Eni Starts Cricket Field Production

The deep sea gas project

Next plan, Merake Field gas drilling

     Eni Muara Bakau BV reported the first production of the Jangkrik gas field in Muara Bakau Block, Makassar Strait, East Kalimantan on Monday. The deep-seated deep-sea gas sequestration is faster than its original target of June 2017. "The start of production is faster than targeting our strategy and capability," Eni's chief executive Claudio Descalzi said.

     The gas from the field is processed by the Cricket Refinery, which has a capacity of up to 450 million standard cubic feet per day (MMSCFD) and 4,100 barrels of condensate per day. Floating plant shaped ship size 200 x 46 x 40 meters is claimed by the government as the largest oil and gas processing facilities in Indonesia.

     The floating plant will support oil and gas production from Eni's deepwater (Eni Deepwater Development) gas project across Muara Bakau Block, about 70 kilometers from the East Kalimantan coastline. The gas will be sucked by the Italian contractor from 10 production wells, which are connected by a 79 kilometer undersea pipeline.

     Descalzi said the refinery will be utilized by domestic users in East Kalimantan and LNG refinery in Bontang. The Ministry of Energy and Mineral Resources also provides domestic gas for PT PLN's power plant

     Eni plans to use the Cricket facility to connect gas sucked from Merakes Field in East Sepinggan Block, Makassar Strait to Bontang Refinery in East Kalimantan.

     The company holds 85 percent stake, while the rest is PT Pertamina. With a gas potential of 2 trillion cubic feet (TCF), Merakes Field will be in production by 2019.

"We will also combine exploration strategies and operational models near the field as well as maximize integrated development," Descalzi said.

     Eni completed the floating processing unit (FPU) of Cricket at the end of March. The cost of this floating production fell from US $ 4.5 to US $ 4.2 billion.

     Energy Minister Ignatius Jonan had earlier appreciated the contractor for the completion of the construction of a faster ship a year from schedule. He asked Eni to combine the processing facilities with other contractor-run fields to reduce costs.

     The potential contractor is Chevron Indonesia Company, which also manages the IDD Bangka and Gendalo-Gehem projects. Eni has a 20 percent stake in the Bangka project. Jonan also asked Eni to enlarge the refinery capacity to 800 MMSCFD.

"Hopefully Chevron's IDD project can use the FPU facility. So, no need to build again, "said Jonan.

     The government signed the Jangkrik project contract with Eni in 2002. Eni discovered gas in 2009 at the Jangkrik-1 well line, followed by a second discovery in 2011. The gas project consists of two integrated development plans (POD) In 2011 and 2013. 

     The shares of the Jangkrik gas project currently owned by Eni Muara Bakau is 55 percent. The rest are Engie E & P and PT Saka Energi Muara Bakau each 33.3 percent and 11.7 percent.

IN INDONESIAN

Proyek gas laut dalam

Eni Mulai Produksi Lapangan Jangkrik

Rencana selanjutnya, pengeboran gas Lapangan Merakes

Eni Muara Bakau BV melaporkan produksi pertama lapangan gas Jangkrik di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, Kalimantan Timur, Senin lalu. Penyedotan gas laut dalam ini lebih cepat dari target semula, yaitu pada Juni 2017. “Dimulainya produksi lebih cepat dari target mengukuhkan strategi dan kemampuan kami,” kata Kepala Eksekutif Eni, Claudio Descalzi.

Gas dari lapangan ini diolah oleh kilang Jangkrik, yang memiliki kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan kondensat sebanyak 4.100 barel per hari. Kilang terapung berbentuk kapal berukuran 200 x 46 x 40 meter ini diklaim pemerintah sebagai fasilitas pengolahan minyak dan gas terbesar di Indonesia.

Kilang terapung ini akan menyokong produksi minyak dan gas dari proyek gas laut dalam (Indonesia Deepwater Development) Eni di seluruh Blok Muara Bakau, sekitar 70 kilometer dari garis pantai Kalimantan Timur.  Gas akan disedot kontraktor asal Italia ini dari 10 sumur produksi, yang terhubung oleh pipa bawah laut sepanjang 79 kilometer.

Descalzi mengatakan, hasil produksi kilang ini akan dimanfaatkan oleh pengguna domestik di Kalimantan Timur dan kilang gas alam cair (LNG) di Bontang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga memberi bagain gas domestik untuk pembangkit listrik PT PLN

Eni berencana memakai fasilitas Jangkrik untuk menghubungkan gas yang disedot dari Lapangan Merakes di Blok East Sepinggan, Selat Makassar ke Kilang Bontang di Kalimantan Timur.

Perusahaan ini mengantongi 85 persen saham, Sementara Sisanya   PT Pertamina. Dengan potensi gas sebanyak 2 triliun kaki kubik (TCF), Lapangan Merakes akan berproduksi pada 2019.

“Kami juga akan menggabungkan strategi eksplorasi dan model operasional dekat lapangan Serta memaksimalkan pengembangan terintegrasi,” kata Descalzi.

Eni menyelesaikan fasilitas pengolahan gas terapung (floating processing unit/ FPU) Jangkrik pada akhir Maret lalu. Biaya produksi kilang terapung ini turun dari US$ 4,5 menjadi US$ 4,2 miliar.

Menteri Energi Ignasius Jonan sebelumnya mengapresiasi kontraktor tersebut atas selesainya pembangunan kapal yang lebih cepat setahun dari jadwal. Dia meminta Eni turut menggabungkan fasilitas pengolahannya dengan lapangan yang dikelola kontraktor lain untuk menekan biaya. 

Kontraktor yang bisa menjadi mitra potensial adalah Chevron Indonesia Company, yang juga mengelola proyek IDD Bangka dan Gendalo-Gehem. Adapun Eni memiliki 20 persen saham dalam proyek Bangka. Jonan juga meminta Eni bisa memperbesar kapasitas kilang menjadi 800 MMSCFD.

“Mudah-mudahan proyek IDD yang dikerjakan Chevron bisa menggunakan fasilitas FPU. Jadi, tidak usah membangun lagi,” ujar Jonan.

Pemerintah meneken kontrak proyek Jangkrik bersama Eni pada 2002. Eni baru menemukan gas pada 2009 di garis sumur Jangkrik-1, yang disusul penemuan kedua pada 2011. Proyek gas ini terdiri atas dua dokumen pengembangan (plan of development/POD) terintegrasi, yang disetujui pemerintah pada 2011 dan 2013. 

     Saham proyek gas Jangkrik saat ini dimiliki Eni Muara Bakau sebesar 55 persen. Sisanya Engie E&P dan PT Saka Energi Muara Bakau masing-masing 33,3 persen dan 11,7 persen.

Koran Tempo, Page-21, Wednesday, May, 17, 2017