google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Location Masela Refinery Still Wanted - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Saturday, May 27, 2017

Location Masela Refinery Still Wanted


Report From Tokyo

Government and Inpex Corp. Has not yet determined the location and capacity of the liquefied natural gas (LNG) refinery in Masela Block. Even so, Inpex agreed to start the front end engineering design (FEED) at Abadi Square, Masela next week.

The agreement is the result of a meeting of the Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) lgnasius Jonan with Inpex officials, the parent company of the gas field operator, Inpex Masela Limited.

"Next week starts to be discussed," said Jonan after meeting with Toshiaki Kitamura, President and CEO of Inpex, Tuesday (16/5). Jonan was accompanied by Indonesian Ambassador to Japan Arifin Tasrif and Special Envoy to Japan, Rachmat Gobel.

The Jonan and Inpex meetings resulted in three options of land refinery locations for the Masela Block. So far, there are only two choices of candidate locations namely Tanimbar Island is 60- 100 km and Aru Island 600 km from the gas field. No mention of the third location option from the land refinery.

Other prominent points in the meeting were the two gas block refinery capacity options that 65% of the shares were owned by Inpex Corporation and 35% by Shell. First, LNG plant capacity is 7.5 million tons per year (MTPA) and gas pipeline 474 MMscfd. Second, the capacity of 9.5 MTPA LNG refinery and gas pipeline of 150 MMscfd. The government has given Inpex the opportunity to review the two options.

Jonan said Inpex had understood the government's desire for the Japanese corporation to immediately start its activities in the Masela Block. Since being converted from a floating refinery to a land refinery by the end of March 2016, the development of the Masela project has not been significant. The arrival of Japanese Prime Minister Shinzo Abe to Indonesia in January 2017, also did not result in an agreement between Indonesia and Inpex.

Senior Communications and Relations Manager of Inpex Corporation Usman Slamet said that Inpex's policy is in line with the government's desire for the project to enter the next stage.

"The Inpex policy remains the same as initiating the soon possible development and implementation of the Eternal project in the most rational way from the economic and technical side, in line with Indonesian government policy," he said.

According to him, the discussion is still ongoing and pre-FEED will be the main focus of talks Minister Jonan and Inpex officials. Assuming pre-FEED starts this year, the project is targeted to produce its first gas by 2026 even if it is only 2 years before the contract expires.

"Currently, Inpex continues to discuss with the Government of Indonesia for optimal project development under the LNG development scheme on the ground, with a forward focus on starting the pre-FEED work.

IN INDONESIAN

Lokasi Kilang Masela Masih Dicari


Pemerintah dan Inpex Corp. belum menetapkan lokasi dan kapasitas kilang liquefied natural gas (LNG) di Blok Masela. Meski begitu, Inpex sepakat untuk memulai pra-pendefinisian proyek (front end engineering design/FEED) di Lapangan Abadi, Masela pada pekan depan.

Kesepakatan tersebut merupakan hasil pertemuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lgnasius Jonan dengan petinggi Inpex, induk usaha operator ladang gas itu, Inpex Masela Limited. 

“Minggu depan mulai dibahas,” kata Jonan seusai bertemu dengan Toshiaki Kitamura, Presiden dan CEO Inpex, Selasa (16/5).  Jonan didampingi Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif dan Utusan Khusus untuk Jepang, Rachmat Gobel.

Pertemuan Jonan dan Inpex menghasilkan tiga opsi lokasi kilang darat untuk Blok Masela. Selama ini, hanya ada dua pilihan calon lokasi yakni Pulau Tanimbar berjarak 60- 100 km dan Pulau Aru 600 km dari ladang gas tersebut. Tidak disebutkan opsi lokasi ketiga dari kilang darat itu.

Poin lain yang menonjol dalam pertemuan tersebut adalah dua opsi kapasitas kilang blok gas yang 65 % sahamnya dikuasai Inpex Corporation dan 35% oleh Shell. Pertama, kapasitas kilang LNG 7,5 juta ton per tahun (MTPA) dan gas pipa 474 MMscfd. Kedua, kapasitas kilang LNG 9,5 MTPA dan gas pipa 150 MMscfd. Pemerintah memberikan keleluasaan kepada Inpex untuk mengkaji kedua opsi tersebut.

Jonan menyebut Inpex telah memahami keinginan pemerintah agar korporasi Jepang itu segera memulai kegiatan di Blok Masela. Sejak diubah dari kilang terapung menjadi kilang darat pada akhir Maret 2016, perkembangan proyek Masela belum signifikan. Kedatangan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke Indonesia pada Januari 2017, juga tidak menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dan Inpex.

Senior Communications and Relations Manager Inpex Corporation Usman Slamet mengatakan kebijakan Inpex senada dengan keinginan pemerintah agar proyek bisa memasuki tahap selanjutnya.

“Kebijakan Inpex tetap sama yakni memulai segera mungkin pengembangan dan pengimplementasian proyek Abadi dengan cara yang paling rasional dari sisi keekonomian dan teknis, sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia,” ujarnya. 

Menurut dia, diskusi masih berlangsung dan pre-FEED akan menjadi fokus utama pembicaraan Menteri Jonan dan petinggi Inpex. Dengan asumsi pre-FEED dimulai tahun ini, ditargetkan proyek bisa menghasilkan gas pertamanya pada 2026 meskipun hanya berjarak 2 tahun sebelum kontrak berakhir. 

“Saat ini, Inpex terus berdiskusi dengan Pemerintah Indonesia untuk pengembangan proyek yang optimal berdasarkan skema pengembangan LNG di darat, dengan fokus ke depan untuk memulai pekerjaan pre-FEED.

Bisnis Indonesia, Page-1, Wednesday, May, 17, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel