google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Market Review Completed - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Friday, June 9, 2017

Market Review Completed


East Natuna Development

The consortium of contractors of East Natuna Block has completed the technology and market review to work on oil and gas working area located in Natuna waters of Riau Islands.

The consortium that is a contractor of East Natuna consists of PT Pertamina PTT EP Thailand, and ExxonMobil. Pertamina as the consortium leader has completed a study to select appropriate technology, oil and gas production volumes, and consumers who will utilize gas from the block. The consortium conducts technology and market studies for 18 months starting in early 2016.

Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said that the completion of the market study was in accordance with the target set. The results of the study are still discussed at the consortium level to see the field economy. However, it has not been able to decide about the development of Natuna gas because it needs to discuss provisions in the contract of cooperation first.

The government wants activities in the East Natuna Block to be executed immediately due to its strategic location and potential for large-scale gas development.

The government had previously wanted the development of oil structures to start first despite the volume is smaller than gas. However, it was not done because the study of technology and market has not been completed. When the development of the oil structure begins, there is uncertainty from the side of the clause in the contract of cooperation that must be adjusted.

Associated with the type of cooperation contract that is used leads to the use of gross split-sharing contracts when referring to letters received by the consortium. However, the entire consortium activities plan still uses the assumption of production sharing contract (PSC) which still implements cost recovery returns. If any gross split is to be applied, the consortium should review the composition of the contractor's share and the economic aspects of field development.

Because the development of the gas field requires certainty related to the volume of gas to be developed, who will absorb the gas, and what the selling price of gas. Now, since it was discovered in the 1970s and named Natuna D Alpha, the project has not been developed until the contract expires and is renamed East Natuna.

Based on data from the ESDM Ministry, East Natuna Block holds the potential of 222 trillion cubic feet (Tcf) with only 46 Tcf of which gas can be produced. The reason, 72% of the composition is carbon dioxide.

The government has even incorporated the East Natuna Block into the list of projects that will deliver its first gas in 2027 with 1,000 million cubic feet per day (MMscfd).

"Nami when it's gross split, it means it's different from the first scenario. If used to still use the PSC, "he said. In addition, it has requested to members of the consortium, PTT EP Thailand to obtain clarification from the Coordinating Ministry for the Ministry of Marine Affairs related to the moratorium on activities related to the Montara oil spill.

"We again ask PTT EP to communicate with the Coordinating Minister of Maritime."

Quoted from the BMI Research report, Indonesia is the second largest exporter of liquefied natural gas (LNG) after Qatar with an ability to export 3.9 million tons of LNG in the quarter l / 2017 but is expected to import LNG by 2022.

Meanwhile, Pertamina and energy company from Australia, Woodside signed an agreement to supply 1.1 million tons of LNG per year for 20 years. In his official statement, Australian Ambassador to Indonesia Paul Grigson said the deal was the first deal with an Australian company.

IN INDONESIAN

Kajian Pasar Rampung


Konsorsium kontraktor Blok East Natuna telah menyelesaikan kajian teknologi dan pasar untuk menggarap wilayah kerja minyak dan gas bumi yang berlokasi di perairan Natuna Kepulauan Riau.

Konsorsium yang menjadi kontraktor East Natuna terdiri dari PT Pertamina PTT EP Thailand, dan ExxonMobil. Pertamina sebagai pemimpin konsorsium tersebut telah menyelesaikan kajian untuk memilih tekonologi yang tepat, volume produksi migas, dan konsumen yang akan memanfaatkan gas dari blok tersebut. Konsorsium melakukan kajian teknologi dan pasar selama 18 bulan yang dimulai sejak awal 2016.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan bahwa penyelesaian kajian pasar itu sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hasil kajian masih dibahas di tingkat konsorsium untuk melihat keekonomian lapangan. Namun, pihaknya belum bisa memutuskan tentang pengembangan gas Natuna karena perlu membahas ketentuan dalam kontrak kerja samanya Iebih dulu.

Pemerintah menginginkan agar kegiatan di Blok East Natuna bisa segera dieksekusi karena lokasinya strategis dan potensi pengembangan gas dengan volume besar.

Pemerintah pun sebelumnya menginginkan agar pengembangan struktur minyak bisa dimulai Iebih dulu kendati volumenya Iebih kecil daripada gas. Namun, hal itu urung dilakukan karena kajian teknologi dan pasar belum selesai dilakukan. Bila pengembangan struktur minyak dimulai, ada ketidakpastian dari sisi klausul dalam kontrak kerja samanya yang harus mengalami penyesuaian.

Terkait dengan jenis kontrak kerja sama yang digunakan mengarah ke penggunaan kontrak bagi hasil kotor atau gross split bila mengacu pada surat yang diterima konsorsium. Namun, seluruh rencana kegiatan konsorsium masih menggunakan asumsi kontrak bagi hasil (production sharing contract/ PSC) yang masih menerapkan pengembalian biaya operasi (cost recovery). Bila pun akan menerapkan gross split, konsorsium harus melihat kembali komposisi bagi hasil kontraktor dan aspek keekonomian pengembangan lapangan. 

Pasalnya, pengembangan lapangan gas membutuhkan kepastian terkait dengan volume gas yang akan dikembangkan, siapa yang akan menyerap gas, dan berapa harga jual gas. Adapun, sejak ditemukan pada 1970-an dan bernama Natuna D Alpha, proyek tersebut belum bisa dikembangkan hingga kontraknya berakhir dan berganti nama menjadi East Natuna. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok East Natuna menyimpan potensi sebanyak 222 triliun cubic feet (Tcf) dengan hanya 46 Tcf gas di antaranya yang bisa diproduksi. Pasalnya, 72% komposisinya adalah karbondioksida.

Pemerintah bahkan telah memasukkan Blok East Natuna kedalam daftar proyek yang akan mengalirkan gas pertamanya pada 2027 dengan produksi 1.000 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

“Nami kalau sudah gross split, berarti sudah berbeda dengan skenario dulu. Kalau dulu masih mengunakan PSC,” katanya. Selain itu, pihaknya telah meminta kepada anggota konsorsium, PTT EP Thailand untuk mendapatkan klarifikasi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman terkait dengan moratorium kegiatan berkenaan dengan tumpahan minyak Montara.

"Kami lagi minta PTT EP untuk komunikasi dengan Menteri Koordinator Maritim."

Dikutip dari laporan BMI Research, lndonesia sebagai negara kedua pengekspor gas alam cair (LNG) terbesar setelah Qatar dengan kemampuan ekspor 3,9 juta ton LNG pada kuartal l/2017 tetapi diperkirakan mengimpor LNG pada 2022. 

Sementara itu, Pertamina dan perusahaan energi asal Australia, Woodside menandatangani perjanjian penyediaan 1,1 juta ton LNG per tahun selama 20 tahun. Dalam keterangan resminya, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson mengatakan, kesepakatan itu merupakan transaksi perdana dengan perusahaan asal Australia. 

Bisnis Indonesia, Page-30, Thursday, June 8, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel