World oil supply is expected to shrink drastically due to the decline in new investment activity in the sector. The condition is also augmented by the slow growth of new refinery discoveries. This was revealed by Saudi Aramco chief executive Amin Nasser. According to him, new discoveries in the form of shale oil and new alternative energy sources will be an important factor to meet the energy demand in the future.
However, he asserted it was too early to assume that the new energy products would quickly replace The supply space abandoned by conventional oil and gas so far.
"If we look at the long-term oil supply situation, we'll see an increasingly worrying picture. Financial investors avoid major investments in oil exploration, long-term development and related infrastructure. Investation In smaller quantities such as shale oil will not be too helpful, "said Nasser, as quoted by Reuters on Monday (10/7)
According to company data, about US $ 1 trillion of investment in the oil sector has disappeared since a fall in oil prices Globally by 2014. Studies show that a new oil production of 20 million barrels per day will be needed over the next five years to meet demand growth and offset a decline in supply at the old refinery.
"The new findings are also experiencing a large downward trend. The volume of conventional oil found worldwide over the last four years has been reduced by more than half compared to the previous four years, "continued Nasser.
Aramco, himself claimed to continue to increase investment in maintaining oil production capacity of 12 million barrels per day. The company plans to invest more than US $ 300 billion over the next decade to maintain its production capacity.
Nasser said the investment would include both conventional and non-conventional oil products. According to him, one of Aramco's priorities is the direct conversion of crude oil to petrochemicals. In addition the company also plans to focus on solar and wind power projects.
Aramco's plan to release its 5% stake to the public in 2018 is also one of the company's efforts to increase investment in the energy sector, especially oil. To smooth the Initial Public Offering (IPO) step, HSBC Holdings Plc. Was officially appointed as an advisor to the corporate action of the oil company belonging to the kingdom of Saudi Arabia.
HSBC Chief Executive Stuart Gulliver said the decision, issued in April, had been approved by the company's shareholders in Hong Kong. HSBC itself will later join other finance companies such as JP Morgan Chase 81 Co and Morgan Stanley, which has been designated first by Aramco.
As is known, the Government of Saudi Arabia plans to sell a 5% share ownership of Saudi Aramco in 2018. In terms of government targeting the corporate action in the second half of 2018. The stock release action is planned to use a dual listing scheme.
With the company capitalization of US $ 2 trillion, the sale of 5% of the company's shares will make the company based in Dhahran will get US $ 100 billion.
IN INDONESIA
Aramco Prediksi Terjadi Penyusutan Drastis
Pasokan minyak dunia diperkirakan mengalami penyusutan drastis lantaran turunnya aktivitas investasi baru di sektor tersebut. Kondisi itu juga ditambah oleh melambatnya pertumbuhan penemuan kilang baru. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser. Menurutnya, penemuan baru yang berupa shale oil dan sumber energi alternatif baru akan menjadi faktor penting untuk memenuhi permintaan energi di masa depan.
Namun, dia menegaskan terlalu dini untuk berasumsi bahwa produk-produk energi baru itu akan secara cepat menggantikan
ruang pasokan yang ditinggalkan oleh minyak dan gas konvensional selama ini.
“Jika kita melihat situasi pasokan minyak jangka panjang, kita akan melihat gambaran yang semakin mengkhawatirkan. Investor keuangan menghindari investasi besar dalam eksplorasi minyak, pembangunan jangka panjang dan infrastruktur terkait. Investasi
dalam jumlah yang lebih kecil seperti shale oil tidak akan terlalu menolong,” kata Nasser, seperti dikutip dari Reuters, Senin (10/7)
Menurut data perseroan, sekitar US$1 triliun investasi di sektor minyak telah menghilang sejak terjadi penurunan harga minyak
global pada 2014. Studi menunjukkan, produksi minyak baru sebesar 20 juta barel per hari akan dibutuhkan selama lima tahun ke depan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan dan mengimbangi penurunan pasokan di kilang lama.
“Penemuan baru juga mengalami kecenderungan penurunan yang besar. Volume minyak konvensional yang ditemukan di seluruh dunia selama empat tahun terakhir telah berkurang lebih dari separuhnya dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya,” lanjut Nasser.
Aramco, sendiri mengaku terus menambah investasi dalam mempertahankan kapasitas produksi minyaknya sebesar 12 juta barel per hari. Perusahaan tersebut berencana menginvestasikan dana lebih dari US$300 miliar selama sedekade ke depan untuk mempertahankan kapasitas produksinya.
Nasser menegaskan, investasi itu akan meliputi produk minyak konvensional maupun non-konvensional. Menurutnya, salah satu prioritas Aramco adalah konversi langsung minyak mentah menjadi petrokimia. Selain itu perusahaan juga berencana memusatkan perhatian pada proyek tenaga surya dan angin.
Adapun rencana Aramco untuk melepas 5% kepemilikan sahamnya ke publik pada 2018 juga merupakan salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan investasi pada sektor energi terutama minyak. Untuk memuluskan langkah penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) tersebut, HSBC Holdings Plc. secara resmi ditunjuk sebagai penasihat aksi korporasi perusahaan minyak milik kerajaan Arab Saudi tersebut.
Chief Executive HSBC Stuart Gulliver mengatakan, keputusan yang diterbitkan pada April lalu itu telah mendapat persetujuan dari para pemegang saham perusahaan di Hong Kong. HSBC sendiri nantinya akan bergabung dengan perusahaan keuangan lainnya seperti JP Morgan Chase 81 Co dan Morgan Stanley, yang telah ditunjuk terlebih dahulu oleh Aramco.
Seperti diketahui, Pemerintah Arab Saudi berencana menjual 5% kepemilikan saham dari Saudi Aramco pada 2018. Dalam hal pemerintah menargetkan aksi korporasi tersebut pada semester II/2018. Aksi pelepasan saham perdana tersebut rencananya akan menggunakan skema dual listing.
Dengan nilai kapitalisasi perusahaan yang mencapai US$2 triliun, penjualan 5% saham perusahaan akan membuat perusahaan yang berbasis di Dhahran ini akan memperoleh dana US$100 Miliar.
Bisnis Indonesia, Page-5, Tuesday, July 11, 2017
No comments:
Post a Comment