to US $ 3 billion for the refinery project. including for refineries Balikappan US $ 1 billion. These funds are provided for the working refinery.

"So, if needed, then we provide. This is because the project is still in the early stages of land preparation and engineering design (engineering design), pretty much (the funding requirements). But the most recent in 2018, "he said.

So far the company has disbursed funds for the construction of apartments instead of homes being torn down workers into the project site and booking long lid item. Director of Processing and Petrochemical megaproject Rachmad Hardadi Pertamina previously revealed, the basic design work (basic engineering design / BED), detailed design (front end engineering design / FEED), until long bookings lid item for Balikpapan refinery had been done.

Construction of apartments also have reached 86% and will be completed next March. While the construction of the new jetty commenced and will be completed by the end of the year. Furthermore, Balikpapan refinery will begin breaking ground in the first quarter. "Development of Balikpapan refinery is still on track to be completed in July 2019 and start-up commissioning in September 2019," he said.

Balikpapan refinery project undertaken in two stages. In 2019 when the first phase is completed, the refinery's processing capacity will increase from 260 thousand barrels per day (bpd) to 360 thousand bpd. While the products are still at the level of Euro II. In the second phase, the company will improve the quality of the product be Euro V

Need Big Funds

As is known, Pertamina will work on six refineries at a time until later in 2023. Besides Balikpapan refinery project, the company will also work on the improvement and enhancement of the Cilacap refinery capacity, Balongan, and Dumai. Not only that, oil and gas company red plate will also build two new refinery in Tuban, East Java and Bontang, East Kalimantan. The investment value of the six projects is estimated at US $ 20 billion.

According to Arif, the company will also seek funding for other refinery projects, primarily for the construction of new units. However, for it has not detailing how project finance for Tuban refinery and this Bontang refinery. Because the company's need to discuss it first with partners, namely Rosneft Oil Company's refinery Tuban.

"For the refinery in Tuban, indeed our joint venture, so we are still going to Finalize first," he explained. Moreover, the investment needs Tuban refinery is quite large, reaching US $ 10-15 billion. "So must multisources, there will not be strong," he added.

Although project finance needs to be enlarged, Arif assure that financial companies are still healthy. The ratio of debt to assets (debt to equity ratio / DER) is still below 1 times. Likewise, the ability to repay debt (debt service coverage ratio / DSCR) of companies is still good.

Availability of the company's cash calls are still safe. Therefore, the company decided to fund its own project improvements and capacity building Balongan refinery. This is in view of the projected investment needs of this project is only US $ 1-2 billion, far below other projects in excess of US $ 2-3 billion. In 2023 when the entire project is completed refinery Pertamina, Indonesia no longer need to import fuel oil (BBM) As for this. Because the national refining capacity is equivalent to the needs of the moment, which is about 2 million bpd.

IN INDONESIAN

Pertamina Mencari Project Finance US$ 3,7 M

PT Pertamina akan mulai mencari pendanaan proyek (project Finance) untuk perbaikan dan peningkatan kapasitas Kilang Balikpapan sampai US$ 3,7 miliar pada April ini. Sementara nilai investasi proyek ini sendiri mencapai US$ 5,3 miliar. .

Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman mengatakan, perseroan tidak akan mendanai seluruh kebutuhan investasi perbaikan Kilang Balikpapan sebesar US$ 5,3 miliar. Sekitar 70% dan kebutuhan investasi atau sampai US$ 3,7 miliar akan ditutup dari pinjaman dengan skema project finance. “Yang (kebutuhan dana) besar US$ 3,2 miliar itu yang akan kami carikan (project finance),” kata dia.

Dia menambahkan, Pertamina tidak membatasi lembaga keuangan pemberi dana ini harus di luar negeri. Bank lokal dalam negeri juga diberi kesempatan untuk ikut mendanai. Namun, biasanya perseroan mencari project finance dari Export Credit Agency untuk mendapatkan bunga ringan. Sementara asal lembaga keuangan ini biasanya dari negara asal peralatan kilang.

“Misalnya, anggap saja komponen berasal dari Jepang, nanti kami mencari dari Pemerintah Jepang. Kalau komponen dari Jerman, kami mencari dari Pemerintah Jerman. Memang agak kompleks,” jelasnya.

Arif menjelaskan, perseroan memilih model project finance agar tidak ada dana tidak terpakai dalam jangka waktu tertentu. Biasanya, jika menggunakan pinjaman langsung ataupun surat utang, dana yang telah dipinjam bisa tidak di pakai dalam waktu tertentu. Sementara dengan model project finance, dana hany akan diperoleh ketika dibutuhkan untuk proyek.

Sementara sampai memperoleh project finance, kebutuhan investasi Kilang Balikpapan akan ditutup dengan kas perusahaan. Pihaknya menyediakan dana segar hingga US$ 3 miliar untuk proyek kilang termasuk untuk untuk kilang Balikappan US$ 1 miliar. Dana ini disediakan untuk pengerjaan Kilang.

“Jadi kalau dibutuhkan, baru kami sediakan. Hal ini karena proyek pada tahap awal masih persiapan lahan dan engineering design (rekayasa desain),  lumayan banyak (kebutuhan dana). Tetapi paling banyak baru 2018,” tutur dia. 

Sejauh ini perseroan telah mengucurkan dana untuk pembangunan apartemen sebagai ganti rumah pekerja yang dirobohkan menjadi lokasi proyek dan pemesanan long lid item. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi sebelumnya mengungkapkan, pengerjaan desain dasar (basic engineering design/ BED), desain rinci (front end engineering design/ FEED), hingga pemesanan long lid item untuk Kilang Balikpapan telah dikerjakan. 

Pembangunan apartemen juga telah mencapai 86% dan akan selesai Maret nanti. Sementara pembangunan jetty baru dimulai dan akan selesai pada akhir tahun. Selanjutnya, Kilang Balikpapan akan mulai ground breaking pada kuartal pertama ini. “Pembangunan Kilang Balikpapan masih on track akan selesai pada Juli 2019 dan start up comissioning pada September 2019,” kata dia. 

Proyek Kilang Balikpapan dikerjakan dalam dua tahap. Pada 2019 ketika tahap pertama selesai, kapasitas pengolahan kilang ini akan naik dari 260 ribu barel per hari (bph) menjadi 360 ribu bph. Sementara produk yang dihasilkan masih pada level Euro II. Pada tahap kedua, perseroan akan meningkatkan kualitas produk menjadi Euro V

Butuh Dana Besar

Seperti diketahui, Pertamina akan mengerjakan enam kilang sekaligus sampai 2023 nanti. Selain Proyek Kilang Balikpapan, perseroan juga akan menggarap perbaikan dan peningkatan kapasitas Kilang Cilacap, Balongan, dan Dumai. Tidak hanya itu, perusahaan migas pelat merah ini juga akan membangun dua kilang baru di Tuban, Jawa Timur dan Bontang, Kalimantan Timur. Nilai investasi ke enam proyek ini diperkirakan mencapai US$ 20 miliar.

Menurut Arif, perseroan juga akan mencari pendanaan untuk proyek kilang lainnya, utamanya untuk pembangunan unit baru. Namun, untuk pihaknya belum merinci berapa project finance untuk Kilang Tuban dan Kilang Bontang ini. Pasalnya, perseroan perlu membahasnya terlebih dahulu dengan mitra, yakni Rosneft Oil Company untuk Kilang Tuban.

“Untuk Kilang Tuban, memang kami joint venture, jadi kami masih akan Finalisasi dulu,” jelasnya. Apalagi kebutuhan investasi Kilang Tuban cukup besar, yakni mencapai US$ 10-15 miliar. “jadi harus multisources, tidak akan ada yang kuat," tambahnya.

Meski kebutuhan project finance akan membesar, Arif meyakinkan bahwa keuangan perusahaan masih sehat. Rasio utang terhadap aset (debt to equity ratio/ DER) perseroan saat ini masih di bawah 1 kali. Demikian juga dengan kemampuan mencicil utang (debt service coverage ratio/ DSCR) perusahaan juga masih bagus.

Ketersediaan kas perusahaan disebutnya juga masih aman. Karenanya, perusahaan memutuskan untuk mendanai sendiri proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas Kilang Balongan. Hal ini mengingat proyeksi kebutuhan investasi proyek ini hanya US$ 1-2 miliar, jauh di bawah proyek lain yang di atas US$ 2-3 miliar. Pada 2023 ketika seluruh proyek kilang Pertamina rampung, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor bahan bakar minyak (BBM) Seperti selama ini. Pasalnya, kapasitas kilang nasional sudah setara dengan kebutuhan saat itu, yakni sekitar 2 juta bph.

Investor Daily, Page-11, Monday, Feb, 27, 2017