Tiung Biru Jambaran Field
The share transfer transaction of Jambaran-Tiung Biru Field participation, Cepu Block between PT Pertamina EP Cepu and ExxonMobil Cepu Limited is still waiting for the gas sale price agreement to be purchased by PT Perusahaan Listrik Negara. Upstream Director of PT Pertamina Syamsu Alam said most of the gas produced from Jambaran-Tiung Bim will be purchased by PLN.
Pricing will affect the economics of the development of the oil and gas field. After the gas price is agreed, talk of participating interest transactions (Pl) can be continued with ExxonMobil.
PT Pertamina EP Cepu, a subsidiary of PT Pertamina, targets in May 2017 to acquire 90 percent stake in the Jambaran-Tiung Biru Gas Field with the completion of negotiations with ExxonMobil Cepu Limited.
On the project, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) acts as operator and controls 45% participation stake. Meanwhile, in Cepu Block, ExxonMobil Cepu Limited becomes an operator with 45% PEPC share ownership, ExxonMobil Cepu Limited 45% and local BUMD 10%.
Based on a letter from the Minister of Energy and Mineral Resources No. 9/13 / MEM / 2017 on January 3, 2017, the government commissioned the company to develop fully the Blue Jambaran Iungangan which is part of Cepu Block and Pertamina EP work area.
In relation to gas prices, it may not refer to Minister of Energy and Mineral Resources Regulation no. 11/2017 regarding the gas pipeline price limits that PLN can tolerate. Referring to the beleid, the highest gas selling price at the mouth of the well for direct appointment of 8% of the Indonesian crude price (ICP). Meanwhile, if not at the well mouth 11.5% of ICP.
He considered it will conduct a discussion first. In addition, he hopes that the agreed price can make the development of the field in accordance with economies of scale although not in accordance with the calculation of prices in the beleid. Based on the Head of Agreement (HoA) signed in 2015, Pertamina becomes the main buyer of gas with volume of 100 million cubic feet per day (MMscfd) and PT Pupuk Kujang Cikampek as an alternative buyer which absorbs 85 MMscfd
In the agreement, there is a clause that says Pertamina will become an alternative buyer if PT Pupuk Kujang Cikampek does not agree on the price of gas set. Later, the gas will be channeled to the PLN and channeled to the gas pipeline Gresik-Semarang.
REQUEST PLN
President Director of PT Pertamina EP Cepu Adriansyah said PLN wants the maximum selling price of US $ 7 per MMBtu. However, the price of USS7 per MMBtu has not included the components of the cost of delivering gas that can touch US $ 8.5 MMBtu. Since HoA was signed it has been agreed that the selling price of gas Jambaran-Tiung Biru is US $ 7 per MMBtu with a 2% escalation per year since 2012 so that the project can be developed.
On the other hand, if prices still want to be pressed, discussions can still be made to lower the cost of gas transportation. "Through the PLN I know they [PLN] said he could take US $ 7 [per MMBtu]. Meanwhile, from us is US $ 7 and there is toll fee. So about US $ 8.5. If PLN can afford US $ 7, okay. It means we can talk about toll fees. "
Vice President of Public and Government Affairs of Exxon-Mobil Indonesia Erwin Maryoto said it was still holding discussions. He called the two parties committed to the process of transferring shares of participation does not affect the process of project work is not disturbed. The reason, the field is targeted to start producing its first gas in 2020. "Still the discussion, we preparation to keep going, commercial problems also began, so parallel.
IN INDONESIAN
Akuisisi ExxonMobil Tunggu Harga Gas
Transaksi pengalihan saham partisipasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru, Blok Cepu antara PT Pertamina EP Cepu dan ExxonMobil Cepu Limited masih menunggu kesepakatan harga jual gas yang akan dibeli oleh PT Perusahaan Listrik Negara. Direktur Hulu PT Pertamina Syamsu Alam mengatakan sebagian besar gas yang dihasilkan dari Jambaran-Tiung Bim akan di beli PLN.
Penetapan harga akan berpengaruh terhadap keekonomian pengembangan lapangan minyak dan gas bumi tersebut. Setelah harga gas disepakati, pembicaraan tentang transaksi pengalihan saham partisipasi (participating interest/Pl) bisa dilanjutkan dengan ExxonMobil.
PT Pertamina EP Cepu, anak usaha PT Pertamina menargetkan pada Mei 2017 bisa menguasai 90% saham partisipasi Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru dengan selesainya negosiasi dengan ExxonMobil Cepu Limited.
Pada proyek tersebut, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) berperan sebagai operator dan menguasai saham partisipasi 45%. Sementara itu, pada Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited menjadi operator dengan komposisi kepemilikan saham PEPC 45 %, ExxonMobil Cepu Limited 45%, dan BUMD setempat 10%.
Berdasarkan surat dari Menteri ESDM No. 9/ 13/MEM/2017 pada 3 Januari 2017, pemerintah menugaskan perseroan untuk mengembangkan secara penuh Iapangan Jambaran-Tiung Biru yang merupakan bagian antara Blok Cepu dan wilayah kerja milik Pertamina EP.
Terkait dengan harga gas, bisa saja tidak mengacu pada Peraturan Menteri ESDM No. 11/2017 mengenai batas harga gas pipa yang bisa ditoleransi PLN. Mengacu pada beleid tersebut, harga jual gas tertinggi di mulut sumur untuk penunjukan langsung 8% dari harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ ICP). Sementara itu, bila tidak berada di mulut sumur 11.5% dari ICP.
Dia menilai, pihaknya akan melakukan diskusi terlebih dahulu. Selain itu, dia berharap agar harga yang disepakati bisa membuat pengembangan lapangan sesuai dengan skala ekonomi meskipun tidak sesuai dengan perhitungan harga dalam beleid tersebut. Berdasarkan Head of Agreement (HoA) yang diteken pada 2015, Pertamina menjadi pembeli utama gas dengan volume 100 juta kaki kubik per hari (MMscfd) dan PT Pupuk Kujang Cikampek sebagai pembeli alternatif yang menyerap 85 MMscfd
Pada perjanjian itu, terdapat klausul yang menyebut Pertamina akan menjadi pembeli alternatif bila PT Pupuk Kujang Cikampek tidak bersepakat soal harga gas yang ditetapkan. Nantinya, gas akan disalurkan ke PLN dan disalurkan ke jaringan pipa gas Gresik-Semarang.
PERMINTAAN PLN
Presiden Direktur PT Pertamina EP Cepu Adriansyah mengatakan, PLN menginginkan agar harga jual gas maksimum US$7 per MMBtu. Namun, harga USS7 per MMBtu belum memasukkan komponen biaya penghantaran gas yang bisa menyentuh US$8,5 MMBtu. Sejak HoA diteken telah disepakati bahwa harga jual gas Jambaran-Tiung Biru sebesar US$7 per MMBtu dengan eskalasi 2 % per tahun sejak 2012 agar proyek bisa dikembangkan.
Di sisi lain, bila harga masih ingin ditekan, diskusi masih bisa dilakukan untuk menurunkan biaya transportasi gas. “Melalui PLN yang saya tahu mereka [PLN] katanya sanggup ambil US$7 [per MMBtu). Sementara itu, dari kita sudah US$ 7 dan ada toll fee. Jadi kira-kira US$8.5. Kalau PLN sanggup US$7, oke. Artinya toll fee kita bisa bicarakan.”
Vice President Public and Government Affairs Exxon-Mobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan, pihaknya masih melakukan diskusi. Dia menyebut kedua pihak berkomitmen agar proses pengalihan saham partisipasi ini tidak berpengaruh terhadap proses pengerjaan proyek tidak terganggu. Pasalnya, lapangan itu ditargetkan mulai memproduksi gas pertamanya pada 2020. “Masih diskusi, kita persiapan tetap berjalan, masalah komersial juga dimulai, jadi paralel.
Bisnis Indonesia, Page-30, Friday, May 19,2017
No comments:
Post a Comment