Commercial Director of PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Danny Praditya assess, to increase domestic gas utilization, big challenges are required. However, behind the challenge, there are actually opportunities that are also equally great For all parties.
The first challenge is the acceleration of market and infrastructure development. In 2025, PGN's target adds 40 thousand kilometers more gas pipelines and some liquefied natural gas (LNG) hubs to the distribution system.
"So there needs to be Innovations, both in technology, business model, up to the governance," said Danny in the event Gas Indonesia Summit & exhibition 2017, at Jakarta Convention Center, Jakarta, Wednesday (12/7).
In addition, Indonesia is currently required to be more competitive so that the demand for competitive gas prices continues to be delivered by the industry. The next challenge is that Indonesia must be able to manage the paradox between the need for accelerated development. "But at the same time it must be efficient, the paradox between development and eficiency," he said.
Danny explains, all the challenges must be answered by means of integrated planning and integrated action. Increasing the use of gas requires Innovation in demand creation which involves cross-ministries, investors, and key players in the gas industry.
"Implementation requires synergy of all parties," he said.
Danny said the need for a roadmap or masterplan is in line with energy development, especially gas. One form of integration is to build an Indonesia Gas Master Plan.
Related to liquefied natural gas (LNG), Director General of Oil and Gas Ministry of ESDM IGN Wiratmaja Puja said LNG reserves owned by Indonesia was increasing after the operation of several oil and gas blocks. This makes the government has many challenges to be able to develop this liquefied natural gas forward.
He said that until now it opens cooperation opportunities to increase Indonesia's gas utility. Not only to increase gas utilities, but also to distribute the LNG to all over Indonesia.
"Indonesia as an archipelago is a challenge for us, the government, to be able to distribute LNG to all regions, it is necessary to have cooperation," said Wiratmaja while attending the Indonesian Gas Summit at JCC on Wednesday (13/7).
Wiratmaja said domestic demand for domestic LNG in the future will increase. This is also in line with Indonesia's electrification needs through a 35 thousand megawatt program. If all this time Indonesia acts as an importer of LNG, with large reserves and the operation of several oil and gas blocks make Indonesia will be independent in LNG needs.
"This is our challenge for the future, so we will encourage Pertamina and other parties to support this plan," he said.
He added, to be able to succeed this energy independence plan, Wiratmaja explained in front of the forum that Indonesia is cleaning up the regulation revision. This is considered an important government in order to be an investment attraction in the future.
Wiratmaja said the government plans to sell 16 to 18 LNG cargoes that have not been absorbed. This decision is taken considering later LNG production in the country will grow.
He explained, on the one hand, this shows a positive signal that Indonesia will be separated from the dependence of LNG imports as raw materials for electrification. However, on the other hand, the lack of export cargo absorption is becoming a thing that needs to be encouraged by the government.
"This year there are 16-18 cargoes that have not been absorbed and planned to be sold to industries in the country," said Wiratmaja.
IN INDONESIA
lndustri Gas Butuh Inovasi
Direktur komersial PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Danny Praditya menilai, untuk meningkatkan pemanfaatan gas domestik, dibutuhkan tantangan yang besar. Namun, di balik tantangan tersebut, sebenarnya terdapat peluang yang juga sama besarnya
bagi semua pihak.
Tantangan pertama percepatan pembangunan pasar dan infrastruktur. Pada 2025, target PGN menambah 40 ribu kilometer lebih jaringan pipa gas dan beberapa gas alam cair (LNG) Hub untuk sistem distribusi.
"Maka perlu ada Inovasi-Inovasi, baik dalam teknologi, model bisnis, sampai dengan tata kelola," ujar Danny dalam acara Gas
Indonesia Summit & exhibition 2017, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (12/7).
Selain itu, saat ini Indonesia dituntut untuk lebih kompetitif sehingga permintaan harga gas yang kompetitif terus disampaikan oleh industri. Tantangan berikutnya adalah Indonesia harus mampu mengelola paradoks antara kebutuhan untuk percepatan pembangunan. "Tapi, di saat yang sama harus menjadi efisien. Paradoks antara development dan eficiency," katanya.
Danny menjelaskan, seluruh tantangan tersebut harus dijawab dengan cara integrated planning dan integrated action. Meningkatkan pemakaian gas membutuhkan Inovasi dalam demand creation yang berarti melibatkan lintas kementerian, investor, dan pemain kunci di industri gas.
"Implementasinya membutuhkan sinergi seluruh pihak,“ tuturnya.
Danny mengungkapkan, diperlukannya peta jalan atau masterplan sejalan dengan pembangunan energi, terutama gas. Salah satu bentuk integrasi tersebut adalah membangun Indonesia Gas Master Plan.
Terkait gas alam cair (LNG), Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan, cadangan LNG yang dimiliki oleh Indonesia ternyata semakin bertambah pasca pengoperasian beberapa blok migas. Hal ini membuat pemerintah memiliki banyak tantangan untuk bisa mengembangkan gas alam cair ini kedepan.
Ia mengatakan, pihaknya hingga saat ini membuka peluang kerja sama untuk bisa meningkatkan utilitas gas Indonesia. Tidak hanya untuk meningkatkan utilitas gas, tetapi juga untuk mendistribusikan LNG tersebut ke seluruh Indonesia.
"Indonesia sebagai negara kepulauan memang menjadi tantangan tersendiri bagi kami, pemerintah. Untuk bisa mendistribusikan LNG ke seluruh wilayah, perlu adanya kerja sama," kata Wiratmaja saat menghadiri Gas Indonesian Summit di JCC, Rabu (13/7).
Wiratmaja mengatakan, kebutuhan LNG dalam negeri sendiri ke depan akan semakin meningkat. Hal ini juga seiring dengan kebutuhan elektrifikasi Indonesia melalui program 35 ribu megawatt. Jika selama ini Indonesia berperan sebagai importir LNG, dengan cadangan yang besar dan beroperasinya beberapa blok migas membuat Indonesia nantinya bisa mandiri dalam kebutuhan LNG.
"Ini jadi tantangan kita ke depan, jadi kita akan dorong Pertamina dan pihak pihak lain untuk bisa mendukung rencana ini," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk bisa menyukseskan rencana kemandirian energi ini, Wiratmaja menjelaskan di depan forum bahwa Indonesia sedang berbenah melakuan revisi peraturan. Hal ini dinilai pemerintah penting agar bisa menjadi daya tarik investasi ke depan.
Wiratmaja menyatakan, pemerintah berencana untuk menjual 16 hingga 18 kargo LNG yang belum terserap. Keputusan ini diambil mengingat nantinya produksi LNG dalam negeri akan semakin bertambah.
Ia menjelaskan, di satu sisi, hal ini menunjukkan sinyal positif bahwa Indonesia akan terlepas dari keteragantungan impor LNG sebagai bahan baku elektrifikasi. Namun, di sisi lain, memang minimnya serapan kargo untuk ekspor tersebut menjadi hal yang perlu digenjot oleh pemerintah.
"Tahun ini terdapat 16-18 kargo yang belum terserap dan rencananya akan dijual untuk industri di dalam negeri," ujar Wiratmaja.
Republika, Page-15, Thursday, July 13, 2017
No comments:
Post a Comment