google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Pertamina Completes Study on East Natuna Block - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Friday, June 9, 2017

Pertamina Completes Study on East Natuna Block



PT Pertamina has completed the technology and market review (TMR) for the East Natuna Block development. The Company is still discussing this study with the consortium members.

Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam said, according to the target, TMR East Natuna Block should be completed this year. It has completed the TMR and is still discussing fundamental issues that need to be clarified immediately with the members of the consortium. Pertamina is working on oil and gas blocks off the Natuna Sea with ExxonMobil and PTT Thailand.

After that, it will discuss this TMR with the government. "If the schedule, it must be submitted this year. TMR is actually more for us, the consortium, to see what kind of economy, "he said.

One of the fundamental issues discussed is the implementation of a scheme for the sharing of gross splits in East Natuna Block. The reason, in a letter received by Pertamina, the government indicates it will use a gross split contract in East Natuna Block. This is in contrast to the previous scenario under the contract of cost recovery scheme (cost recovery).

"If the gross split, later split it will be what, then what price and volume of gas, who the buyer. Options are over, but who will buy the gas, "Alam said. Moreover, indeed TMR is meant to know The economy of the East Natuna Block itself.

As is known, TMR is required because of the characteristics of the East Natuna Block. This block reserve is estimated to be very large, reaching 222 trilin cubic feet. But the carbon dioxide content is also quite high, reaching 72%, so only 46 trillion cubic feet can be taken.

Previously, the development of the East Natuna Block is planned to be done gradually. The plan, in the first stage, the development of blocks on the border of Indonesia is started from the dominant AP structure structure of oil reserves. In the next stage, the dominant AL-structure of the gas with carbon dioxide content will reach 72%. However, this plan will be changed so that the development of AP and AL structures will be carried out simultaneously.

Syamsu Alam stated this has not been determined. "We have not talked to that, the fundamentals just yet," he said. Meanwhile, following the moratorium on PTT EP Thailand to engage in Indonesia, so far the Thai oil and gas company is still participating in the consortium. Simultaneously, Alam claimed to have requested PTT EP to discuss the matter with the Coordinating Ministry of Marine Affairs.

"We also understand there is a letter from the Coordinating Minister of Maritime, we also convey to PTT EP if you can come to the Ministry of Maritime Coordinator to get clarification," he said.

The government wants the development of the East Natuna Block to be accelerated to safeguard Indonesian sovereignty. The government has given direct assignment to block this block by Pertamina with opportunity to invite other oil and gas company as partners. In Necara Gas Nasional, East Natuna Block is targeted to start producing 2027 with a volume of 1 billion cubic feet per day.

IN INDONESIAN

Pertamina Rampungkan Kajian Blok East Natuna


PT Pertamina telah merampungkan kajian tekonolgi dan pasar (technology and market review/TMR) untuk pengembangan Blok East Natuna. Perseroan masih membahas kajian ini dengan anggota konsorsium. 

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, sesuai target, TMR Blok East Natuna memang harus selesai tahun ini. Pihaknya telah merampungkan TMR tersebut dan kini masih membahas hal-hal fundamental yang perlu diklarifikasi segera dengan anggota konsorsium. Pertamina menggarap blok migas di lepas Laut Natuna ini bersama ExxonMobil dan PTT Thailand.

Setelah itu, pihaknya akan membahas TMR ini dengan pemerintah. “Kalau jadwalnya, memang harus diserahkan tahun ini. TMR ini sebetulnya Iebih untuk kami, konsorsium, untuk melihat keekonomiannya seperti apa,” kata dia.

Salah satu hal fundamental yang dibahas adalah penerapan kontrak kerja sama skema bagi hasil kotor (gross split) di Blok East Natuna. Pasalnya, dalam surat yang diterima Pertamina, pemerintah mengindikasikan akan menggunakan kontrak gross split di Blok East Natuna. Hal ini berbeda dengan skenario sebelumnya yang memakai kontrak skema biaya investasi yang dapat dikembalikan (cost recovery). 

“Kalau dengan gross split, nanti split-nya akan seperti apa, kemudian berapa harga dan volume gasnya, siapa pembelinya. Opsi-opsi sudah selesai, tetapi siapa yang akan beli gasnya ,” kata Alam. Apalagi, memang TMR dimaksudkan untuk mengetahui keekonomian dari Blok East Natuna itu sendiri. 

Seperti diketahui, TMR diperlukan karena karakteristik Blok East Natuna. Cadangan blok ini memang diperkirakan sangat besar, yakni mencapai 222 trilin kaki kubik. Namun kandungan karbondioksida-nya juga cukup tinggi, yaitu mencapai 72%, sehingga hanya 46 triliun kaki kubik saja yang dapat diambil. 

Sebelumnya, pengembangan Blok East Natuna rencananya dilakukan secara bertahap. Rencananya, pada tahap pertama, pengembangan blok di perbatasan Indonesia ini dimulai dari pengerjaan struktur AP yang dominan cadangan minyaknya. Pada tahap berikutnya, akan digarap struktur AL yang dominan gas dengan kandungan karbondioksia mencapai 72%. Namun, rencana ini akan diubah sehingga pengembangan struktur AP dan AL akan dilakukan bersamaan.

Syamsu Alam menyatakan hal ini belum ditentukan. “Kami belum bicara ke sana, yang fundamental dulu saja,” kata dia. Sementara itu, menyusul adanya moratorium terhadap PTT EP Thailand untuk berkegiatan di Indonesia, sejauh ini perusahaan migas Thailand itu masih ikut serta dalam konsorsium. Bersamaan dengan itu, Alam mengaku telah meminta PTT EP untuk membahas masalah ini dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman.

“Kami juga memahami ada surat dari Menko Maritim, kami juga menyampaikan ke PTT EP kalau bisa datang ke Kementerian Koordinator Maritim untuk mendapatkan klarifikasi,” ujarnya. 

Pemerintah menginginkan pengembangan Blok East Natuna dipercepat untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Pemerintah telah memberikan penugasan langsung agar blok ini dikerjakan oleh Pertamina dengan kesempatan mengajak perusahaan migas lain sebagai mitra. Dalam Necara Gas Nasional, Blok East Natuna ditargetkan mulai berproduksi 2027 dengan volume 1 miliar kaki kubik per hari.

Investor Daily, Page-9, Thursday, June 8, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel