China's state-run oil company, China Petroleum and Chemical Corporation or Sinopec, is taking aim 50 projects spread across 30 countries for this year. CNBC reported, for the expansion purposes, Sinopec's management is seeking more than US $ 30 billion.
According to Sinopec's Foreign Cooperation Director, Dai Liqi, the fund is equivalent to double the investment they have overseas in 2010-2015, which amounts to US $ 16 billion. The expansion has become one of the One Belt, One Road or One Belt OBOR echoed Chinese President Xi Jinping.
Dai also believes the expansion of Sinopec's overseas efforts will strengthen China's influence and obtain new oil and gas smuggles. "For Sinopec, this campaign is profitable," he said in Beijing
China has become one of the world's largest importers of energy sources in the last decade. Dai said China's domestic energy power is very limited. "In Chongqing, for example, we have just found shale gas, but the amount is not enough to meet the needs so We were forced to look abroad, "he said.
Therefore, the Chinese government is very ambitious to seek new energy sources, One of them by acquiring assets abroad. One of Sinopec's substantial overseas investments came into being in 2013. At that time, Sinopec bought a third of Apache shares in Egypt worth US $ 3 billion when oil prices fell, Sinopec claims to maintain its performance by producing 350,000 barrels of oil per day in Egypt And made a profit of US $ 620 million.
With that achievement, Sinopec intends to re-invest US $ 1 billion in Egypt in the last three years, one of them on the petrochemical refinery project in the Suez Canal.
This year, Sinopec will acquire Chevron's oil refinery in South Africa. If the US $ 1 billion deal is materialized, Sinopec will have the first major refinery in Africa. Reuters reported Sinopec had won the auction that has been running for one year. But the acquisition process is still hampered by the South African government's stance that oil production is at the level of 110 thousand barrels per refinery per day.
In addition to Africa, Sinopec Commissioner Wang Yupu said it will finance the expansion of four oil refining facilities worth US $ 29.05 billion. The project runs from 2016-2020. Once the project is completed, the capacity of the refining facility will increase to 130 million tons per year.
IN INDONESIAN
Raksasa Migas Cina Incar Proyek di 30 Negara
Perusahaan minyak milik pemerintah Cina, China Petroleum and Chemical Corporation atau Sinopec, sedang membidik 50 proyek yang tersebar di 30 negara untuk tahun ini. CNBC mengabarkan, untuk keperluan ekspansi tersebut, manajemen Sinopec mencari dana lebih dari US$ 30 miliar.
Menurut Direktur Kerja Sama Luar Negeri Sinopec, Dai Liqi, dana tersebut setara dengan dua kali lipat investasi yang telah mereka alirkan di luar negeri pada 2010-2015, yang mencapai US$ 16 miliar Ekspansi tersebut menjadi salah satu Wujud program One Belt, One Road atau OBOR yang digaungkan Presiden Cina Xi Jinping.
Dai juga yakin perluasan usaha Sinopec ke luar negeri akan Inemperkuat pengaruh Cina dan memperoleh smnber minyak dan gas baru. “Bagi Sinopec, kampanye ini mendatangkan keuntungan,” kata dia di Beijing
Cina menjadi salah satu pengimpor sumber energi terbesar di dunia dalam satu dekade terakhir Dai mengatakan smnber daya energi dornestik Cina sangat terbatas.“Di Chongqing, misalnya, kami baru saja menemukan sumber gas serpih (shale gas), namun jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehingga kami terpaksa mencari ke luar negeri,” kata dia.
Karena itu pula, pemerintah Cina sangat ambisius untuk mencari sumber energi baru, Salah satunya dengan mengakuisisi aset-aset di luar negeri. Salah satu investasi Sinopec yang cukup besar di luar negeri terwujud pada 2013. Saat itu, Sinopec membeli sepertiga saham proyek Apache di Mesir senilai US$ 3 miliar saat harga minyak turun, Sinopec mengklaim dapat mempertahankan kinerjanya dengan memproduksi 350 ribu barel minyak per hari di Mesir dan meraih keuntungan US$ 620 juta.
Dengan pencapaian itu, Sinopec berniat untuk kembali menanamkan dana US$ 1 miliar di Mesir dalam tiga tahun terakhir, Salah satunya pada proyek kilang petrokimia di Terusan Suez.
Tahun ini, Sinopec akan mengakuisisi kilang minyak milik Chevron di Afrika Selatan. Jika transaksi senilai US$ 1 miliar ini terwujud, Sinopec akan memiliki kilang besar pertama di Afrika. Reuters mengabarkan Sinopec berhasil memenangi lelang yang telah berjalan selama satu tahun tersebut. Namun proses akuisisi masih terganjal sikap pemerintah Afrika Selatan yang menghendaki produksi minyak berada di level 110 ribu barel per kilang per hari.
Selain di Afrika, Komisaris Sinopec, Wang Yupu, mengatakan pihaknya akan memodali ekspansi empat fasilitas penyulingan minyak senilai US$ 29,05 miliar Proyek ini berjalan pada 2016-2020. Setelah proyek ini selesai, kapasitas fasilitas penyulingan tersebut bertambah menjadi 130 juta ton per tahun.
Koran Tempo, Page-22, Wednesday, May, 17, 2017
No comments:
Post a Comment