google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Auction Awaiting Solution Auction - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, July 24, 2017

Auction Awaiting Solution Auction

Management of oil and gas blocks

The government is preparing a number of measures to anticipate the auction of oil and gas blocks of lucrative interest in recent years as the price of crude oil erodes.

Oil and gas contractors can not be forced to invest when low crude oil prices. This assertion was delivered by the Minister of Energy and Mineral Resources, (EMR) Ignatius Jonan.

Jonan is on his way to Houston, USA and wants to hold a meeting with a number of oil and gas companies and Mining companies such as Chevron, ExxonMobil, Conoco Phillips, to Freeport-McMoran Inc. On Monday-Wednesday (26/7).

Jonan said the auction of oil and gas blocks that are quiet enthusiasts in 2016 and the first half of this year is strongly influenced by the low price of oil. This forced the contracting contractors (KKKS) to consolidate to find new ways to conduct more efficient exploration and production activities.

"Low oil prices make investment [oil and gas] unattractive. Demand is also low as indeed the economic growth in most developed countries is only in the range of 1%. "

According to him, the oil and gas company is in a consolidated position by conducting exploration cost efficiency by seeking technology New cheaper ones. The government's preferred gross split scheme now is to encourage the company Oil is more creative in reducing costs.

The gross split scheme is enforced since the beginning of this year for new contracts only, while the existing contracts remain Using a revenue-sharing scheme with a refundable operating cost. He denied that the gross split scheme that replaced the cost recovery model was the cause of the silent auction of oil and gas blocks.

"Gross split actually allows KKKS to perform its own procurement system so that it becomes simple and efficient. The tax system has also been clearly defined. "

He admitted the oil and gas blocks auctioned were not so large that large contractors such as ExxonMobil and Chevron were not involved. According to Jonan, a middle-class contractor targeted by the government as an auction participant.

Daniel L. Wieczynki, President & General Manager of ExxonMobil Indonesia, acknowledged that the gross split scheme is also used by His company in oil contracts in a number of countries.

ORDINARY MODELS

According to him, the gross profit sharing scheme is an ordinary model, in which the state as the owner of oil and gas resources impose Royalties for production activities undertaken.

"Only perhaps, the contractor does require legal certainty and taxation. When all is ready, I think the oil companies will count. We use such schemes for exploration in a number of countries, "he said.

Jonan added that if the 20 oil and gas blocks that are auctioned do not get interested, the government will silence for some time as a future reserve. Meanwhile, domestic oil demand is temporarily met from import purchases.

"If oil prices keep low, while we buy. Oil exploration is not attractive at the moment, "he said.

The ESDM Minister estimates, with oil production of 800,000 barrels per day and 1.2 million barrels of gas per day enough to meet 1.6 million barrels of domestic daily demand.

With this capacity, the need for oil in the country is still safe for the needs of the next 10 years with the assumption that there is no new oil and gas field exploration this year. 

    The auction of oil and gas blocks has not been in demand in recent years. The decline of oil and gas block auction has been going on since last year when 17 blocks offered only sell one block of behavior. This year, the government extended the capture and return of documents in the oil and gas work auctions.

IN INDONESIA

Lelang Sepi Menungu Solusi


Pemerintah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi lelang blok minyak dan gas bumi yang sepi peminat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan meredupnya harga minyak mentah.

Para kontraktor minyak dan gas bumi tidak bisa dipaksa untuk berinvestasi di saat rendahnya harga minyak mentah. Penegasan ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral , (ESDM) Ignasius Jonan. 

Jonan sedang dalam perjalanan ke Houston, AS dan hendak menggelar pertemuan dengan sejumlah perusahaan migas dan pertambangan seperti Chevron, ExxonMobil, Conoco Phillips, hingga Freeport-McMoran Inc. pada Senin-Rabu (26/7). 

Jonan menyatakan lelang blok migas yang sepi peminat pada 2016 dan paruh pertama tahun ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya harga minyak. Hal itu memaksa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) melakukan konsolidasi hingga menemukan cara baru melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi yang lebih efisien.

“Harga minyak rendah menjadikan investasi [migas] tidak menarik. Permintaan juga rendah karena memang pertumbuhan ekonomi sebagaian besar negara maju hanya di kisaran 1%.” 

Menurutnya, perusahaan migas dalam posisi konsolidasi dengan melakukan efisiensi biaya eksplorasi dengan mencari teknologi baru yang lebih murah. Skema bagi hasil kotor (gross split) pilihan pemerintah saat ini adalah dalam rangka mendorong perusahaan minyak lebih kreatif dalam menekan biaya.

Skema gross split diberlakukan sejak awal tahun ini hanya untuk kontrak baru, sedangkan kontrak yang sudah berjalan tetap menggunakan skema bagi hasil dengan biaya opelasi yang bisa dikembalikan. Dia membantah bila skema gross split yang menggantikan model cost recovery menjadi sebab sepinya lelang blok migas. 

“Gross split justru memungkinkan KKKS untuk melakukan sistem pengadaan sendiri sehingga menjadi sederhana dan efisien. Sistem perpajakannya juga telah disusun secara jelas.”

Dia mengakui blok migas yang dilelang cadangannya tidak begitu besar sehingga kontraktor besar seperti ExxonMobil dan Chevron tidak terlibat. Menurut Jonan, kontraktor kelas menengah yang menjadi target pemerintah sebagai peserta lelang.

    Daniel L. Wieczynki, President & General Manager ExxonMobil Indonesia, mengakui bahwa skema gross split juga digunakan oleh perusahaannya dalam kontrak minyak di sejumlah negara.

MODEL BIASA

Menurutnya, skema bagi hasil kotor merupakan model biasa, di mana negara sebagai pemilik sumber daya migas mengenakan royalti untuk kegiatan produksi yang dilakukan.

“Hanya barangkali, kontraktor memang memerlukan kepastian dari sisi hukum dan perpajakannya. Kalau semua sudah siap, saya rasa perusahaan minyak akan berhitung. Kami menggunakan skema semacam ini untuk eksplorasi di sejumlah negara,” tuturnya.

Jonan menambahkan, bila 20 blok migas yang dilelang tidak kunjung mendapatkan peminat, pemerintah akan mendiamkan beberapa lama sebagai cadangan masa depan. Adapun, kebutuhan minyak domestik untuk sementara dipenuhi dari pembelian melalui impor.

“Kalau harga minyak terus rendah, sementara kita membeli. Eksplorasi minyak memang tidak menarik saat ini,” katanya.

Menteri ESDM memperkirakan, dengan produksi minyak 800.000 barel per hari dan gas 1,2 juta barrel setala minyak sehari cukup untuk memenuhi kebutuhan harian domestik sebanyak 1,6 juta barel.

Dengan kapasitas tersebut, kebutuhan minyak di Tanah Air masih aman untuk kebutuhan hinga 10 tahun mendatang dengan asumsi tidak ada eksplorasi lapangan migas baru pada tahun ini. Lelang blok migas tidak diminati dalam beberapa tahun terakhir. 

    Lesunya lelang blok migas sudah berlangsung sejak tahun lalu ketika 17 blok yang ditawarkan hanya laku satu blok yang laku. Pada tahun ini, pemerintah memperpanjang batas pengambilan dan pengembalian dokumen dalam lelang wilayah kerja minyak dan gas bumi. 

Bisnis Indonesia, Page-3, Monday, July 24, 2017

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel