Indonesia must get out of the energy crisis as oil and gas reserves are depleted and production continues to decline. In addition, oil prices that have fallen sharply in the past two years have not been accompanied by improved investment climate in the country.
Upstream oil and gas investment in Indonesia has slumped from 15.34 billion US dollars, in 2015 to 11.15 billion US dollars in 2016, or down about 27 percent. Upstream oil and gas working areas are also reduced from 233 working areas in 2012 to 199 working areas by 2016.
"Indonesia's crude oil reserves are down from 3.7 billion barrels in 2012 and now 3.3 billion barrels, and natural gas reserves have also declined from 103 trillion cubic feet to 101 trillion cubic feet," I said. Marjolijn Elisabeth Wajong, Executive Director of the Indonesian Petroleum Association (IPA) in a press conference ahead of the 41st IPA Convention and Exhibition on Wednesday (10/5) in Jakarta.
Marjolijn added that downward investment in oil and gas, which is accompanied by falling oil prices, impact on the economy of oil and gas producing regions in Indonesia. Oil and gas producing areas are dependent on upstream oil and gas business. Regional economic growth becomes disrupted due to reduced regional revenue.
CEO of PT Saka Energi Indonesia Tumbur Parlindungan added that upstream oil and gas investment in Indonesia is important for the economy, both locally and nationally. Every upstream investment of oil and gas worth US $ 1 million creates an additional value of 1.6 million US dollars. That number is equivalent to the addition of gross domestic product (GDP) of 0.7 million US dollars and the absorption of 100 workers.
"Upstream oil and gas contribution to national GDP in 2016 amounted to 23.7 billion US dollars or 3.3 percent to GDP. The double effect of this sector is quite large in terms of utilization of local products or transactions in the national banking, "said Tumbur.
President of IPA as well as Regional President of BP Asia Pacific,
Christina Verchere
President of IPA as well as Regional President of BP Asia Pacific, Christina Verchere, added that upstream oil and gas investment has recently become more challenging amid falling world oil prices since late 2014. He mentioned that there are various factors influencing the slowdown of upstream oil and gas investment in Indonesia, between Other uncertain legal and bureaucratic uncertainties.
"As an important player in the oil and gas industry, we are optimistic this year as the year of oil and gas investment revival in Indonesia. Hard work, consolidation with all stakeholders, and efficiency strategies are critical and key to surviving in the future, "Christina said.
Chairman of the 41st IPA Convention and Exhibition Organizer Michael Putra said all stakeholders in the oil and gas sector will be involved in discussions and seminars that have been held on 17-19 May 2017.
IN INDONESIAN
Indonesia Harus Keluar dari Krisis
Indonesia harus segera keluar dari krisis energi seiring dengan cadangan minyak dan gas bumi yang kian menipis serta produksi yang terus merosot. Di samping itu, harga minyak yang merosot tajam dalam dua tahun terakhir belum dibarengi perbaikan iklim investasi di dalam negeri.
Investasi hulu minyak dan gas bumi di Indonesia merosot dari 15,34 miliar dollar AS,pada 2015 menjadi 11,15 miliar dollar AS pada 2016 atau turun sekitar 27 persen. Wilayah kerja hulu migas juga berkurang dari 233 wilayah kerja pada 2012 menjadi 199 Wilayah kerja pada 2016.
"Cadangan minyak mentah Indonesia berkurang dari 3,7 miliar barrel pada 2012 dan sekarang menjadi 3,3 miliar barrel. Cadangan gas bumi juga menurun dari 103 triliun kaki kubik menjadi 101 triliun kaki kubik. Kondisi tersebut yang saya sebut sebagai situasi krisis,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Perminyakan Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA) Marjolijn Elisabeth Wajong dalam konferensi pers menjelang Konvensi dan Pameran IPA Ke-41, Rabu (10/5), di Jakarta.
Marjolijn menambahkan, investasi hulu migas yang merosot, yang dibarengi dengan harga minyak yang anjlok, berimbas pada perekonomian daerah penghasil migas di Indonesia. Daerah-daerah penghasil migas menggantungkan pendapatan pada bisnis hulu migas. Pertumbuhan ekonomi daerah menjadi terganggu akibat penerimaan daerah berkurang.
CEO PT Saka Energi Indonesia Tumbur Parlindungan menambahkan, investasi hulu migas di Indonesia berkontribusi penting bagi perekonomian, baik di tingkat lokal maupun nasional. Setiap investasi hulu migas senilai 1 juta dollar AS menciptakan nilai tambah 1,6 juta dollar AS. Angka itu setara dengan penambahan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,7 juta dollar AS dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 100 orang.
”Kontribusi hulu migas terhadap PDB nasional pada 2016 sebesar 23,7 miliar dollar AS atau 3,3 persen terhadap PDB. Efek ganda sektor ini cukup besar dalam hal pemanfaatan produk lokal ataupun transaksi di perbankan nasional,” kata Tumbur.
Presiden IPA yang sekaligus Regional President of BP Asia Pacific Christina Verchere menambahkan, investasi hulu migas akhir-akhir ini semakin menantang di tengah harga minyak dunia yang merosot sejak akhir 2014. Ia menyebutkan, ada berbagai faktor yang memengaruhi pelambatan investasi hulu migas di Indonesia, antara lain ketidakpastian hukum dan birokrasi yang kompleks.
”Sebagai pemain penting dalam industri migas, kami optimistis tahun ini sebagai tahun kebangkitan investasi migas di Indonesia. Kerja keras, konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan, serta strategi efisiensi sangat penting dan menjadi kunci untuk bertahan pada masa mendatang,” ujar Christina.
Ketua Penyelenggara Konvensi dan Pameran IPA Ke-41 Michael Putra mengatakan, semua pemangku kepentingan di sektor migas akan terlibat dalam diskusi dan seminar yang sudah digelar pada 17-19 Mei 2017.
Kompas, Page-18, Friday, May, 12, 2017
No comments:
Post a Comment