Quoting William Shakespeare's statement, the name sometimes does not give meaning. Similarly, what happens to the naming of fields or oil wells, myths about names sometimes do not reflect the potential under the surface or the success of field development.
As a result, during the inauguration of the project or production report, the concentration split when hearing the name of the field is also oil and gas wells. Especially with the number of working areas in Indonesia which reached 283 locations and 85 of them conventional oil and gas blocks that have produced oil and natural gas. The freedom to name field is also wide.
Odd names are sometimes chosen for no apparent reason or purpose such as Aye Jambu Field, Block A operated by Medco and Wortel Field, Madura Strait Block operated by Santos Australy. In fact, there is a Love and Thistle Field in the South East Sumatra Block operated by CNOOC taken from the name of the company secretary.
One of the newest, the Cricket Field, Muara Bakau Block operated by ENI Italy which recently started its first gas production. The Cricket name for an offshore field near the Makassar Strait makes anyone who hears a frown and asks, why should the name of the cricket be chosen? Even the Cricket logo was deliberately placed on the uniform of the workers in the field.
VP Operations ENI Muara Bakau BV Jahnawi Tri Wasisto said there is no special meaning embedding the name of Cricket for gas field targeted will produce gas 450 million cubic feet per day (MMscfd). The name of Cricket was given one of ENI Italy's geologists when the structure was discovered in 2009 at Jangkrik-1 Well.
Crickets are also eventually used for structures found about 20 kilometers from Cricket Fields on the same block of North East Jangkrik wells found in 2011. The success of Cricket Fields with reserves of 1.7 trillion cubic feet of an integrated field development plan, then about through Findings in other structures. The success of the discovery of other structures was repeated with the unique names of the Blue Frog and Merakes in the East Sepinggan Block located adjacent to the Muara Bakau Block.
"The Field Name of the Crickets is from our geologist. There's also a Blue Frog Field name next to it. There's no particular reason. "
Although there is no special philosophy of naming the Crickets, thanksgiving the development of Cricket Field can run fast. From the operational plan in 2018, the Jangkrik field through floating production unit (FPU) is named the same starting its first production on 26 May 2017 with total time required since the approval of the development up to the production phase is 5.5 years and 4.5 years respectively -masing for the North East Cricket and Cricket field.
NOT AFFECTED
In the mythology of naming children is called, a name that is too complicated or burdensome even give a negative meaning should be avoided. For example, the Natuna D Alpha Block contains large gas reserves, but can not be developed until the contract of work ends. Then, the Abadi field, the 16-year-old Masela Block, but has not been able to produce its first gas until it returns to terms what a name means, perhaps there is no correlation with naming the success of exploration and field development.
The large reserve potential of a work area is not affected by any pinned names. Indeed there are factors of luck, but which many contribute is how much risk can be borne, how much capital is spent and how big the chances of success.
Similarly, aspects of field development are influenced by the technical, licensing, and economies of scale that determine the process that must be passed to make the oil and gas structure begin to produce. Thus, the acceleration of the process, the offer of attractive contract clauses, business certainty becomes a measure of whether national oil and gas production can survive and be enjoyed by posterity.
IN INDONESIA
Apa Arti Sebuah Nama
Mengutip pernyataan William Shakespeare, nama kadang tidak memberikan arti. Begitu pula yang terjadi pada penamaan lapangan ataupun sumur migas, mitos soal nama kadang tidak mencerminkan potensi di bawah permukaannya maupun kesuksesan pengembangan lapangannya.
Alhasil, saat peresmian proyek atau laporan produksi, konsentrasi terpecah ketika mendengar nama lapangan juga sumur migas. Apalagi dengan jumlah wilayah kerja di Indonesia yang mencapai 283 lokasi dan 85 di antaranya blok migas konvensional yang telah menghasilkan minyak dan gas bumi. Kebebasan untuk memberi nama lapangan juga sumur migas terbuka lebar.
Nama-nama yang aneh kadang dipilih tanpa alasan atau maksud yang jelas seperti Lapangan Jambu Aye, Blok A dioperasikan Medco dan Lapangan Wortel, Blok Madura Strait yang dioperasikan Santos Australia. Bahkan, ada Lapangan Cinta dan Widuri di Blok South East Sumatera yang dioperasikan CNOOC diambil dari nama sekretaris perusahaan.
Salah satu yang terbaru, lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau yang dioperasikan ENI Italy yang belum lama ini memulai produksi gas pertamanya. Nama Jangkrik untuk lapangan lepas pantai di dekat Selat Makassar membuat siapa pun yang mendengar mengernyitkan dahi dan bertanya, kenapa harus nama Jangkrik yang dipilih? Bahkan logo Jangkrik pun sengaja ditempatkan pada pakaian seragam para pekerja di lapangan.
VP Operations ENI Muara Bakau BV Jahnawi Tri Wasisto mengatakan tidak ada arti khusus penyematan nama Jangkrik untuk lapangan gas yang ditarget akan menghasilkan gas 450 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Nama Jangkrik diberikan salah seorang geolog ENI Italy ketika struktur tersebut ditemukan pada 2009 di Sumur Jangkrik-1.
Jangkrik juga akhirnya dipakai untuk struktur yang ditemukan sekitar 20 kilometer dari Lapangan Jangkrik pada blok yang sama yakni sumur Jangkrik North East yang ditemukan pada 2011.
Kesuksesan Lapangan Jangkrik dengan cadangan sebesar 1,7 triliun kaki kubik dari satu rencana pengembangan lapangan terintegrasi, lalu tentang melalui temuan di struktur lainnya. Berhasil ditemukannya struktur lain pun diulangi dengan nama-nama unik yakni Katak Biru dan Merakes di Blok East Sepinggan yang lokasinya berdekatan dengan Blok Muara Bakau.
“Nama Lapangan Jangkrik itu dari geolog kami. Sebelahnya juga ada nama Lapangan Katak Biru. Tidak ada alasan khusus.“
Meskipun tidak terdapat filosofi khusus penamaan Jangkrik, syukurnya pengembangan Lapangan Jangkrik bisa berjalan cepat. Dari rencana operasi di 2018, lapangan Jangkrik melalui unit produksi terapung (floating production unit/FPU) bernama sama memulai produksi pertamanya di 26 Mei 2017 dengan total waktu yang dibutuhkan sejak persetujuan pengembangan hingga fase produksi adalah 5,5 tahun dan 4,5 tahun masing-masing untuk lapangan Jangkrik dan Jangkrik North East.
TIDAK TERPENGARUH
Dalam mitos penamaan anak disebut, nama yang terlalu rumit atau membebani bahkan memberi arti negatif sebaiknya dihindari. Misalnya, Blok Natuna D Alpha yang mengandung cadangan gas besar, tetapi belum bisa dikembangkan hingga kontrak kerja samanya berakhir.
Kemudian, lapangan Abadi, Blok Masela yang sudah berumur 16 tahun, tetapi belum bisa menghasilkan gas pertamanya hingga kembali lagi ke istilah apalah arti sebuah nama, mungkin tidak ada korelasinya pemberian nama dengan kesuksesan eksplorasi dan pengembangan lapangan.
Potensi cadangan yang besar pada suatu wilayah kerja tidak dipengaruhi oleh nama apa pun disematkan. Memang terdapat faktor keberuntungan, tetapi yang banyak berkontribusi adalah seberapa besar risiko yang bisa ditanggung, seberapa besar modal yang dikeluarkan dan seberapa besar peluang kesuksesannya.
Begitu pula dengan aspek pengembangan lapangan yang dipengaruhi faktor keteknisan, perizinan, dan skala ekonomi yang menentukan proses yang harus dilalui untuk membuat struktur migas mulai berproduksi. Dengan demikian, percepatan proses, penawaran klausul kontrak yang menarik, kepastian usaha menjadi alat ukur apakah produksi migas nasional bisa bertahan dan dinikmati oleh anak cucu.
Bisnis Indonesia, Page-30, Wednesday, June 14, 2017
No comments:
Post a Comment