Achievement of the company in the current uncertain business condition classified as extraordinary. It was the impact the company's move to acquire strategic businesses.
EDCO Medco Energi Internasional Tbk recorded a net profit of US $ 185 million, or about Rp2,46 trillion (exchange Rp13.300 / US $) in 2016. The achievement of earnings was quite significant, given in 2015 listed companies with a password MEDC it posted a net loss of up to US $ 188 million or around Rp2.5 trillion.
MEDC President Hilmi Panigoro said 2016 was a year of transformation for the company and management has implemented a clear strategy for a number of quality assets.
"I am sure, will continue to increase operating margins and provide value and confidence back to our investors, lenders, and other stakeholders. We are proud to be the national champion competitive, financially strong, "said Hilmi.
According to Hilmi, efficiency is the key to successful MEDC pretty good profit. Because the company managed to reduce the cost of production and lifting up to US $ 10.2 million (4.47%) of the amount of US $ 215.27 million in 2015 to US $ 205 million in 2016.
Crude oil purchase costs also can be reduced by US $ 7.97 million (37.5%) of US $ 21.28 million to US $ 13,31juta. That prompted selling expenses and reduced the company's direct costs of US $ 8.21 million, or by 2.3% from US $ 357.98 million to $ 349.77 million.
In addition to efficiency, corporate profits earned from the sale of oil and gas net increase of US $ 7.75 million or 1.35% of US $ 1,375,27 million to $ 583 million. In 2016 also, they have the additional rental income from services amounted to US $ 17.32 million.
Hilmi said he was proud with the achievement of the company in the current uncertain business conditions. He said the achievement was the result of step the company acquired a number of strategic business units in value. Noted that, throughout 2016, the company conducted indirect acquisition Amman Mineral PT Nusa Tenggara (amnt) amounted to 40.89%.
In the upstream oil and gas business, the company acquired the right to participate (participating interest / PI) by 40% and management rights in South Natuna Block B, add PI in Block A Aceh to 85%, and completed the acquisition of Lundin Petroleum owned PI 25.8% Block Lematang.
"In times of uncertainty the business, we were able to do a strategy to acquire strategic assets to the value of competing," said Hilmi.
Good Performance
MEDC Chief Executive Officer Roberto Lorato added that this year they will maintain good performance, keep discipline in the pursuit of operational and financial objectives.
This year production is expected to reach the range of 75,000-80,000 MEDC boepd. In addition, production costs will be kept below $ 10 per boe. This year MEDC also be drilled in Block South Natuna Sea to access the untapped hydrocarbon reserves. In addition, the MEDC also continue to develop Aceh gas.
IN INDONESIAN
Medco Raih Laba Bersih Rp 2,46 T
Pencapaian perusahaan di saat kondisi bisnis yang tidak menentu tergolong luar biasa. Hal itu imbas langkah perusahaan dalam mengakuisisi usaha yang strategis.
Medco EDCO Energi Internasional Tbk berhasil membukukan laba bersih sebesar US$185 juta, atau sekitar Rp2,46 triliun (kurs Rp13.300/US$) pada 2016. Pencapaian laba itu cukup bermakna, mengingat pada 2015 emiten dengan sandi MEDC itu membukukan rugi bersih hingga US$ 188 juta atau berkisar Rp2,5 triliun.
Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro mengatakan 2016 merupakan tahun transformasi bagi perusahaan dan manajemen telah menerapkan strategi yang jelas untuk memperoleh sejumlah aset berkualitas.
“Saya yakin, margin operasional akan terus meningkat dan memberikan nilai dan kepercayaan kembali ke investor kami, pemberi pinjaman, dan pemangku kepentingan lainnya. Kami bangga menjadi juara nasional yang kompetitif, kuat secara finansial,” kata Hilmi.
Menurut Hilmi, efisiensi menjadi kunci MEDC hingga berhasil memperoleh laba yang cukup bagus. Pasalnya perusahaan berhasil menekan biaya produksi dan lifting hingga US$10,2 juta (4,47%), dari sebesar US$215,27 juta pada 2015 menjadi US$205 juta pada 2016.
Biaya pembelian minyak mentah juga bisa ditekan sebesar US$7,97 juta (37,5%) dari US$21,28 juta menjadi US$13,31juta. Hal itu mendorong beban penjualan dan biaya langsung perusahaan berkurang US$8,21 juta, atau sebesar 2,3% dari US$357,98 juta menjadi US$349,77 juta.
Selain efisiensi, laba perusahaan didapat dari penjualan minyak dan gas neto yang meningkat sebesar US$7,75 juta atau 1,35% dari US$ 1,375,27 juta menjadi US$583 juta. Pada 2016 juga, mereka memiliki tambahan pendapatan dari jasa sewa sebesar US$17,32 juta.
Hilmi mengaku bangga dengan pencapaian perusahaan di saat kondisi bisnis yang tidak menentu. Dia mengatakan pencapaian itu hasil langkah perusahaan mengakuisisi sejumlah unit usaha yang cukup strategis nilainya. Tercatat, sepanjang 2016, perseroan melakukan akuisisi tidak langsung PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sebesar 40,89%.
Pada bisnis hulu migas, perusahaan mengakuisisi hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 40% dan hak pengelolaan di Blok B South Natuna, menambah PI di Blok A Aceh menjadi 85%, dan menyelesaikan proses akuisisi PI milik Lundin Petroleum sebesar 25,8 % di Blok Lematang.
“Di saat ketidakpastian bisnis, kami mampu melakukan strategi untuk mengakuisisi aset yang strategis dengan nilai bersaing,” ujar Hilmi.
Kinerja baik
Chief Executive Officer MEDC Roberto Lorato menambahkan, pada tahun ini mereka akan mempertahankan kinerja baik, tetap disiplin dalam mengejar tujuan operasional dan keuangan.
Pada tahun ini produksi MEDC ditargetkan mencapai kisaran 75.000-80.000 boepd. Selain itu, biaya produksi akan tetap dijaga di bawah US$10 per boe. Pada tahun ini MEDC juga akan melakukan pengeboran di Blok South Natuna Sea untuk mengakses cadangan hidrokarbon yang belum dimanfaatkan. Selain itu, MEDC juga terus melakukan pengembangan gas Aceh.
Media Indonesia, Page-19, Wednesday, Apr, 5, 2017
No comments:
Post a Comment