The Tiung Biru Jambaran Blue Field (JTB) gas project is entering a new phase. PT Pertamina EP Cepu, operator in the field finally get a prospective buyer of gas that is PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Upstream Director of Pertamina, Syamsu Alam said Pertamina is discussing gas price from JTB which will be purchased by PLN. "The gas is mainly used for PLN, how much PLN can absorb our gas price," Alam said on Thursday (18/5).
Pertamina and PLN have started talks, although there is no price agreement yet. Alam said, next week, there will be a meeting between Pertamina President Director and PLN President Director to discuss the price of this gas.
If the price has been agreed, Pertamina can only develop JTB field. "We have to know the price of gas, what we want to buy, but if we are unclear, there is no certainty of the price, we can not develop the field," Alam said.
However, there is a possibility that the price of gas from JTB is bought cheaper than the economic price that is expected by Pertamina. The reason, in Minister of Energy and Mineral Resources Regulation 11/2017, the Government set the price of earth germet per mmbtu at highest 8% of ICP for power generation. If it refers to the price of ICP April 2017, then the gas price of US $ 3.96 per mmbtu.
Alam said, if the price is not economically agreed then the project will not be developed. "Economically important first, follow the rules if not, how to start construction," said Alam.
Actually JTB project can be economical if gas price sold US $ 7 escalation 2% per year since production. "The model that we count, if for example the certainty of the ability of different PLN, please say, we can also say to the government," said Pertamina EP Cepu President Director, Adriansyah.
He claims PLN is actually able to pay the gas price from JTB of US $ 7 per mmbtu. "PLN that I know can be US $ 7 per mmbtu, while from US $ 7 per mmbtu plus toll fee to US $ 8.5 per mmbtu," added Ardiansyah.
IN INDONESIAN
Pertamina Pastikan PLN Beli Gas JTB
Proyek gas Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) memasuki tahap baru. PT Pertamina EP Cepu, operator di lapangan tersebut akhirnya mendapatkan calon pembeli gas yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam bilang, Pertamina sedang diskusi harga gas dari JTB yang akan di beli oleh PLN. "Gasnya terutama dipakai untuk PLN. Berapa besar PLN bisa menyerap harga gas kami," kata Alam, Kamis (18/5).
Pertamina dan PLN sudah memulai pembicaraan, meski belum ada kesepakatan harga. Alam bilang, pekan depan nanti, akan ada pertemuan antara Direktur Utama Pertamina dan Dirut PLN untuk membahas harga gas ini.
Jika harga telah disepakati Pertamina baru bisa mengembangkan lapangan JTB. "Kami harus harus tahu dulu harga gasnya, mau dibeli berapa. Kalau kami belum jelas, kepastian harganya belum ada, kami tidak mungkin mengembangkan lapangan, " kata Alam.
Namun, ada kemungkinan harga gas dari JTB dibeli lebih murah dari harga keekonomian yang diharapkan Pertamina. Pasalnya, dalam Peraturan Menteri ESDM 11/2017, Pemerintah mengatur harga agas bumi per mmbtu paling tinggi 8% dari ICP untuk pembangkit tenaga listrik. Jika merujuk pada harga ICP April 2017, maka harga gas sebesar US$ 3,96 per mmbtu.
Alam bilang, bila harga yang nanti disepakati tidak ekonomis maka proyek tersebut tidak akan bisa dikembangkan. "Ekonomis dulu yang penting. Ikut peraturan kalau tidak, bagaimana mau mulai pembangunannya? kata Alam.
Sebenarnya proyek JTB bisa ekonomis jika harga gas dijual US$ 7 eskalasi 2% per tahun sejak produksi. "Model itu yang kami hitung, kalau misalkan kepastiannya kesanggupan PLN beda, silahkan bilang, kami juga bisa bilang ke pemerintah," kata Direktur Utama Pertamina EP Cepu, Adriansyah.
Dia mengklaim PLN sebenarnya sanggup membayar harga gas dari JTB sebesar US$ 7 per mmbtu. "PLN yang saya tahu sanggup US$ 7 per mmbtu, sementara dari kami US$ 7 per mmbtu plus toll fee jadi US$ 8,5 per mmbtu," tambah Ardiansyah.
Kontan, Page-14, Saturday, May 20, 2017
No comments:
Post a Comment