Gas distribution by pipeline in eastern Indonesia is considered uneconomical due to very small needs and its location is scattered. Therefore, liquefied natural gas is considered more suitable to meet the needs of gas in eastern Indonesia.
In eastern Indonesia, gas pipelines are not feasible. Maybe with LNG with a small ship, "said President Director of PT Pertamina Gas Toto Nugroho.
Gas requirements in eastern Indonesia are very small and scattered at some points so it is not economical to use gas pipes. However, the price of liquefied natural gas / LNG in the eastern region is also still Linggi because the volume of shipping is relatively small so the average cost becomes more expensive.
Based on a study by Pertagas, LNG distribution in eastern Indonesia uses isotank, a large tube to transport LNG, small vessels, and small regasification.
"The challenges of technology can be overcome, the challenge of price. Price landed / could be US $ 10-US $ 16 per MMBtu [LNG normal price US $ 5-US $ 8 per MMBtu], "he said.
Stakeholders Relation Manager of Pertagas Niaga Ratna Dumila said Pertagas has supplied gas for malls in Ambon. The LNG was shipped on board and then converted to natural gas in mini regasification before it was distributed to the mall.
ADD SUPPLY
Meanwhile, PT Pertamina added LNG supply with supplies from Australian company Woodside. Based on the record there is an agreed LNG supply agreement. First, a long-term deal. Total with Pertamina for LNG supply of 0.4 to 1 million tonnes per year starting in 2020 and lasting for 15 years.
Second, Pertamina has signed a gas sales agreement (PJBG) with Cheniere Energy Inc. subsidiary. Namely Corpus Christi Liquefaction Liability Company to supply 0.76 million tons per year of LNG from 2019 for 20 years.
Thirdly, Pertamina has also contracted with Cheniere Energy with the same volume, but it starts in 2018 with a duration of 20 years. Fourth, Pertamina signed the purchase of LNG from ExxonMobil as much as 1 million tons per year for 20 years starting from 2025.
Woodside CEO Peter Coleman said, with increasing demand for gas in regional share, it is ready to become one of the preferred gas providers. Meanwhile, from Woodside Singapore will be supplied about 0.6 million tons per year which can be increased to 1.1 million tons per year.
LNG supply is 0.6 million tons per year from 2022-2034 and can be increased to 1.1 million tons per year in 2024-2038. Gas Director of Pertamina Yenny Andayani acknowledged the LNG supply transaction.
According to him, the purchase of LNG can not only be connected with corporate decisions. The reason is that the purchase of LNG has been adjusted to the projection of domestic gas demand and supply compiled by the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) ie LNG imports after 2020.
"Yeah, that's right. We can not say that Pertamina import itself needs to be seen as a national necessity because we buy not only for the needs of Penamina, but what national needs, "he said, Thursday (8/6).
Quoted from the report of BMI Research, Indonesia as the second largest exporter of liquefied natural gas / LNG after Qatar. Meanwhile, Indonesia's export capacity of 3.9 million tons of LNG in the first quarter of 2017. However, Indonesia is expected to import LNG by 2022.
In 2022 Indonesia is expected to become an importer of LNG due to the rising demand of domestic gas which grew 4% per year in the next few years.
Director General of Oil and Gas at the Ministry of ESDM IGN Wiratmaja Puja said there is an opportunity for LNG imports by 2019 if all potential demand can become contracted demand
IN INDONESIAN
Pipa Gas di Wilayah Timur Indonesia Belum Layak
Distribusi gas dengan pipa di wilayah timur Indonesia dinilai tidak ekonomis karena kebutuhan yang sangat kecil dan lokasinya berpencar-pencar. Untuk itu, gas alam cair dinilai lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan gas di wilayah timur Indonesia.
Di Indonesia timur, pipa gas tidak feasible [layak]. Mungkin dengan LNG dengan kapal berukuran kecil,” kata Presiden Direktur PT Pertamina Gas Toto Nugroho.
Kebutuhan gas di wilayah timur Indonesia sangat kecil dan tersebar di beberapa titik sehingga tidak ekonomis jika menggunakan pipa gas. Namun, harga gas alam cair/LNG di wilayah timur juga masih Linggi karena volume pengapalan relatif kecil sehingga biaya rata-rata menjadi lebih mahal.
Berdasarkan studi yang dilakukan Pertagas, distribusi LNG di wilayahi timur Indonesia menggunakan isotank, tabung berukuran besar untuk mengangkut LNG, kapal kecil, dan regasifikasi berukuran kecil.
“Tantangan dari teknologi sudah bisa diatasi, tantangan soal harga. Price landed/[harga di titik serah] saja bisa US$10-US$16 per MMBtu [harga normal LNG US$5-US$8 per MMBtu]," ujarnya.
Stakeholders Relation Manager Pertagas Niaga Ratna Dumila mengatakan bahwa Pertagas telah memasok gas untuk mal di Ambon. LNG itu dikirim dengan kapal kemudian diubah menjadi gas alam di regasifikasi mini sebelum disalurkan ke mal tersebut.
TAMBAH PASOKAN
Sementara itu, PT Pertamina menambah pasokan LNG dengan pasokan dari perusahaan asal Australia, Woodside. Berdasarkan catatan terdapat kesepakatan pasokan LNG yang diteken sebelumnya. Pertama, kesepakatan jangka panjang. Total dengan Pertamina untuk pasokan LNG sebesar 0,4 sampai 1 juta ton per tahun yang dimulai pada 2020 dan berlangsung selama 15 tahun.
Kedua, Pertamina telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan anak usaha Cheniere Energy Inc. yakni Corpus Christi Liquefaction Liability Company untuk memasok 0,76 juta ton per tahun LNG mulai 2019 selama 20 tahun.
Ketiga, Pertamina juga sudah berkontrak dengan Cheniere Energy dengan volume yang sama, tetapi dimulai pada 2018 dengan durasi 20 tahun. Keempat, Pertamina meneken pembelian LNG dari ExxonMobil sebanyak 1 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2025.
CEO Woodside Peter Coleman mengatakan, dengan meningkatnya permintaan gas di pangsa regional, pihaknya siap menjadi salah satu pilihan penyedia gas. Adapun, dari Woodside Singapore akan dipasok sekitar 0,6 juta ton per tahun yang bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun.
Pasokan LNG 0,6 juta ton per tahun mulai 2022-2034 dan bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun pada 2024-2038. Direktur Gas Pertamina Yenny Andayani mengakui transaksi pasokan LNG tersebut.
Menurutnya, pembelian LNG tidak bisa hanya dihubungkan dengan keputusan korporat. Pasalnya, pembelian LNG telah disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan dan pasokan gas dalam negeri yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yakni impor LNG dilakukan setelah 2020.
“Iya pasti sudah benar. Kita tidak bisa bilang kebutuhan impor Pertamina sendin, harus dilihat kebutuhan nasional karena kita beli bukan hanya untuk kebutuhan Penamina, tetapi kebutuhan nasional seperti apa,” ujarya, Kamis (8/6).
Dikutip dari laporan BMI Research, Indonesia sebagai negara kedua pengekspor gas alam cair/LNG terbesar setelah Qatar. Adapun, kemampuan ekspor Indonesia 3,9 juta ton LNG pada kuartal I/2017. Namun, Indonesia diperkirakan akan mengimpor LNG pada 2022.
Pada 2022 Indonesia diperkirakan menjadi importir LNG karena naiknya kebutuhan gas dalam negeri yang tumbuh rerata 4% setiap tahunnya dalam beberapa tahun ke depan.
Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan, terdapat peluang impor LNG pada 2019 bila seluruh permintaan potensial bisa bembah menjadi permintaan terkontrak
Bisnis Indonesia, Page-30, Friday, June 9, 2017
No comments:
Post a Comment