Saudi Explores Tourism Sector Investment
The visit of King Salman bin Abdul Aziz Al Saud to Indonesia will be utilized to enhance the economic cooperation, especially in the energy sector. One of the negotiated is the purchase of oil from Saudi Aramco at a cheaper price.
Head of Communications and Public Service Cooperation of the Ministry of Energy and Mineral Resources Sujatmiko said the government wanted a discount price when compared to the market price. "We ask for special prices. Crude (crude oil, Red) a total of 110 thousand barrels per day, kind of Arabian light crude," he said at the Ministry of Energy and Mineral Resources, Jakarta (27/2).
There is also a plan to import LPG from Saudi Aramco. The government expects half of the total imports of LPG can be obtained from oil and gas companies belong to the Kingdom of Saudi Arabia. Not only that, the government is also going to lobby Saudi Arabia urged Pertamina to supply aviation fuel at King Abdul Aziz Airport in Jeddah. Up to now, has been noted that there are six operators that provide aviation fuel at the airport.
The plan, Pertamina formed a joint venture company with the corporation in Saudi Arabia to become a provider of aviation fuel at King Abdul Aziz Airport. "For aviation, we asked for permission to be accelerated. If the exit permit, Pertamina can follow up,".
Pertamina will also open up opportunities for cooperation with Saudi Arabia to be able to join work on an oil refinery in Indonesia. Director of Processing and Petrochemical Pertamina megaproject Hardadi Rachmat explained that it would offer investment in oil refineries (refinery) Bontang, East Kalimantan. "It's like a presentation of the project. We did expose some sort of project to find a partner. This opportunity we open wide as possible," he said.
Earlier, on February 22, Pertamina is looking for strategic partners and investors to jointly develop grass root refinery project (GRR) Bontang. The cooperation is related to the construction and operation of a new oil refinery in Bontang, East Kalimantan (Kaltim), at the latest in 2023. GRR Bontang which requires a total investment of US $ 12 billion-US $ 1 5 billion targeted to be able to process 300 thousand barrels per day of crude oil ,
Head of the Investment Coordinating Board (BKPM) Thomas Lembong hope that the state visit could further increase investment in Indonesia Saudi Arabia. So far, their interest in providing investment in the tourism sector. Teruama in Sumatra. We will support investment plans Saudi Arabia to Indonesia ".
Thomas also hopes the arrival of Salman's King Saudi Arabia could increase investments whose value declined last year. Based on government data, investment realization in Indonesia Saudi Arabia has been increasing since 2013 until 2015. In 2013, the realization of the state investment reached US $ 0.4 million. That number increased dramatically in 2015.
At that time the value of investment reached US $ 30.4 million. "But in 2016, the figure slipped to US $ 0.9 million". He mentions, for these business sectors most attractive to investors Saudi Arabia is the trade and repair.
IN INDONESIAN
Saudi Jajaki Investasi Sektor Pariwisata
Republik Indonesia Minta Diskon Minyak ke Aramco
Lawatan Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud ke Indonesia akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, terutama di sektor energi. Salah satu yang dinegosiasikan adalah pembelian minyak dari Saudi Aramco dengan harga lebih murah.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sujatmiko mengungkapkan, pemerintah menginginkan diskon harga jika dibandingkan dengan harga pasar. "Kami minta harga spesial. Crude (minyak mentah, Red) sebanyak 110 ribu barel per hari, jenisnya Arabian light crude," ujarnya di Kementerian ESDM, Jakarta (27/2).
Ada pula rencana impor elpiji dari Saudi Aramco. Pemerintah mengharapkan separo dari total impor elpiji bisa didapat dari perusahaan migas milik Kerajaan Arab Saudi tersebut. Bukan hanya itu, pemerintah juga bakal melobi Arab Saudi agar Pertamina bisa memasok avtur di Bandara King Abdulaziz, Jeddah. Hingga kini, tercatat sudah ada enam operator yang menyediakan avtur di bandara tersebut.
Rencananya, Pertamina membentuk perusahaan joint venture dengan korporasi di Arab Saudi untuk menjadi penyedia avtur di Bandara King Abdul Aziz. "Untuk avtur, kita minta izinnya dipercepat. Kalau izin keluar, Pertamina bisa menindaklanjuti,".
Pertamina juga akan membuka peluang kerja sama dengan Arab Saudi untuk dapat ikut menggarap kilang minyak di Indonesia. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi menjelaskan bahwa pihaknya akan menawarkan investasi di fasilitas pengolahan minyak (kilang) Bontang, Kalimantan Timur. "Ini seperti pemaparan proyek. Kami melakukan semacam project expose untuk mencari partner. Kesempatan ini kami buka seluas-luasnya," katanya.
Sebelumnya, pada 22 Februari lalu, Pertamina mencari mitra strategis dan calon investor untuk bersama-sama mengembangkan proyek grass root refinery (GRR) Bontang. Kerja sama tersebut terkait pembangunan dan pengoperasian kilang minyak baru di Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim), selambatnya pada 2023. GRR Bontang yang membutuhkan total investasi US$ 12 miliar-US$ 1 5 miliar ditargetkan mampu mengolah 300 ribu barel per hari minyak mentah.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong berharap kunjungan kenegaraan itu dapat makin meningkatkan investasi Saudi Arabia di Indonesia. Sejauh ini, mereka berminat memberikan investasi di sektor pariwisata. Teruama di wilayah Sumatera. Kami akan mendukung rencana investasi Saudi Arabia ke Indonesia”.
Thomas juga berharap kedatangan Raja Salman bisa meningkatkan investasi Saudi Arabia yang nilainya menurun tahun lalu. Berdasar data BKPM, realisasi investasi Saudi Arabia di Indonesia terus meningkat sejak 2013 hingga 2015. Pada 2013, realisasi investasi negara itu mencapai US$ 0,4 juta. Jumlah tersebut meningkat drastis pada 2015.
Saat itu nilai investasinya mencapai US$ 30,4 juta. "Namun, pada 2016, angkanya merosot menjadi US$ 0,9 juta". Dia menyebutkan, selama ini sektor usaha yang paling diminati para investor Saudi Arabia adalah perdagangan dan reparasi.
Jawa Pos, Page-5, Tuesday, Feb, 28, 2017
No comments:
Post a Comment