google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 The Price Balance Is Hard To Achieve This Year - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Tuesday, June 13, 2017

The Price Balance Is Hard To Achieve This Year



The crude oil market is predicted to recover in the near future as the price structure changes that signal to investors that prices are still quite low until next year.

As quoted from Bloomberg, contango-a condition when oil prices are lower than forward prices comes shortly after the Wall Street bank warns investors that the market is predicted to worsen in 2018. The prediction is in line with the growth of US shale oil and rising output From Nigeria and Libya.

Meanwhile, the weakening is seen from the spread of the price difference between Brent crude oil for December 2017 shipments by December 2018, commonly known as Dec-Red-Dec. The price spread fell to minus US $ 1.49 per barrel on Friday (9/6) morning, down from US $ 1 per barrel two weeks ago.

"The Atlantic strand has been flooded with crude from Nigeria and Libya," said Amrita Sen, Chief Oil Market Analyst at Energy Aspects Ltd., as quoted by Bloomberg, Friday (9/6).

On the other hand, last week Royal Dutch Shell Plc. Re-activated the Forcados field after an intrusion of 472 days.
The return of Forcados oil brings an additional 200,000 barrels per day (bpd) to 250,000 bpd of high quality sugur (light sweet) oil to the Atlantic that is already flooded by similar products from the US, North Sea and Africa.

The Dec-Red-Dec spread is currently the weakest since November 30, 2016, when OPEC decided to cut production in an effort to lower oil supplies. Spread traded at $ 1.56 a barrel by the end of February on hopes OPEC, which holds 40% of world output, will successfully bring stock down.

For information, trading volume in December 2017-December 2018 jumped to record highs on Thursday (8/6). Spread Brent looks equivalent to 65 million barrels traded, while the WTI is equivalent to 41 million barrels traded.

This condition, far exceeds the average trading volume over two weeks. Meanwhile, since OPEC and allies agreed to extend the cuts in nine-month production cuts, investment banks including JPMorgan Chase & Co., Morgan Stanley, HSBC Holdings Plc., UBS AG and Barclays Plc have warned about a worsening outlook for next year's oil outlook.

The banks agreed to blame the rise in US shale production and concerns about OPEC's recent strategy in cutting production.

PROSPECT 2018

The US Energy Information Administration (EIA) said the average US crude oil production would be more than 10 million barrels per day for the first time in 2018.

"The outlook for 2018 is starting to look troublesome," said Martijn Rats, an oil strategist at Morgan Stanley in London. FXTM Research Analyst Lukman Otunuga expressed disappointment that the OPEC meeting on May 25, 2017 will continue to disrupt investor interest in oil so that price increases are limited.

In addition, OPEC oil production volume projections rose last month despite the organization's continued efforts to rebalance the oil market.

IN INDONESIAN

Keseimbangan Harga Masih Sulit Tercapai Tahun Ini


Pasar minyak mentah diprediksi sulit membaik dalam waktu dekat seiring dengan munculnya perubahan struktur harga yang memberi sinyal ke investor bahwa harga masih cukup rendah hingga tahun depan.

Seperti dikutip dari Bloomberg, contango-sebuah kondisi ketika harga minyak pengiriman lebih rendah daripada harga ke depan muncul beberapa saat setelah bank di Wall Street memberikan pengingatan kepada investor bahwa pasar diprediksi memburuk pada 2018.  Prediksi tersebut seiring dengan tumbuhnya minyak shale Amerika Serikat dan meningkatnya output dari Nigeria dan Libya.

Adapun, pelemahan tersebut terlihat dari spread perbedaan harga antara minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember 2017 dengan Desember 2018, yang biasa dikenal dengan istilah Dec-Red-Dec. Spread harga jatuh hingga minus US$1,49 per barel pada Jumat (9/6) pagi, atau turun dari plus US$1 per barel dua pekan lalu.

“Cekungan Atlantik sudah dibanjiri minyak mentah dari Nigeria dan Libya,” kata Amrita Sen, Chief Oil Market Analyst di Energy Aspects Ltd., seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (9/6).

Pada sisi lain, pekan lalu Royal Dutch Shell Plc. kembali mengaktifkan lapangan Forcados setelah mengalami gangguan selama 472 hari.

Kembalinya minyak Forcados membawa tambahan 200.000 barel per hari (bph) hingga 250.000 bph minyak dengan kadar sulfur rendah (light sweet) berkualitas tinggi ke Atlantik yang sebenarnya sudah dibanjiri oleh produk serupa dari AS, North Sea dan Afrika.

Adapun, penyebaran Dec-Red-Dec saat ini merupakan yang terlemah sejak 30 November 2016, ketika OPEC memutuskan untuk memangkas produksi dalam upaya menurunkan pasokan minyak. Spread diperdagangkan pada plus US$1,56 per barel pada akhir Februari di tengah harapan OPEC, yang menguasai 40% dari output dunia, akan berhasil membawa stok turun. 

Sebagai informasi, volume perdagangan di Desember 2017-Desember 2018 melonjak ke rekor tertinggi pada Kamis (8/6). Spread Brent terlihat setara dengan 65 juta barel yang diperdagangkan, sedangkan WTI setara dengan 41 juta barel yang diperdagangkan.

Kondisi ini, jauh melebihi rata-rata volume perdagangan lebih dari dua pekan. Sementara itu, sejak OPEC dan sekutu sepakat untuk memperpanjang durasi pemotongan produksi selama sembilan bulan, bank investasi termasuk JP Morgan Chase & Co, Morgan Stanley, HSBC Holdings Plc., UBS AG dan Barclays Plc telah memperingatkan tentang prospek memburuk untuk prospek minyak tahun depan.

Bank-bank sepakat menyalahkan naiknya produksi shale AS dan kekhawatiran tentang strategi terakhir OPEC dalam melakukan pemangkasan produksi. 

PROSPEK 2018

Badan Informasi Administrasi Energy AS (Energy Information Administration/EIA) mengungkapkan rata-rata produksi minyak mentah AS akan lebih dari 10 juta barel per hari untuk pertama kalinya pada 2018.

"Prospek untuk 2018 mulai terlihat merepotkan," kata Martijn Rats, ahli strategi minyak di Morgan Stanley di London. Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menyampaikan kekecewaan bahwa rapat OPEC pada 25 Mei 2017 akan terus mengganggu ketertarikan investor terhadap minyak sehingga kenaikan harga terbatas.

Selain itu ada proyeksi volume produksi minyak OPEC pada bulan lalu meningkat walaupun organisasi terus menyuarakan upaya menyeimbangkan pasar minyak.

Bisnis Indonesia, Page-16, Monday, June 12, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel