Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) lgnasius Jonan threatened to cancel cooperation with Inpex Corporation related to the slowness of the development process of Masela Block. Jonan confirmed that he was impatient, because he had been waiting for six months, but the progress of the development of liquefied natural gas (LNG) is no progress. If it's too long, I cancel it.
The explanation is that the Ministry of Energy and Mineral Resources has been waiting for the completion of a structural and design review for the estimated cost of the Inpex pre-FEED facility, but the study in the Aru and Yamdena Islands area of the Masela Block has not been developed.
Inpex has the responsibility to conduct a pre-FEED study of 9.5 mtpa capacity plus 150 MMSCFD and 7.5 mtpa plus 474 MMSCFD. Pre-Feed is up to Inpex.
Based on information from the Ministry of ESDM, in early 2017, its development is still awaiting a letter from Inpex regarding the "fiscal terms" offered by the Government to develop Abadi Field, Masela Block.
The government decided to increase the operation of the Masela Block for seven years. This is lower than Inpex's request as operator of Masala Block is 10 years.
In addition, it has also decided the capacity of liquefied natural gas (LNG) production to be 7.5 metric tons per year. Meanwhile, for natural gas at 47 4 million cubic feet per day. In his proposal, Inpex requested that the refinery capacity be added from 7.5 million metric tons per year to 9.5 million metric tons per year.
Regarding the return on investment of the internal rate of return (IRR) of the project, the Government has never set it to be at 15 percent and so on. The most important thing is still within reasonable limits. The fairness limits of the Masela Block IRR are less than 15 percent.
IN INDONESIAN
Jonan Ancam Inpex Terkait Lamban Pengembangan Blok Masela
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lgnasius Jonan mengancam akan membatalkan kerja sama dengan Inpex Corporation terkait lambannya proses pengembangan Blok Masela. Jonan menegaskan bahwa ia sudah tidak sabar, sebab sudah ditunggu selama enam bulan, namun progres pengembangan kilang gas alam cair (LNG) tersebut tidak ada perkembangan. Kalau terlalu lama, saya batalkan.
Penjelasannya adalah sudah enam bulan Kementerian ESDM menunggu penyelesaian tentang kajian struktur dan desain untuk estimasi fasilitas biaya (Pre-FEED) dari Inpex, namun kajian di wilayah Pulau Aru dan Yamdena bagian dari Blok Masela tersebut tidak ada perkembangan.
Inpex memiliki tanggungan untuk melakukan kajian pre-FEED kapasitas 9,5 mtpa ditambah dengan 150 MMSCFD serta 7,5 mtpa ditambah 474 MMSCFD. Pre-Feed itu terserah Inpex.
Berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM, pada awal tahun 2017, perkembangannya masih menunggu surat dari Inpex mengenai “fiscal terms” yang ditawarkan Pemerintah untuk mengembangkan Lapangan Abadi, Blok Masela.
Pemerintah memutuskan penambahan masa operasi Blok Masela selama tujuh tahun. Ini lebih rendah dari permintaan Inpex selaku operator Blok Masala yaitu 10 tahun.
Selain itu, telah diputuskan pula kapasitas produksi gas alam cair (LNG) tetap 7,5 metrik ton per tahun. Sementara untuk gas bumi sebesar 47 4 juta kaki kubik per hari. Dalam usulannya, Inpex meminta agar kapasitas kilang ditambah dari 7,5 juta metrik ton per tahun menjadi 9,5 juta metrik ton per tahun.
Mengenai rasio pengembalian investasi “internal rate of return” (IRR) proyek, Pemerintah tidak pernah menetapkan harus di angka 15 persen dan sebagainya. Hal terpenting adalah masih dalam batas kewajaran. Batas kewajaran IRR Blok Masela adalah kurang dari 15 persen.
Investor Daily, Page-9, Thursday, May, 4, 2017
No comments:
Post a Comment